Acara tersebut juga jadi ajang reuni bagiku, beberapa teman seangkatan pas kuliah S2 juga ikutan di situ, juga hadir dosen S2-ku bu Erma Suryani, Ph.D yang mewakili ITS sebagai partner penyelenggara. Selain aku dan partner penelitianku (P.Karjadi) yang mewakili Politeknik SAKTI Surabaya, peserta lainnya dari UK Petra, Univ. Ciputra, Univ. Widya Kartika, Univ. Gajah Mada, Univ. Brawijaya, ITS, STT Payakumbuh, Univ. Andalas Padang, dan beberapa universitas dan politeknik dari Malaysia (antara lain UTM, UUM, UniMAP, Univ Malaysia Perlis, Univ. Malaysia Kelantan & Politeknik Kelantan Melaka ), serta dari Univ of Moratuwa Sri Lanka. Insya Allah paper-paper yang dipresentasikan dalam konferensi int'l tersebut juga akan dimuat dalam Jurnal Teknologi UTM.
Acara dibuka oleh Prof. Dr. AmranRasli -conference chairman- dilanjutkan presentasi ilmiah beliau tentang gap antara hasil riset akademik dengan kebutuhan/aplikasinya di dunia industri dan solusi-solusinya. Simak juga topik terkait hal tersebut yang ditulis oleh Professor Bruce Prideaux - James Cook University, dg judul "Bridging the Gap Between Academic Research and Industry ".Tulisan yang diawali dengan rumusan masalah yg menurutku menarik dan memang menjadi fenomena tersendiri yaitu : "Para peneliti sering memanggil industri dan masyarakat untuk membantu dalam koleksi data, namun hasil umpan baliknya jarang dalam bentuk yang dapat dipahami oleh masyarakat dan industri". Selengkapnya silahkan akses ke http://www.cdu.edu.au/sites/default/files/Bridging%20the%20Gap%20Between%20Academic%20Research%20and%20Industry.pdf.
Seperti yang dikutip dari salah satu panduan pengajuan proposal yang diterbitkan oleh Litabmas DIKTI bahwa : "Sudah umum diakui bahwa terdapat korelasi positif antara GDP per kapita dan jumlah publikasi ilmiah bertaraf internasional serta jumlah sitasi yang dilakukan pada karya sesuatu bangsa. Kemampuan menerbitkan karya ilmiah di forum internasional meningkatkan kepercayaan masyarakat dunia akan mutu produk teknologi sesuatu bangsa sehingga devisa yang berhasil diraih bangsa tersebut di pasaran global juga meningkat. Dapatlah dimengerti jika sejak tahun 1960-an secara bertaat asas Jepang membanting kemudi dan menggalakkan ilmuwannya untuk berkarya hanya dalam bahasa Inggris, dan dalam beberapa tahun terakhir tersaksikan upaya ilmuwan Cina menuliskan hasil temuannya dalam berkala ilmiah yang diterbitkan di Eropa dan Amerika..."
Ya memang perlu paper kita sampai ke hadapan mitra bestari dengan skala yang lebih luas, dengan cara mempublikasikannya dalam jurnal ilmiah internasional, sehingga karya kita juga terbaca dan terdengar dalam layanan cepat bibliografi.
Tetapi di sisi lain pe-er besar juga menanti untuk diselesaikan, yaitu bagaimana kita dapat membuat sebuah karya ilmiah yang bermutu dan terpublikasi dalam skala internasional tetapi juga dapat diaplikasikan dalam dunia usaha dan industri (tentu dalam arti yang sesungguhnya - seperti yang sudah terjadi di negara maju seperti Jepang dan Cina).
Selamat bekerja !
update Februari 2015:
Alhamdulillah papernya sudah dimuat di e-journal - Jurnal Teknologi di http://www.jurnalteknologi. utm.my/index.php/ jurnalteknologi/issue/view/161
Alhamdulillah papernya sudah dimuat di e-journal - Jurnal Teknologi di http://www.jurnalteknologi.