Mei 27, 2015

Resensi Buku Golden Manners

(1) Ingin tahu siapa pencuri yang paling buruk? 

"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata : "Manusia yang paling buruk dalam mencuri adalah yang mencuri sholatnya, yaitu dia tidak menyempurnakan rukuknya, tidak juga sujudnya, tidak pula khusyuknya" (shahih Al-Jami')". 
"Mengapa disebut pencuri paling buruk? Karena dia telah berani dan lancang mencuri di hadapan Allah. Mencuri hak-hak ibadah, padahal Allah ada di hadapannya. Betapa lancangnya dia?"

(2) Jangan berprinsip seperti lilin ...

"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata : "Perumpaan seorang alim yang mengajari manusia kebaikan namun dia melupakan dirinya sendiri adalah seperti lilin yang menerangi manusia tetapi dia membakar dirinya sendiri" (shahih Al Jami' 5831)"

Dua poin di atas dikutip dan disarikan dari bukunya Brilly El Rasheed yang berjudul "Golden Manners - Perilaku-perilaku Emas Demi Menggapai Kenikmatan Abadi". Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tersebut di atas mengingatkan kita untuk selalu berusaha tuma'ninah dan khusyuk dalam setiap sholat kita. Dan bahwa berprinsip seperti lilin (untuk konteks di atas) ternyata salah. Ya... mestinya kita jangan 'mengorbankan tabungan pahala' kita karena hanya sibuk mengingatkan orang lain untuk beramal a b atau c, tapi kita justru mengabaikannya.

Hmmm... masih banyak lagi uraian 'perilaku emas' yang terasa 'membumi' disertai dalil-dalil yang dipaparkan di dalam buku bagus tersebut. Seperti yang ditulis pada cover belakangnya : "Tidak hanya berkutat pada dalil, sebagaimana sebagian buku-buku yang mengupas masalah akhlak ataupun tazkiyatun nafs. Buku ini menghadirkan interpretasi aktual, hingga memudahkan pembaca mendapatkan kesimpulan yang tepat dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari".

Indeed ... buku tersebut memang cukup ringan dibaca sekaligus dipahami. Tata bahasa setiap bab nya disusun sedemikian rupa, terasa mengalir, pada beberapa bagian terkadang diselingi paparan seperti puisi - beberapa kalimat yang berurutan dalam sebuah paragrafnya diakhiri huruf vokal yang sama. Dan yang paling penting adalah contoh-contoh akhlak atau perilaku emas yang disodorkan cukup 'membumi' dilengkapi dalil-dalil dari Al Qur'an dan tafsirnya, As-Sunnah dan syarahnya, serta kisah-kisah generasi emas Islam; semua itu membuat buku ini semakin 'it worth'! .

Berikut beberapa poin yang bisa dirangkum dari buku tersebut :
  • Kita, mestinya optimal dalam beribadah pada Allah. Tapi yang terjadi banyak diantara kita hanya memenuhi amal-amal standar. Tidak ada greget untuk menjadi hamba Allah yang paling shalih. Padahal kita bisa berobsesi dan bersungguh-sungguh untuk meraih surga Firdaus - surga Allah yang tertinggi. Ya... dengan cara mengoptimalkan ibadah kita pada Allah, tentunya ibadah yang kita lakukan harus sesuai dengan Al Qur'an dan sunnah rasul-Nya.
  • Apa bedanya rasa takut yang dialami oleh orang-orang zhalim dan orang beriman yang beramal shalih? Jika orang zhalim takut karena sudah jelas bagi mereka siksaan atas perbuatan kejam dan keji mereka, sehingga mereka putus asa dari rahmat Allah (ketakutan yang dirasakan saat hari kebangkitan - dimana sudah tidak berguna lagi amalan dan taubat). Sebaliknya, ketakutan yang dirasakan orang beriman dan beramal shalih adalah takut kalau amal-amal baik mereka tidak diterima Allah atau terhapus, yang dengan ketakutan tersebut membuat mereka semakin teguh dan tekun meningkatkan kestabilan penambahan amal-amal baiknya. 
  • Menjadi penghuni surga berarti memperoleh karunia yang besar. Karena seluruh amalan baik kita tidak bisa 'membeli' surga. Perlu kita ingat, sebenarnya kita cuma bermodal kemauan kuat dan kesungguhan untuk menjalani kehidupan berdasarkan perintah Allah Ta'ala saja. Karena modal nikmat hidup dan hidayah semuanya dari Allah. Jadi yang kita kejar dan kita andalkan adalah rahmat Allah untuk bisa menghuni dan menikmati surga. 
  • Bahwa setiap orang akan dimudahkan melakukan apa yang sudah ditakdirkan Allah baginya. Dengan logika terbalik, bahwa setiap orang akan disulitkan untuk melakukan apa yang tidak ditakdirkan Allah baginya. Seperti firman Allah yang artinya : "Siapa yang mengikuti petunjuk berarti dia sedang menunjuki dirinya sendiri, dan barangsiapa mengikuti jalan kesesatan berarti dia menyesatkan dirinya sendiri". Jadi ketika kita merasa mudah sekali bermaksiat, kita harus cepat-cepat takut, jangan-jangan kita akan mengakhiri hidup dengan bermaksiat. Segera bertaubat dan kembali ke jalan petunjuk.
  • Andaikata kita sulit untuk menjalani jalan petunjuk, bergabunglah bersama orang-orang baik, masuklah ke dalam lingkungan dan sistem yang baik, serta ikutlah program-program kegiatan yang baik, sehingga hari-hari kita padat dengan hal-hal yang baik secara teratur. Tidak ada lagi waktu untuk melakukan hal-hal yang buruk. Itu merupakan bentuk penjagaan terhadap stabilitas dan kontinuitas ketaqwaan, itu bukanlah termasuk perbuatan tidak ikhlas - karena merasa bersemangat beribadah jika bersama-sama orang shalih - tapi semata-mata cara menggairahkan motivasi.
  • Milikilah kepekaan. Latihlah terus agar qalbu kita peka. Sedikitlah tertawa dan banyak menangis mengingat Allah. Kepekaan berawal dari pengetahuan yang mendalam tentang nilai-nilai Islam dipadu dengan qalbu yang bisa merasakan seperti apa perasaan orang lain. Orang yang tidak peka qalbunya, membaca Al Qur'an dan As Sunnah akan seperti angin lalu, tidak ada firman atau sabda yang membekas, tidak pula bersemangat untuk membumikannya. Orang yang tidak peka qalbunya tidak akan merespon serius adanya bentuk-bentuk penghancuran terhadap Islam yang dilakukan oleh Syiah, liberalis, dan aliran sesat lainnya.
  • Jagalah kehormatan saudara seiman, bukan bermaksud membela kesalahannya. Dalam firman-Nya (An-Nur :19), Allah melarang menyebarkan berita kekejian yang mungkin dilakukan seorang muslim karena kekhilafannya, demi menjaga kemuliaan seluruh umat Islam. Kecuali dalam rangka penegakan hukum, dan jangan sampai terdengar oleh nonmuslim. Tetapi terkadang kehormatan itu boleh dijatuhkan dalam beberapa kondisi, seperti sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berikut ini : "Orang yang berhutang sudah mendapatkan harta untuk melunasi tapi tidak juga melunasinya, maka kehormatannya boleh dijatuhkan".Yang diperbolehkan hanya sebatas menyebut dosa di hadapannya, agar dia malu dan segera bertaubat. Jika sudah bertaubat, harus segera dipulihkan kehormatannya.
  • Berhati-hatilah terhadap qalbu yang lemah, qalbu yang geram jika tidak diperlakukan istimewa, qalbu yang geram jika tidak memperoleh penghormatan dari manusia. Hati-hati mungkin ini juga terjadi pada kita, sebagian orang ada yang merasa dipandang sebagai orang shalih (namun sebenarnya tidak faqih), maka demi menjaga penilaian itu akhirnya mengalihkan fungsi ibadah semata untuk menjaga penilaian dan kehormatan di mata manusia. Kita juga bisa saksikan, atas nama hak asasi manusia dan toleransi, sebagian pemimpin atau pihak yang berwenang melegalkan praktek-praktek sesat kalangan minoritas termargin, seperti Ahmadiyah, JIL, pegiat kesyirikan, dan lainnya.Bahkan ada yang menggunakan kalangan minoritas tersebut untuk meraup penghargaan dari manusia, seperti dinobatkan sebagai agen perdamian, agen perubahan, atau gelar 'kehormatan' lainnya. Jadi, bebaskan diri kita dari jerat dan belenggu tipu daya penghormatan manusia, ikhlaskan semua yang kita lakukan semata untuk meraih ridho Allah Ta'ala.
  • Bersikaplah lembut, jaga aib, dan bersikap konstruktif (membina, memperbaiki) terhadap saudara-saudara kita yang insyaf dan ingin bertaubat. Seperti yang diwasiatkan oleh Rasulullah, "Mudahkan jangan mempersulit. Berikan kabar gembira dan jangan membuat orang lari menjauh dari Islam". (Shahih Al-Bukhari no 69)
  • Ingatlah selalu dua belas "tungku pelebur dosa"... sebagai hamba, kita pasti berkalang khilaf dan dosa, untuk itu bersiaplah dan bersungguh-sungguhlah "meleburkan dosa" untuk mendambakan surga. Dua belas tungku diibaratkan empat "tungku" di dunia yaitu taubat, istighfar, kebaikan dan musibah. Kemudian empat "tungku" di kubur yaitu pahala jariyah, shalat jenazah, pahala hadiah atau shadaqah yang diatasnamakan sang ahli kubur, dan fitnah atau petaka kubur. Serta empat "tungku" di akhirat yaitu kiamat, perjumpaan dengan Allah, syafaat dan ampunan.
Masih banyak sebenarnya poin lainnya yang ingin dibagi dari buku tersebut, sebagai nasehat untuk diri sendiri dan saudaraku seiman... semoga bermanfaat.


Mei 04, 2015

Efek Plasebo Sang Pemenang

Sore itu putra sulungku ngasih kabar bahwa sekolahnya (SMK Telkom Malang) bikin kebijakan baru sebagai bentuk apresiasi kepada siswanya yang hafal Al Qur'an. Apresiasi tersebut berupa pembebasan SPP 1 tahun pelajaran untuk siswanya yang hafal Al Qur'an 10 juz, bebas SPP 2 tahun untuk yang hafal 20 juz, dan bebas SPP 3 tahun untuk yang hafal 30 juz. Alhamdulillah... tentu kami senang dengan kebijakan tersebut, tapi di sisi lain si sulung jadi gundah karena dia merasa tidak akan bisa memperoleh beasiswa itu. Karena hafalan Qur'an-nya belum sebanyak itu :-(

Kusemangati dia untuk mencoba menerapkan 'efek plasebo' yang dibahas di dalam koleksi buku barunya yang berjudul "I am Gifted, So are You!" (saya berbakat, anda juga) tulisan Adam Khoo - sang motivator pendidikan yang terkenal itu. Ya.. efek plasebo - yang intinya seperti men-sugesti diri sendiri dengan sesuatu, sehingga timbul keyakinan pada diri sendiri bahwa "saya pasti bisa".

Efek plasebo awalnya dikenal di dunia medis, yang juga sering disebut the magic of believing atau the power of mind. Efek yang ditimbulkan oleh obat atau terapi 'pil gula' yang diberikan oleh dokter kepada pasiennya dengan mengatakan bahwa obat tersebut sangat mujarab. Padahal sebenarnya tidak ada kandungan khusus didalamnya, tetapi seakan-akan bisa membuat pasien merasa 'sembuh'. Kesembuhan yang dirasakan itu bisa jadi karena tumbuh keyakinan pada dirinya bahwa obat itu memang mujarab dan dapat membantu menyembuhkan sakitnya.

Sugesti diri atau efek plasebo juga bisa ditumbuhkan dalam diri seorang siswa untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Prestasi-prestasi seperti sukses menghafal Al Qur'an sekian juz, sukses meraih nilai A untuk beberapa mata pelajaran penting, sukses meraih rangking 1 di kelas, sukses meraih beasiswa, sukses masuk sekolah ternama atau perguruan tinggi ternama, menang olimpiade tingkat nasional, dan seterusnya. Menjadi siswa penuh prestasi atau menjadi siswa"A" - istilah yang digunakan oleh Adam Khoo - bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai. Tentu dengan menyusun langkah-langkah konkrit untuk mencapai prestasi itu dan serius melaksanakannya.

Langkah awal untuk menjadi sang pemenang (the winner) menurut Adam Khoo adalah dengan menumbuhkan keyakinan pada diri sendiri terlebih dahulu. Keyakinan bahwa "saya pasti bisa" meraih sukses - itu bisa menjadi sebuah kekuatan besar sekaligus modal yang sangat penting. Karena menurut Adam Khoo : "keyakinan kita tidak benar-benar nyata. hal tersebut merupakan pendapat dan generalisasi semata. namun, jika meyakininya, semua itu dapat menjadi kenyataan. sudah jelas keyakinan itu memiliki kekuatan besar yang dapat mempengaruhi anda secara fisik dan mengubah biokimia anda". 

Masih menurut Adam Khoo, setelah menumbuhkan keyakinan diri sekaligus menetapkan target atau cita-cita; langkah berikutnya adalah menyusun langkah-langkah spesifik dan konkrit untuk mencapainya. Kemudian mempunyai komitmen yang kuat untuk menaati dan menjalankan setiap langkah atau prosesnya. The Winner juga harus memikul tanggung jawab terhadap diri sendiri, tidak membuat-buat alasan atau menyalahkan orang lain jika dirinya gagal. "Memikul tanggung jawab terhadap diri sendiri adalah suatu kekuatan yang luar biasa. Mengapa ? Karena, jika anda yakin anda yang menyebabkan semua terjadi, anda memiliki kekuatan untuk mengubah dan memperbaiki hidup!. Anda memegang kendali" begitu kata Adam Khoo. Jadi bisa disimpulkan bahwa The Winner = selalu bertanggung jawab, sedangkan The Looser = selalu beralasan.

Setelah men-sugesti diri dengan keyakinan "saya pasti bisa" yang diikuti langkah-langkah meraih sukses tersebut di atas; sebagai hamba yang beriman tentu kita harus mengiringinya dengan do'a kemudian bertawakkal pada Allah Ta'ala. Karena hanya Allah yang berkuasa membuat semua impian kita menjadi kenyataan, hanya Allah yang berkuasa membuat semua kemungkinan bisa terjadi sesuai kehendak-Nya.

Oya .. Adam Khoo juga menulis bahwa ada 'efek plasebo' tertentu yang harus dihindari oleh seorang pemenang. 'Efek plasebo' yang dimaksud adalah dengan menghindari perkataan "saya tidak tahu". Karena menurutnya : "Ketika anda dihadapkan dengan sebuah pertanyaan dan anda menjawab 'saya tidak tahu!'sebenarnya anda mengatakan kepada otak anda untuk berhenti berpikir!....sebaiknya anda mengatakan 'coba saya pikirkan dahulu' dan mulailah memikirkannya!"

Hmm ... jawaban 'coba saya pikirkan dahulu' itu ada benarnya sih... Tapi akan jauh lebih baik jika kita menjawab "saya tidak tahu". Apalagi untuk menjawab pertanyaan seputar masalah syariah yang dihadapkan pada kita, sedangkan kita tidak mengetahui jawabannya atau tidak memahaminya.

Seperti yang dikutip dari bukunya Brilly El Rasheed yang sangat bagus yang berjudul "Golden Manners. Perilaku-perilaku Emas Demi Menggapai Kenikmatan Abadi". Berikut kutipannya : "Contohnya ketika Rasulullah ditanya oleh Jibril tentang peristiwa di hari kiamat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Yang ditanyai tentangnya tidak lebih tahu daripada yang bertanya". Di bagian lain Brilly juga menulis bahwa [Ibnu Jama'ah berkata, "Apabila seorang alim ditanya tentang perkara yang belum diketahuinya, maka termasuk bentuk ilmu adalah menjawab 'saya tidak tahu' ". Sebagian salaf mengatakan, ucapan 'saya tidak tahu' adalah setengah ilmu " "] [Tadzkirah As-Sami' hal.49].

Allahu a'lam .....


Update Maret 2016..
Alhamdulillah si sulung baru memperoleh apresiasi atas hafalan Qur'an nya - yg sebenarnya belum banyak :) Apresiasi berupa uang tunai senilai SPP beberapa bulan dari sekolahnya itu cukup membuat kami terharu. Pesan kami padanya untuk selalu menjaga hafalannya dan berharap bisa terus menambah hafalannya. Terima kasih SMK Telkom Malang. Jazakumullahu khoir..