April 25, 2014

LA POLSAS

Setelah sempat vakum karena kesibukan pengelolanya, insya Allah semester depan Local Academy Cisco - Politeknik SAKTI Surabaya (LA POLSAS) kembali membuka kelas sertifikasi IT Essentials untuk mahasiswa POLSAS dengan biaya yang sangat bersaing. Tidak menutup kemungkinan kami juga membuka untuk umum, syarat & ketentuan berlaku tentunya :-)

Cisco Networking Academy Program (CNAP) adalah program jalur akademik yang ada di bawah Cisco System Inc. Kurikulum disusun sedemikian rupa dengan modul yang interaktif, online assesment, serta manajemen akademi secara online (elearning system). LA POLSAS merupakan salah satu dari sekian banyak 'virtual academy' dalam naungan CNAP (https://www.netacad.com). Sejak bulan Maret 2009 POLSAS telah resmi terdaftar sebagai Local Academy Cisco, yang berhak menyelenggarakan pelatihan untuk mendapatkan sertifikat Cisco mulai dari tingkat dasar yaitu IT Essentials sampai CCNA.

Kurikulum IT Essentials terdiri dari 12 chapter yang akan kami berikan dalam durasi sekitar 12 minggu, dengan frekuensi 3x pertemuan per minggu, dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat memperoleh nilai tambah ... tambah wawasan, kompetensi, dan sertifikat dari Cisco tentunya.

Berikut urutan chapter IT Essentials :
Chapter 1: Introduction to the Personal Computer
Chapter 2: Lab Procedures and Tool Use
Chapter 3: Computer Assembly
Chapter 4: Overview of Preventative Maintenance and Troubleshooting
Chapter 5: Operating Systems
Chapter 6: Networks
Chapter 7: Laptops
Chapter 8: Mobile Devices
Chapter 9: Printers
Chapter 10: Security
Chapter 11: The IT Professional
Chapter 12: Advanced Troubleshooting

Kelas akan dimulai dengan pembahasan materi per chapter, ujian online per chapter dan kesempatan mengikuti 1x ujian remidi (jika belum memenuhi skor minimal), kemudian diakhiri dengan ujian praktek. Ujian online utama maupun remidi wajib dilaksanakan di laboratorium komputer kami dengan pengawasan khusus untuk menjaga kualitas lulusan.

Berminat ? silahkan menghubungi kami di alamat email berikut ini :
  • u.indahyanti@gmail.com (NetAcad Staff)
  • totokmulyono@gmail.com (NetAcad Staff, NetAcad Instructor)
  • yoyok2008its@gmail.com (NetAcad Contact, NetAcad Success Lead, NetAcad Staff, NetAcad Instructor)





April 24, 2014

KKNI dan ABET

Saat ini, aku dan temen2 prodi lagi coba menyusun kurikulum mengacu KKNI. Kepanjangannya adalah Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, dan dari referensi yang kubaca, diharapkan adanya KKNI dapat mengubah cara pandang kompetensi seseorang, tidak lagi semata pada ijazah, tapi juga melihat kerangka kualifikasi yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang (formal, non formal, atau in formal).

Awalnya sempet bingung menerjemahkan level 5 KKNI (program Diploma 3) ke kurikulum kami. Setelah menyimak penjelasan narasumber yang kami undang akhir Januari lalu dan melengkapinya dengan membaca beberapa referensi dari internet, jadi mulai 'agak' paham apa maksud capaian pembelajaran atau learning outcomes pada level 5 KKNI, bagaimana cara merumuskannya dan menurunkannya ke kurikulum.

Sepertinya capaian pembelajaran itu ya .. kompetensi, tapi lebih komprehensif, berikut definisi masing-masing sesuai referensi yang kubaca :
(1) capaian Pembelajaran (learning outcomes) merupakan internalisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kompetensi yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakup suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau melalui pengalaman kerja.
(2) sedangkan kompetensi adalah akumulasi kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu deskripsi kerja secara terukur melalui asesmen yang terstruktur, mencakup aspek kemandirian dan tanggung jawab individu pada bidang kerjanya.

Nah berikut capaian pembelajaran level 5 KKNI :
















IMHO, berikut rangkuman langkah-langkah menyusun kurikulum D3 mengacu KKNI 'versi pemahamanku' dari hasil menyimak paparan narasumber dan beberapa referensi yang kubaca :
  1. Berdasarkan analisa SWOT dan tracer study, buat rumusan profil lulusan yang diharapkan, kemudian rumuskan turunannya yaitu rumusan capaian pembelajarannya.
  2. Tetapkan mata kuliah bersama (untuk semua prodi) dan mata kuliah yang mendukung visi misi serta menjadi ciri khas institusi dan prodi. Contoh, di tempat kami ada mata kuliah Kedisiplinan, Job Preparation, dan mata kuliah pendukung soft skills lainnya.
  3. Menetapkan mata kuliah-mata kuliah yang relevan dengan rumusan tersebut di atas, dengan cara sebagai berikut : 
    • Review semua mata kuliah dalam kurikulum yang sedang berjalan, tandai yang masih relevan dengan rumusan capaian pembelajaran, salin dalam tabel kurikulum yang baru.
    • Jika ada mata kuliah dalam transkrip yang dianggap tidak relevan dengan rumusan capaian pembelajaran, lalukan penghapusan/penggantian, dan catat perubahan tersebut.
    • Perhatikan bobot SKS dan turunan Jam Pelajaran (JP) nya. Sejauh yang kutahu, pada politeknik / pendidikan vokasi : 1 SKS teori = 1 JP, 1 SKS praktek = 2 JP, dan untuk PKL/ OJT (On The Job Training) 1 SKS nya= 4 JP. 
    • Beberapa unsur penentu untuk memperkirakan besaran SKS antara lain : metode/strategi pembelajaran yang dipilih, tingkat kedalaman dan keluasan bahan kajian yang harus dikuasai, dan besarnya sumbangan ‘capaian pembelajaran’ mata kuliah dalam kerangka pencapaian learning outcomes lulusan.
    • Perhatikan batas maksimal SKS yang telah ditentukan (untuk D3 = 120 SKS)
    • Jika ada mata kuliah pendukung kompetensi yang belum masuk dalam kurikulum, masukkan sebagai suplemen diploma (mata kuliah nol SKS) yang dapat diterbitkan Surat Keterangan Pelengkap Ijazah (SKPI) jika mahasiswa telah menempuh dan atau lulus mata kuliah tersebut.
Bisa juga dibuat tabulasi pembentukan mata kuliah dengan kolom-kolom : rumusan capaian pembelajaran dan bahan kajian, kemudian kolom bahan kajian dibagi lagi dalam beberapa kelompok mata kuliah.

Lebih bagus lagi jika kurikulum yang disusun bisa disesuaikan dengan standar ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology). ABET merupakan lembaga akreditasi independen dari Amerika Serikat yang mengakreditasi program pendidikan bidang teknik. Jika dibuat tabulasi dengan standar ABET (EC 2000 General Criteria - Criterion 3. Program Outcomes and Assessment), tahapannya ada 11 yaitu A - K, dan sepertinya unsur soft skills juga dominan di dalamnya. Ternyata soft skills adalah 'nutrisi pendidikan' yang sangat diperhatikan ya.. (baca juga postingan sebelumnya di http://uce-indahyanti.blogspot.com/2010/08/sop-kikil-eh-soft-skill.html).

Berikut uraian tahapan A-K standar ABET :
  •     A - an ability to apply knowledge of mathematics, science, and engineering
  •     B - an ability to design and conduct experiments, as well as to analyze and interpret data
  •     C - an ability to design a system, component, or process to meet desired needs within realistic constraints such as economic, environmental, social, political, ethical, health manufacturability, and sustainability and safety
  •     D - an ability to function on multidisciplinary teams 
  •     E - an ability to identify, formulate, and solve engineering problems 
  •     F - an understanding of professional and ethical responsibility 
  •     G - an ability to communicate effectively 
  •     H - the broad education necessary to understand the impact of engineering solutions in a global, economic, environmental, and societal context 
  •     I - a recognition of the need for, and an ability to engage in life-long learning 
  •     J - a knowledge of contemporary issues 
  •     K - an ability to use the techniques, skills, and modern engineering tools necessary for engineering practice. 
Demikian, semoga bermanfaat ....

April 13, 2014

Topik nano-nano

Sekian lama gak posting, jadi bingung topik apa yg ingin kubagi saat ini. Sebenarnya beberapa waktu lalu pengen nulis ttg beberapa bagian menarik dari buku "Kesaksian Seorang Pilot" terbitan Darul Sunnah, yang kebetulan kubeli berdekatan waktunya dengan tragedi hilangnya pesawat MH370 milik Malaysia Airlines itu.

Seperti kata pengantar yang diberikan oleh Kapten Pilot Sukarwono, buku itu banyak membagi pengalaman sang pilot sekaligus sang penulis - Kapten Pilot Anas AL-Qauz- yang sarat makna dan hikmah. Intinya bahwa secanggih apapun sistem dalam pesawat, seperti sistem listrik, sistem hidrolik, sistem tekanan udara dalam kabin yang hampir mampu menyamakan tekanan pada permukaan bumi saat pesawat terbang tinggi, sistem AC yang mampu mengondisikan suhu kamar, ketika suhu di luar pesawat mencapai minus 50 derajat, juga sistem radar yang mampu mendeteksi keberadaan awan dan pesawat lain, serta sebanyak apapun pengalaman sang pilot, tetaplah hukum Allah Ta'ala tentang kematian berlaku di langit ataupun di bumi. 

Salah satu kisah penuh hikmah dari buku tersebut adalah peristiwa syahid seorang pilot saat sedang bertugas. Sungguh betapa keistiqomahan ibadah semasa hidup sang pilot - Kapten Khalid Asy Syubaili - yang juga teman sang penulis - telah menghantarkan kematian beliau saat bertugas dalam keadaan syahid, insya Allah Ta'ala. Pada malam gelap gulita itu pesawat yang dikemudikannya bertabrakan dengan sebuah pesawat Rusia di langit India. Dari kotak hitam diketahui beliau sempat memohon ampun kepada Rabb-nya dan menyempurnakan kalimat syahadat sesaat sebelum tabrakan terjadi.

Kalimat tauhid itu diucapkannya dengan cepat berlomba dengan pesawat Rusia yang datang dengan kekuatan penuh ke arahnya. Menurut paparan sejumlah bukti dalam buku itu, hal tersebut terjadi karena kesalahan kapten pesawat Rusia yang tidak bersandar pada terjemahan mekanik komunikasi, sehingga dia terbang pada ketinggian yang sama dengan pesawat yang dikemudikan Kapten Khalid (halaman 28). Semoga peristiwa tersebut lebih memotivasi kita untuk senantiasa mengingat Allah Ta'ala sampai kematian datang menjemput kita kapanpun dan dimanapun.

Hal lain yang pengen kubagi adalah ttg fatwa haram makan makanan yang disajikan secara prasmanan di restoran - "all you can eat". Fatwa oleh salah seorang ulama Arab Saudi tersebut dikeluarkan karena menurut beliau seorang muslim harus menentukan nilai dan kuantitas pada makanan yang akan dimakan sebelum membelinya... Wallahu a'lam.

Kisah lain seputar "all you can eat" yang kuambil dari pengalaman sang penulis buku "99 Cahaya di Langit Eropa" - Hanum Rais dan suaminya- itu (halaman 56). Sebuah restoran ala Pakistan di Austria yang benar-benar menerapkan slogan "All You Can Eat. Pay As You Wish. Makan Sepuasnya Bayar Seikhlasnya". Sebuah restoran yang menerapkan model bisnis "gila" yg menjungkir balikkan teori-teori ekonomi dan bisnis. Kenyataannya restoran itu benar-benar ada dan bertahan sejak tahun 2003. Menu yang disediakan pun sangat menggoda, sayur hanya disediakan sebagai pelengkap, selebihnya adalah daging halal yang komplit, pilihan kentang dan nasi putih panas, buah, dan aneka ragam pencuci mulut.

Sang pemilik restoran - Natalie Deewan - yakin dengan konsep ikhlas memberi dan menerima, yakin bahwa sisi terindah dari manusia yang sesungguhnya adalah kedermawanan. Aku setuju dengan sang penulis, sepertinya restoran model begini belum cocok untuk budaya Indonesia, belum ada sistem kejujuran atau pengendalian diri yang dicontohkan oleh sebagian besar pemimpin kita. Mereka mestinya serius dan konsisten meng-edukasi masyarakat dengan nilai-nilai luhur tersebut, sehingga suatu saat ada yang "berani" menerapkan restoran dengan model tersebut di sini. Atau saat ini mungkin sudah ada yang menerapkannya tapi aku belum mendengarnya..semoga saja.

Tulisan kali ini kututup dengan sebuah berita yang barusaja kudengar dari Radio Suara Surabaya saat perjalanan menjenguk anak sulungku di pondokannya tadi. Berita ttg kota Surabaya yang meraih penghargaan "City of the Future" Socrates Award 2014 dari Europe Business Assembly (EBA). Sebagai organisasi non pemerintah, EBA mempromosikan transformasi ekonomi praktis, pendidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. EBA memandang berbagai permasalahan di Surabaya ditangani secara komprehensif. Indikatornya, intensitas banjir berkurang, kualitas udara membaik, sosial-pendidikan juga lebih baik, dan penanganan sosial dilakukan secara manusiawi.

Rencananya bu Risma akan diundang ke London untuk memaparkan secara lengkap tentang kota Surabaya, termasuk mengenai konstruksi. Seperti sosok Fatma - muslim asal Turki, sahabat Hanum Rais - yang mempunyai komitmen menjadi agen muslim yang baik saat harus tinggal di Austria mendampingi suaminya, maka kupikir Natalie Deewan dan bu Risma juga mempunyai komitmen tersebut.

Selamat buat bu Risma dan warga Surabaya, turut senang rasanya. Aku berharap apapun permasalahan politik yang baru dilalui oleh beliau, dan apapun hasil pemilu legislatif yang akan mewarnai kursi dewan kota Surabaya, tidak mempengaruhi pengabdian dan kinerja beliau beserta seluruh jajarannya.