Menarik melihat perubahan wajah dan perawakan teman2 seangkatan setelah 25 tahun berpisah. Ada yg awet muda, awet cilik, ada juga yg tuambah ndut..he he.. Dan yang bikin trenyuh adalah keberadaan seorang teman yg nyempatin datang walaupun kondisinya harus berada di atas kursi roda... mengingatkanku untuk lebih bersyukur dg kesehatan yg dikarunia Allah Ta'ala.
Masih tentang reunian... tadi pagi kebetulan ketemu dengan ibunya teman SMP anak sulungku di angkot, beliau akan mengunjungi teman ngajinya yg sedang sakit stroke. Jadinya rame deh ngobrol sana sini terutama ttg perkembangan anak2, tentang galaunya mereka saat beradaptasi dengan perubahan budaya di sekolah masing2 - maklum saat SMP anak2 kami bersekolah dgn sistem boarding/pondok, jadi agak sulit beradaptasi dgn budaya di sekolah umum (kebetulan anak2 kami gak nerusin di pondok). Juga tentang galaunya mereka dengan awal2 penerapan K13 - yg menurut anakku 'mangkeli'. Sejauh yg kutahu, sebenarnya K13 itu baik, tapi implementasinya dirasa terburu-buru dan agak dipaksakan. Semoga pemerintahan yg baru terbentuk ini dapat segera menyelesaikan permasalahan implementasinya.
Selain itu, ibu teman anakkku juga cerita bhw teman ngajinya yg lagi sakit itu sangat tegar dan malah bersyukur kena stroke, padahal sebelumnya sangat aktif dan sering keliling luar negeri. Sakit itu membuatnya berkesempatan mengaji dan mendalami Al Qur'an, sehingga membuatnya lebih ikhlas dan tetap bersyukur di tengah2 sakitnya. "Seandainya saya tidak stroke, mungkin saya masih suka jalan2 keliling dunia Bu, dan gak sempat mengaji. Tapi saya ingin sembuh agar dapat sholat dengan berdiri" begitu cerita beliau. MasyaaAllah..barokallahu.... Semoga Allah Ta'ala segera memberi kesembuhan.
Yah .. cerita2 seputar reuni yang harus membuatku lebih pandai bersyukur.
Yah .. cerita2 seputar reuni yang harus membuatku lebih pandai bersyukur.