Januari 30, 2017

Lenggang Jakarta ..

Weekend minggu lalu, alhamdulillah kesampaian ngajak ibunda dan si bungsu Hira mengunjungi kerabat dan sahabat di Jakarta dan Bogor yang sudah diangan-angan sejak lama, sekalian jalan-jalan dan untuk recharge tentunya. Si bungsu seneng banget tapi juga takut-takut, karena ini akan jadi pengalaman pertamanya naik pesawat. Sebenarnya pingin bisa rame-rame berangkat bareng suami dan si sulung Fadhil, tapi kebetulan keduanya lagi ada halangan, jadi gak bisa ikut. 

Sesuai agenda, perjalanan silaturahmi dimulai dari rumah kerabat di komplek Angkasa Pura Tangerang.. seneng sekali akhirnya bisa mengunjungi rumah Didin. Kami dijamu bermacam hidangan yummi sambil kangen-kangenan. Didin dan suami juga nyiapin mobil plus pak Samsul - temannya mas Heru (suami Didin) - yang akan membawa kami jalan-jalan selama di Jakarta. Bersyukur saat itu bisa bertemu juga dengan Tante Endang yang kebetulan sedang berkunjung ke rumah Didin. Tante Endang dulunya lama tinggal di Lombok terus hijrah ke Bogor untuk mengembangkan dakwah di Bogor. Kami sudah luaama tidak bersua beliau - terakhir ketemu Tante Endang waktu aku masih kecil, mungkin sekitar 40 tahun yang lalu !! Suasana di rumah Didin jadi tambah rame dan makin hangat. Tante Endang wanti-wanti meminta kami untuk nyempetin bermalam di villa qur'annya di Jambuluwuk daerah Ciawi - Bogor.

Dari rumah Didin, jalan-jalan ke Seaworld Ancol diantar pak Samsul. Kami menikmati betul suasana di Seaworld, terutama saat melewati terowongan dan menonton atraksi feeding time yang disuguhkan. Ada 3x atraksi yang disuguhkan. Atraksi pertama dua petugas menyelam ngasih makan di akuarium utama sambil dipandu mbak MC yang detil jelasin kehidupan biota laut. Jelasin tentang bahayanya mengkonsumsi ikan-ikan buesaar termasuk kerapu dan pari super besar yang banyak bersliweran di akuarium utama, karena mengandung racun. Jelasin bahayanya jika sampai menyentuh ekor ikan hiu dan pari. Dulu ada kejadian seorang penyelam tidak sengaja menyenggol ekor hiu yang sedang diberi makan. Si hiu merasa terancam dan langsung berbalik menyerang si kakak dan meng"hisap" lengannya.. alhamdulillah dia selamat tapi dapat "oleh-oleh" 54 jahitan di lengannya. Baru tahu kalo hiu makan dengan cara menghisap, agak merinding pas liat atraksi si penyelam mendekatkan pakan yang ada di tangannya ke mulut hiu agar bisa dihisap..hii ngeri

Atraksi kedua seorang petugas ngasih makan si otter (berang-berang - hewan semi akuatik yang bentuknya seperti linsang) juga menarik, dua otter yang ada di akuariumnya sungguh lucu gerakannya, lincah loncat sana loncat sini, dan ada yang terus nungguin di kaki si pemberi makan agar langsung kebagian makanannya. Terakhir atraksi petugas ngasih makan di beberapa kolam sentuh yang berisi penyu, bintang laut, dan hiu kecil yang tidak buas. Aku coba ngasih makan hiu kecil itu, awalnya sempat takut tapi setelah diyakinkan petugasnya bahwa dia akan menjamin keselamatanku, akhirnya kuberanikan juga ngasih makan hiu itu sesuai petunjuk si kakak - yaitu langsung mendekatkan ke mulutnya dan langsung dihisap oleh si hiu.. hiiii .. merinding rasanya.

Oya karena Seaworld ada di area taman rekreasi Ancol (termasuk Dufan, Ocean Dream, dll) maka tiket yang harus dibeli jadi double. Masuk Seaworld pas week day 85 ribu per orang ditambah tiket masuk Ancol 25 ribu per orang. Usahakan bisa nonton atraksi feeding time kalo ke Seaworld. Jadwalnya banyak sih mulai pagi sampai sore, dan berulang. Sesuai yang kualami kemarin, masuk Seaworld pas weekday (hari Jumat) sekitar 14.30 kami bisa menikmati atraksi tersebut 3x, pertama jam 15.30 atraksi di akuarium utama, kedua jam 16.00 atraksi di akuarium otter dan terakhir jam 17.00 di kolam sentuh.

Dari Seaworld meluncur ke Amaris Mangga Dua untuk bermalam sekaligus ketemuan dengan Erna – kerabat kami yang kerja di perusahaan kontruksi yang kantornya di gedung Maspion Mall deket situ. Walaupun hanya ngobrol bentar karena sama-sama capek (Erna dan temannya habis kerja, kami habis muter-muter..he he), tapi lega akhirnya bisa ketemuan sesuai yang diharapkan.

Hari kedua – cek out, dijemput pak Samsul trus nyempetin ke ITC Mangdu bentar, lanjut ke Monas pingin nyoba makanan khas daerah yang infonya banyak terdapat di di warung kuliner (wakul) Lenggang Jakarta dekat parkiran IRTI Monas. Info itu kuperoleh dari internet. Tapi sayang jualan yang ada sudah gak selengkap seperti yang diposting di internet itu lagi. Muter-muter sampe agak lama nyari selat solo (semacam bistik khas Solo) seperti yang direkomen, juga gak ketemu. Suasana di wakul itu juga tidak seperti yang kulihat di internet. Mungkin karena postingan yang kubaca itu tahun 2015 lalu saat Lenggang Jakarta baru diresmikan ya... jadi terkesan masih bersih, semua pembayarannya tertib pake e-money dan lebih beragam jenis makanan yang dijual. 

Dari Monas, nyempatin sholat di masjid Istiqlal - selama ini kalo ke Jakarta cuma lewat saja di depannya. Sayangnya toilet dan tempat wudlu nya jauh dan kesannya kurang terawat. Kasian ibunda dan banyak pengunjung lansia lainnya yang harus jalan jauh untuk bisa wudlu. Tapi setelah naik ke lantai 2, suasananya berbeda, sekitar tempat sholat utama (di bawah kubah) cukup bersih, megah dan menentramkan.

Dari Istiqlal meluncur ke TMII ketemuan sama Meita sahabatku sejak SMA dulu. Ganti pake mobil Meita, muter-muter di Taman Mini, sempet ngajak Hira masuk ke istana anak-anak, lalu lanjut ke Bogor. Perjalanan ke Bogor sempat macet, tapi ada hikmahnya. Aku dan ibunda jadi puas ngobrol dengan Meita dan putra putrinya. Nyampe Bogor, mampir bentar ke sebuah supermarket, beli dimsum langganan Meita untuk dinikmati di mobil sambil muter-muter. Menjelang maghrib ngelewati depan Kebun Raya Bogor, melihat masih ada satu pintu Kebun Raya Bogor yang masih buka, Meita langsung membelokkan mobilnya ke sana. Setelah muter-muter bentar, kami turun dan duduk-duduk di cafĂ© dekat kolam air mancur besar berisi teratai raksasa sambil menikmati view kebun raya yang cakep. Hira malah sempat tidur-tiduran di rerumputan sekitar cafe. Alhamdulillah pas lagi gak hujan. Di sela-sela itu Tante Endang nelpon ngajak ketemuan lagi sekaligus makan malam di warung ayam bakar pak Atok – di daerah Sentul.

Dari Kebun Raya meluncur ke warung Pak Atok. Sambil nunggu Tante Endang datang, kami memesan makanan yang berbeda agar bisa icip-icip rame-rame.. he he. Wah nikmat banget semua makanannya... mulai dari nasgor kambingnya, nasi timbel ayam bakarnya, tauge nya, nasi empal bakar dan sambalnya, es apukatnya… hmmm semuanya yummi .. alhamdulillah. 

Dari warung Pak Atok, ganti pake mobil Tante Endang meluncur ke Jambuluwuk Ciawi – ke villa qur’annya beliau untuk bermalam. Sejuk dan menentramkan suasana di dalam dan di luar villa beliau, dikelilingi beberapa kolam ikan dan kebun sayur. Bagun pagi-pagi langsung mandi trus berkemas dan langsung diajak jalan-jalan ke Puncak menikmati pemandangan kebun teh. Di Puncak Pass kami foto-foto bentar sambil ngemil ubi cilembu bakar, tahu sumedang, dan gemblong (semacam getas ketan tapi luarnya dilapisi gula merah). 

Arah pulang dari Puncak sempat lancar, tapi mendekati Taman Safari kondisi macet, mobil hampir tidak bergerak, waduh jadi kuatir jam buka tutup sudah diberlakukan. Aku jadi deg-deg an, karena saat itu sudah menjelang jam 9 pagi, sementara jadwal take off pesawat pulang ke Surabaya sekitar jam 1 siang. Tante Endang akhirnya minta tolong Pak Tisna – sang driver untuk ngambil jalan alternatif. Wah hebat Pak Tisna… sangat lihat melewati jalan alternatif yang ternyata sangat menantang, karena hampir semuanya masih berupa jalan makadam, berkelok-kelok, naik turun dan sangat sempit. Alhamdulillah lega rasanya akhirnya bisa nyampe Gadog terus masuk tol. Berhenti sebentar di rest area tol dekat Sentul untuk sarapan dan ketemuan lagi dengan Meita yang bawain oleh-oleh roti unyil untuk kami.

Alhamdulillah..akhirnya nyampe juga di Bandara Soeta sekitar jam 11 an, jadi bisa cek in lebih awal dan punya waktu banyak untuk menata bawaan yang masih amburadul karena gak sempat dikemas dengan baik habis bermalam di Ciawi tadi. 

Terimakasih banyak Didin, Meita dan Tante Endang atas semua jamuannya.. jazakumullahu khoir









Januari 10, 2017

Keep moving...

Harus diakui, kondisi kerjaan belakangan makin terasa berat. Tapi mau gak mau mesti tetap bergerak.. tetap mengayuh.. agar tidak jatuh dan semuanya berjalan seimbang

Seberat apapun perjalanan yang harus ditempuh, tetap harus mengayuh. Sesekali perlu beristirahat .. tapi pada akhirnya kaki mesti mengayuh lagi, terus bertahan untuk tetap bergerak, agar bisa berpindah, agar bisa melangkah

Tidak mudah memang, bahkan sering terasa sangat berat.. tapi perjalanan yang dulu telah dimulai mesti dihadapi, mesti tetap berbuat sampai memang harus menyerah. Atau sampai Allah berkehendak... laa haula wa laa quwwata illa billah ... al khair mukhtarallah !