
Masalah krusial tersebut menjadi pengantar pembukaan acara
workshop SPMI oleh SekPel Kopertis VII di Batu - Malang yang dimulai sejak
Jumat 17 Feb s.d. 19 Feb minggu lalu. Prof.
Ali Maksum (beliau sebentar lagi akan menyelesaikan tugasnya sebagai SekPel
Kopertis Wilayah VII) – juga menyatakan bahwa SPMI menjadi agenda Kopertis yang
tak mengenal kata akhir. Sampai-sampai Kopertis VII pernah harus ‘mengamputasi’ sebuah
PT karena pelanggaran yang dilakukannya
sudah sistematis dan massif, sehingga terpaksa harus mengganti seluruh jajaran
dari top manajemen sampai ke level kaprodi.
Beliau juga mengingatkan bahwa budaya mutu sudah seharusnya
menjadi ‘roh’ bagi semua PT untuk menjawab masalah krusial tersebut di atas. Termasuk
menjaga mutu dosen, yang seharusnya bukan hanya sebagai pendidik tapi juga
seorang ilmuwan. Jadi seharusnya sebagai dosen, tidak hanya rutin melaksanakan
pengajaran tapi juga harus melaksanakan penelitian & abdimas secara rutin. Dan
kegiatan penelitian yang dilakukan seharusnya bukan hanya untuk memenuhi kum
penilaian tapi diharapkan dapat ter’hilirisasi’ – artinya hasil penelitian bisa
sampai ke hilir atau ke masyarakat.
Tiga pemateri utama yaitu Prof Tatik, Prof Noor dan Dr.
Jeny, merupakan fasilitator yang sudah mempunyai jam terbang tinggi di bidang
SPMI. Banyak ilmu dan tips menarik yang dibagikan oleh beliau bertiga pada kami
mengenai cara membangun SPMI dan cara mengelolanya.

SPMI juga harus menjadi komitmen kolektif, agar siklus
penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik. Menurut pemateri, sebuah PT belumlah dapat
dikatakan melaksanakan SPMI, jika belum menyelesaikan satu siklus SPMI secara
konsisten. Siklus SPMI yang dimaksud meliputi penetapan – pelaksanaan –
evaluasi – pengendalian – dan peningkatan (PPEPP), bukan hanya sekedar plan –
do – check – action (PDAC). Logikanya dengan menjaga siklus SPMI berjalan
dengan baik, maka bisa diharapkan proses penjaminan mutu eksternal PT - proses akreditasi oleh BAN PT (SPME) juga berjalan lancar.
Bicara SPMI pasti bicara dokumen, dan cukup banyak dokumen SPMI
yang harus disiapkan, yaitu (1) dokumen kebijakan, (2) dokumen manual, (3) dokumen standar, dan (4) dokumen formulir.
Sesuai pemahamanku setiap standar harus didampingi
lima buku manual (sesuai siklus SPMI di atas), yaitu manual penetapan , manual
pelaksanaan, manual evaluasi, manual pengendalian dan manual peningkatan.


Minggu pagi sebelum sarapan, nyempetin ikutan senam bersama masyarakat kota Batu di halaman Balaikota yang kebetulan deket dengan lokasi workshop. Setelah itu menikmati sarapan yang dilayani langsung oleh sang marketing manager hotel tempat kami menginap ... sip !

Di akhir sesi workshop dipresentasikan dan didiskusikan dokumen
kebijakan, manual, standar dan formulir dari hasil tugas tiga kelompok, yang
masing-masing mengambil topik (1) standar penilaian hasil abdimas, (2) standar
penilaian kinerja dosen, dan (3) standar evaluasi pembelajaran. Dari pemaparan
hasil tugas tersebut, jadi semakin jelas dan bisa membedakan isi dan maksud tiap-tiap
dokumen SPMI, terutama dokumen manual nya yang nama dan fungsinya sesuai siklus
SPMI tersebut, yaitu manual penetapan standar, manual pelaksanaan standar, sampai dengan manual peningkatan standar.
Pe er berikutnya ... benahi dokumen SPMI yang sudah ada. Dan sesuai tips dari pemateri - jangan langsung digebrak semua - fokus dulu pada dokumen dan siklus dari salah satu standar yang dianggap paling prioritas, baru beranjak ke standar lainnya, serta yang tidak kalah penting : f-up komitmen kolektif !
Pe er berikutnya ... benahi dokumen SPMI yang sudah ada. Dan sesuai tips dari pemateri - jangan langsung digebrak semua - fokus dulu pada dokumen dan siklus dari salah satu standar yang dianggap paling prioritas, baru beranjak ke standar lainnya, serta yang tidak kalah penting : f-up komitmen kolektif !