Mei 30, 2016

Dosen Berprestasi ...

Menarik membaca tulisan dari salah satu teman dosen sebuah PTS di Malang yang dibagi di salah satu grup wa-ku. Tulisan tentang kesan beliau saat menghadiri undangan Kopertis VII dalam acara Dosen Berprestasi Kopertis VII Tahun 2016 minggu lalu.

Pak Fourry namanya, salah satu peserta dosen berprestasi (dospres) 2016 Kopertis Wilayah VII membagikan tulisannya yang cukup menginspirasi sekaligus menyadarkan kami - sebagai sesama dosen - bahwa di luar sana ada beberapa dosen bahkan cukup banyak yang pencapaiannya telah cukup jauh... wah sangat banyak ketinggalan nih. Dan berikut kutipan tulisannya (sudah sedikit diedit agar lebih mudah membacanya) :

".... kegiatan ini memang diikuti Dosen yang punya prestasi. Bahkan yang sudah pernah jadi juara 2 dan 3, ditahun lalu dan sudah lolos 10 besar Nasional, masih boleh ikut lagi, (kecuali yg juara 1). Seperti 2 orang peserta yg kemarin tampil presentasi.
Catatan saya,  bagi Dosen yg akan tampil, perlu memperhatikan hal-hal berikut : 1). Diseleksi dari Internal yang bagus, karena kemampuan tri dharma nya dan Bahasa Inggris harus lengkap dan seimbang. 2). Menyiapkan presentasi yang bisa menunjukkan siapa kita seutuhnya. 3). Karya Unggulan kita (roadmap) harus sudah terbangun dengan baik,  serta jelas bagaimana pencapainnya. 4). Potret 3 tahun yang membuktikan bahwa kita telah mendapatkan pencapaian 3 poin diatas.
Sebab kita akan saling berhadapan dengan Dosen-dosen yang  established Tri dharma nya. Mendapatkan pengakuan internasional,  H-index 10 (kemarin ada 4-5 orang yg H-index antara 5-10). Mendapatkan Riset Funding dari dalam dan luar negeri,  melakukan kolaborasi Riset Internasional, Abdimas Rutin,  Reviewer Internasional, dll. Dan tidak dinilai dari 1 sisi,  tapi paket lengkap. Nah, maka kalau mau disiapkan dari sekarang, Carefully-Crafted peace by peace, Insya Allah bisa. Good luck,  selamat mencoba. Acara ini sangat menyenangkan, menurut kami tidak ada yg kalah, semua menang, karena semua yg hadir mendapatkan pencerahan dan teman baru. Dengan semakin banyak yang ikut, Semoga Kopertis 7 juga akan mendapatkan Talenta terbaik dan menjadi Jawara Nasional. Amin .... ".

Selamat ya Pak, dan terimakasih sudah mengijinkan tulisannya dikutip di sini :)

Hmmm....memang membanggakan jika membaca profil-profil dospres, seperti profil 3 dospres tingkat nasional tahun 2015 yang dimuat di http://www.savioo.com/campus/inilah-3-sosok-dosen-berprestasi-tanah-air-yang-dapat-kamu-jadikan-panutan/ . Berurutan mulai dari juara 1, 2, 3 ... mereka adalah Budi Wiweko dari  Fak. Kedokteran UI, Deendarlianto dari Fak. Teknik UGM, dan Andri Dian Nugroho dari Fak. Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB.

Ketiganya memiliki keunggulan masing-masing, semuanya meliputi paket yang komplit plit di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan kegiatan penunjang lainnya. Ditambah prestasi-prestasi unggul termasuk penghargaan dari dalam dan luar negeri, dan yang pasti mereka sudah menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi kemajuan bangsa dalam berbagai bidang... Masya Allah.

Semoga bermanfaat ... 

Mei 13, 2016

Rembangan, Papuma dan Wisata Panci

Liburan long weekend minggu lalu, aku dan suami kesampean ngajak anak" dan ibuku silaturahmi ke beberapa kerabat di luar kota sekaligus rekreasi. Perjalanan dimulai kamis pagi ke Probolinggo mengunjungi kakak, lanjut ke Situbondo mengunjungi bude dan nenek sekalian bermalam di sana.

Jumat pagi kami melanjutkan perjalanan ke Jember. Hmmm..sudah lama gak melewati rute Situbondo-Bondowoso-Jember yang menyuguhkan pemandangan indah. Jalanan yang naik turun dengan pemandangan persawahan hijau, hutan jati yang rindang, dan  sesekali tampak rimbunan pohon coklat dan rambutan yang sedang berbunga, sungguh memanjakan mata. Memasuki kecamatan Maesan - Bondowoso banyak penjual durian di gubuk kecil berjejer di pinggir jalan di bawah rimbunan pohon yang rindang, sungguh menggoda untuk mampir.  Aku dan ibunda menyempatkan turun dari mobil untuk menikmati makan durian di gubuk kecil itu... sungguh nikmat makan durian bersama ibu, duduk di amben gubuk yang adem. Suami dan anak" yang kebetulan gak doyan makan durian, dengan sabar nunggu di dalam mobil.. terimakasih yaa :-)

Di daerah Arjasa, sebelum masuk kota Jember, kami berbelok ke arah wisata Rembangan. Pengennya sih mengenang masa kecilku dulu... kangen menikmati pemandangan di sekitar kaki gunung Argopuro yang indah itu. MasyaAllah ..... jalan menaik yang berkelok-kelok dan di kanan kiri disuguhi pemandangan hijau yang sungguh cantik berupa pematang sawah diselingi tanaman bunga terompet warna warni khas bunga pegungungan dan jejeran pohon durian, pohon coklat serta pohon buah naga.

Nyampe di atas, udara terasa lebih sejuk, kami langsung 'tergoda' dan memutuskan untuk bermalam di tempat wisata itu, beruntung masih tersisa 1 kamar yang menyediakan air panas.  Tarif kamar lumayan bersahabat - mulai 165 ribu sampai 285 ribu. Tapi sayang, jika turun hujan, air di bak mandi jadi keruh karena air dialirkan langsung dari mata air pegunungan. Di sekitar kamar disuguhi pemandangan khas pegunungan dengan kontur tanah yang berbukit-bukit, dilengkapi area bermain anak yang cukup luas, kolam renang yang di sekitarnya terhampar rerumputan hijau luas dan pepohonan rindang. Terlihat beberapa keluarga menggelar tikar plastik di atas rumput sambil menikmati menu yang mereka bawa dari rumah sembari mengawasi anak-anaknya yang asyik berenang.  Dari sisi atas tebing tempat wisata yang berbatasan langsung dengan jalan itu, kita dapat melihat panorama kota Jember dari kejauhan, tampak juga mobil pick up bermuatan penuh buah durian meluncur ke arah bawah, mungkin dijajakan di daerah Maesan tempat kami menikmati buah durian tadi ya...

Di sana kami juga sempat menikmati teh jahe dan pisang agung keju -menu khas restoran hotelnya. Secangkir teh jahe harganya 9000 ribu, dan sepiring besar pisang agung goreng yang ditaburi keju harganya 20 ribu an. Lumayan enak...

Sabtu pagi, kami turun ke kota Jember, mengunjungi pakde di daerah Mangli. Setelah kangen-kangenan bentar, kami ngajak pakde dan istrinya ke wisata pantai Tanjung Papuma. Tempat wisata itu kabarnya molek dan elok. Jaraknya dari Mangli hanya sekitar 30 km, melewati daerah Jenggawa dan Ambulu. Di Jenggawa kami sempat mengunjungi famili yang sedang sakit. Syafakallahu ...

Tanjung Papuma (papuma = pasir putih malikan) berdampingan dengan wisata pantai Watu Ulo. Tapi jalan masuk dan pengelola kedua tempat wisata itu berbeda. Menurut cerita pakde - kebetulan beliau pensiunan Perum Perhutani - jalan masuk ke Papuma dibuat dan dikelola langsung oleh pihak Perhutani. Jalan masuk ke Papuma melewati hutan lindung yang masih asli dan asri, jalanan juga setengah makadam, dan masih banyak monyet yang berkeliaran di pinggir hutan dan menyeberangi jalan. Kami terhibur dengan keberadaan monyet-monet itu, apalagi ada beberapa induk yang menyeberangi jalan sambil menggendong anaknya...lucunya...

Sampai di pos penjagaan / pintu loket, jalanan langsung menanjak cukup tinggi dan sangat miring, bahkan ada sebuah mobil MPV ber-cc rendah yang tidak kuat naik, terpaksa semua penumpangnya turun dan kemudinya diambil alih sementara oleh petugas Perhutani yang menjaga loket. Setelah itu jalan agak mendatar tapi tidak lama kemudian menanjak lagi dan berkelok-kelok - mesti berhati-hati dan lihai dalam mengemudikan mobil. Sepertinya bus besar gak bisa naik sampai ke lokasi pantai, mungkin penumpangnya mesti ganti dengan ojek ya..

Pantai Papuma memang elok, pasirnya relatif putih, terdapat banyak batu besar dan bukit karang di sana. Panorama sekitar yang molek dengan ombak yang cukup besar, dan terpecah dengan cantik setelah melewati bukit-bukit karang, mengundang pesona dan rasa takjub akan kebesaran Ilahi Robbi. Kami sangat menikmati panorama pantai Papuma dengan deburan ombaknya yang indah. Anak-anak bermain pasir, yang lain leyeh" sambil menyantap makan siang hasil olahan istri pakde yang nikmat : botok patin, botok tahu tempe, ayam kampung ungkep, sayur lodeh dan sambal tentunya. Setelah itu rame" beli es buah gula aren dan es degan yang segar dan murah meriah... hmmm.. benar" liburan...
Sayangnya pandangan mata agak ternoda dengan sampah yang berserakan di beberapa tempat, masih saja ada pengunjung yang membuang sampah sembarangan :(

Dari Papuma, kami sengaja tidak melewati rute hutan lindung seperti jalan masuk tadi, tapi memilih melewati jalan masuk ke pantai Watu Ulo yang kabarnya dikelola oleh pemkab Jember. Hanya sekedar ingin tahu dari dekat, seperti apa tempat wisata pantai Watu Ulo. Sayangnya panoramanya kurang bagus, pengunjungnya juga sepi, gak sebanding dengan total tiket semobil yang harus kami bayar he he... Seandainya semua pihak berwenang dan terkait bisa saling bersinergi ya... mungkin pantai Watu Ulo yang bertetangga sangat dekat dengan pantai Papuma itu bisa 'dikemas' dengan lebih baik, sehingga pengunjungnya bisa lebih banyak.

Sore tiba di rumah pakde lagi, istirahat sebentar, malamnya suami ngajak berkunjung ke 'mantan' tetangga kami di Sidoarjo yang sudah lama pindah ke Jember - beliau dosen di Unej. Minggu pagi kami melanjutkan perjalanan ke Malang, ngantar Fadhil - si sulung, kembali ke kos an-nya. Perjalanan dari Jember sampai daerah Klakah - Lumajang cukup menyenangkan, pemandangan di kanan kiri jalan cukup indah.. aliran sungai yang bersih dan terbentang puanjang di sebelah kiri jalan, di sebelah kanan jalan beberapa kali tampak hutan jati dan kebun coklat. Nyampe Klakah sering terlihat pengendara sepeda motor membawa beberapa tandan pisang yang masih mengkal. Rupanya mereka ngumpul di sebuah pasar yang khusus berjualan pisang dan oleh-oleh khas Lumajang lainnya seperti kripik pisang, dan olahan pisang lainnya.

Nyampe di Malang, istirahat sebentar, trus lanjut jalan lagi pulang ke Sidoarjo. Di Pandaan, di daerah Taman Dayu, mampir sebentar ke wisata panci. Awalnya sih hanya ingin tahu, sekedar cuci mata... eh begitu lihat peralatan dan perlengkapan rumah tangga yang dipajang begitu banyak, lengkap dan murah meriah, jadi borong beberapa peralatan dapur deh :) Habis belanja lanjut lagi perjalanan, menjelang maghrib nyampe rumah .. alhamdulillah