September 11, 2017

Lingkaran Barokah..

Rabu, 23 Agustus 2017 lalu, di ruang sidang utama gedung rektorat ITS, kami berkesempatan menghadiri kuliah tamu internasional tentang “Al-Aqsha : Sejarah, Arsitektur & Masalah Dunia” yang menghadirkan narasumber Prof. Dr. Abd.Al-Fattah El-Awaisi (Guru Besar dari Univ. Sabahattin – Zaim, Istanbul – Turki, beliau juga pendiri ISRA = Islamic Jerusalem Research Academy) dan Ustadz Dzikrullah Wisnu Pramudya dari Institut Study for Al Aqsha (ISA). Hadir juga Santi Soekanto - istri Ustadz Dzikrullah yang juga seorang aktivis sosial. Merunut sedikit profil Ustadz Dzikrullah dari beberapa sumber di internet - beliau dikenal sebagai sosok jurnalis senior yang humble, aktivis sosial kemanusiaan yang konsen membantu rakyat Palestina, dan bahkan bersama istrinya merupakan saksi hidup tragedi kapal Marvi Marmara – kapal yg membawa bantuan dan misi perdamaian untuk rakyat Palestina yang sempat "dibajak" tentara Israel pada bulan Mei tahun 2010 itu.

Kunjungan Prof El-Awaisi ke beberapa perguruan tinggi di Indonesia termasuk ITS ini, merupakan mukaddimah atau tester untuk memotivasi Indonesia. Sebagai negara yang memiliki populasi muslim terbanyak di dunia, Indonesia diharapkan dapat mendirikan pusat-pusat studi kajian Baitul Maqdis. Karena selama ini banyak permasalahan disekitar Al Aqsha yang diterbitkan jurnal internasional berasal dari para pemikir non muslim bahkan dari Israel. Tujuannya untuk mengubah cara pandang umat Islam agar menilai Al-Aqsha tidak penting bagi mereka, intinya ingin menghilangkan hubungan atau keterikatan umat muslim dengan Masjidil Aqsha. Lebih jauh lagi bertujuan untuk melegitimasi secara religi dan historis berdirinya negara Israel. Ironis memang, pusat studi Baitul Maqdis pertama kali bahkan dimulai di sebuah universitas di Skotlandia. Maka sangatlah bisa dimaklumi, jika para narasumber tersebut sangat menginginkan berdirinya beberapa pusat studi kajian tentang Baitul Maqdis di Indonesia.

Prof El-Awaisi juga mengapresiasi penamaan ITS yg diambil dari sebuah peristiwa heroic ‘Sepuluh Nopember’. Menurut beliau bukan suatu kebetulan, jika akhirnya di kampus ITS dpt terselenggara kajian ttg Baitul Maqdis – yg juga berlatar belakang kisah heroic - sama-sama berjuang untuk dapat merdeka dari penjajahan. Negara Palestina yang sejarahnya merupakan 'tanah wakaf' dari Khalifah Umar bin Khattab, sampai kini masih terus berjuang melawan Zionis Yahudi. Bahkan kini yang disebut negara Palestina hanya tersisa dua wilayah kecil yaitu Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sebagian besar wilayah lainnya sudah ‘dicaplok’ Zionis Yahudi (Israel). Tepi Barat dan Jalur Gaza-pun saling terpisah jauh. Disebut sebagai sebuah negara, tapi wilayahnya terpisah oleh ‘negara lain’ yang ada di dalam negaranya (dikutip dari buku “Kun Fayakun! Menembus Palestina yang ditulis oleh Peggi Melati Sukma – recommended)

Acara dibuka oleh Prof. Sutardi – Ketua Takmir masjid Manarul Ilmi ITS – beliau mewakili Rektor ITS yang tidak dapat hadir dlm acara tersebut. Salah satu pesan penting Pak Rektor yg disampaikan melalui Prof.Sutardi adalah keinginan beliau untuk dapat mencangkok-kan studi tentang Baitul Maqdis ke dalam mata kuliah Agama Islam, nantinya diharapkan dapat memberikan pencerahan terhadap kalangan akademisi di ITS. Selanjutnya Ustadz Dzikrullah menyampaikan poin-poin penting perlunya memiliki ILMU dari sumber-sumber yang sahih tentang Baitul Maqdis, agar setiap muslim memiliki pemahaman yg benar ttg sejarah, keutamaan, dan peran penting Baitul Maqdis bagi seluruh umat Islam di dunia.  
Berikut peran penting Baitul Maqdis bagi kita sebagai umat Islam berdasarkan Qur’an dan Hadits sahih :
·         salah satu tanah suci umat Islam
·         tanah yang barokah
·         tempat lahirnya sebagian besar nabi dan rosul
·         tempat berkumpulnya manusia saat hari kiamat (mahsyar)
·         tempat naiknya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ke Sidratul Muntaha, setelah diperjalankan Allah dari Masjidil Haram di Mekah. Hal tersebut menunjukkan keterkaitan yg sangat erat antara Masjidil Haram dengan Masjidil Aqsha yang merupakan kiblat pertama umat muslim tersebut.
·         Selain itu menurut hasil riset sahih beberapa pakar muslim, terdapat pengembaran atau twinning di antara kedua tempat suci tersebut (keduanya dibangun pertama kali oleh Nabi Adam – belum berupa bangunan).
·         Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha merupakan salah satu tempat di dunia yang diperintahkan oleh Rasulullah untuk dikunjungi – “Janganlah engkau melakukan perjalanan jauh (safar) kecuali menuju tiga masjid: Al-Masjid Haram, Masjid Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan Masjid Al-Aqshaa” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1189 dan Muslim no. 3364].

Dengan memahami peran penting tersebut, diharapkan umat Islam memiliki pondasi pemahaman yang benar, sehingga mempunyai keterikatan dan kepedulian terhadap permasalahan yang menimpa bangsa Palestina. Dengan demikian, maka umat Islam sudah selayaknya bisa secara kontinyu dan terprogram membantu rakyat Palestina semaksimal mungkin,  baik melalui dana, tenaga, pemikiran, tulisan, dan do’a terbaik di waktu2 mustajab tentunya.

Mendukung kemerdekaan Palestina bukan hanya karena isu agama, tapi juga isu kemanusiaan. Perampasan tanah, pengusiran warga asli, meluasnya pemukiman ilegal oleh pihak Zionis, dan semua kejahatan perang yang mereka lakukan, sungguh di luar nalar kemanusiaan. Sungguh ironi isu HAM dan kemerdekaan adalah hak segala bangsa yg sering didengungkan negara2 besar pendukung zionis, sungguh standar ganda!

Jika kita mendengar nama Masjidil Aqsha, apakah yang ada di benak kita? Terbayang sebuah struktur bangunan berkubah emas (dome of the rock- bukan masjid melainkan bangunan berkubah yg dibangun di atas batu yg diyakini tempat berpijaknya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam naik ke langit saat peristiwa Isra’ Mi’raj)? ataukah terbayang struktur bangunan berkubah perak ? 
Yang benar : Masjidil Aqsha adalah sebuah area persegi seluas sekitar 14,4 ha yg mengelilingi kedua bangunan tersebut dan bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Selengkapnya bisa simak juga di http://masjidalaqsa.net/2016/12/20/what-is-masjid-al-aqsa/

Lalu apa bedanya Baitul Maqdis dengan Masjidil Aqsha?  
Untuk mengetahui hal tersebut, terdapat penjelasannya di dalam booklet yang dibagikan saat kuliah tamu itu, yang berjudul “ Mengenal Masjidil Aqsha Pusat Barakah bagi Seluruh Dunia” yang diterbitkan oleh Sahabat Al-Aqsha & Institut Al-Aqsha untuk Riset Perdamaian. Walaupun hanya berupa booklet, namun isinya cukup padat berisi informasi-informasi sahih seputar Baitul Maqdis yang bersumber dari Qur’an, Sunnah dan hasil riset yang amanah. 

Berikut penjelasan singkatnya : Masjidil Aqsha adalah nama yang berasal dari Allah Ta’ala (surat Al Isro’ ayat 1). Namun Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga menggunakan nama Baitul Maqdis untuk menyebut Masjidil Aqsha. Nama Baitul Maqdis bisa berarti lebih luas daripada Masjidil Aqsha yg luasnya 14,4 ha itu. Baitul Maqdis berarti rumah yg disucikan itu adalah nama yg dipakai unt kota yg dikenal dg sbg Jerusalem, yg merupakan lokasi Masjidil Aqsha. Selain itu Baitul Maqdis adalah juga nama dari sebuah kawasan istimewa yg diberkahi, yg mencakup di dalamnya kota-kota kecil dan desa-desa. Baitul Maqdis juga berarti kawasan yg diberkahi Allah atau negeri barokah atau tanah barokah sejak masa sebelum Nabi Muhammad (surat Al Anbiya : 71 & 81, surat Saba : 18, surat Al A’rof : 137, dan surat Al Isro’ : 1).

Prof El-Awaisi menambahkan bahwa kubah emas pada bangunan dome of the rock itu merupakan ‘sisa’ sedekah dari rakyat mesir (yg terkenal kaya raya saat itu)  yg dibangun oleh Al Walid bin Abdul Malik atas perintah ayahnya - Abdul Malik bin Marwan, Khalifah Ummaiyyah. Sebelumnya Nabi Adam lah yang pertama kali membangun Baitul Maqdis sesudah 40 tahun membangun Masjidil Haram di Mekkah. Jangan dibayangkan wujud masjid yg dibangun saat itu berupa bangunan kokoh menjulang spt layaknya masjid saat ini. Yang dimaksud masjid saat itu adalah sebuah tempat yang mempunyai batas-batas dan ada arah kiblat. 

Dengan demikian, terdapat hubungan erat antar kedua masjid tersebut (Haram dan Aqsha), dimana pengembaran atau twinning sudah bermula pada masa Nabi Adam. Terkait hal itu Prof El-Awaisi menunjukkan hasil riset sahih betapa persisnya bentuk persegi , sudut-sudut kemiringan bahkan derajat siku-siku area Masjidil Aqsha di Palestina dan Masjidil Haram di Mekkah. Selanjutnya para nabi dan rosul menguatkan hubungan dan keterkaitan antar kedua masjid tersebut. Nabi Ibrahim diriwiyatkan hijrah ke Baitul Maqdis, dan nabi Muhammad memperkuatnya dengan perjalanan malamnya dari Haram ke Aqsha (isro’ mi’roj), dan saat itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga menjadi imam sholat (gaib) para nabi dan rasul lainnya.

Terkait barokah di sekililing Al Aqsha tersebut, Prof El- Awaisi telah melakukan riset yang sahih dan amanah yg menghasilkan teori lingkaran barokah - bersumber dari firman Allah Ta’ala yang telah memberikan barokahNya pada tanah di sekeliling Masjidil Aqsha : "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (17: 1).
Tentunya sebagai umat Islam berharap lingkaran barokah itu dapat ‘menjangkau’ ke seluruh dunia, termasuk ‘memberkahi’ umat Islam di Indonesia yang ‘peduli padanya’.. wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: