Desember 30, 2015

Workshop Penyusunan Renstra Perguruan Tinggi Swasta

Sudah lama sebenarnya pengen menulis dan berbagi tentang workshop tersebut, tapi ada saja ‘kesibukan’ (baca : alasan sok sibuk… he he), sehingga baru sekarang bisa mem-posting-nya.

Workshop yang diselenggarakan oleh Kopertis Wilayah 7 pada tanggal 27 Nopember 2015 lalu, merupakan workshop batch 2 yang dihadiri oleh unsur pimpinan atau yang mewakili dari 45 Perguruan Tinggi (PTS) di Jawa Timur. Workshop dibagi dalam dua sesi, diawali dengan pemaparan materi tentang konsep Rencana Strategis (Renstra) dan fungsinya oleh Prof. Dr. Ali Maksum - SekPel Kopertis Wil 7, dilanjutkan dengan pemaparan teknis penyusunan Rencana Induk Pengembangan (RIP), Renstra, dan Rencana Operasional (Renop) PTS oleh Kuncoro Foe, PhD - Rektor Universitas Katholik Widya Mandala Surabaya (UKWMS).

Seperti yang dituturkan oleh pemateri, sebuah Rencana Strategi (Renstra) dibuat untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya secara terukur. Sebuah Renstra bisa juga dikatakan sebagai mimpi-mimpi yang terukur. Sebuah Renstra semestinya dijadikan induk / acuan / dasar dalam menjalankan semua program kegiatan dan pengambilan kebijakan/ keputusan.  Sebuah Renstra (baca : perencanaan) yang bagus, bisa dikatakan sudah mencapai 50% perjalanan kegiatan untuk mencapai tujuan.

Oleh karenanya diperlukan kemampuan untuk memahami cara meng-orkestra-si semua komponen yang ada di dalam sebuah PTS, membingkainya dalam sebuah perencanaan yang bagus dengan tingkat ketercapaian yang bisa diukur, dan secara konsisten mengawal penerapan rencana tersebut. Idealnya, setiap program atau kegiatan mesti berbasis perencanaan, bukan sekedar berbasis intuisi. Sehingga jika ‘terpaksa’ harus membuat atau melakukan program atau kegiatan yang tidak menginduk atau tidak nyambung dengan renstra yang telah dibuat, pertimbangkan dengan matang sebelumnya.

Yang juga tidak boleh dilupakan adalah mencermati isi regulasi / peraturan pemerintah yang menjadi payung hukum PTN/PTS yang tertuang dalam UU no 12 tahun 2012. Undang-undang tentang pendidikan tinggi tersebut semestinya dijadikan acuan oleh PTN/PTS dalam membuat atau menentukan Visi à Misi à Tujuan à Sasaran à Kebijakan à dan Program - programnya. Dan yang penting, visi misi haruslah jelas, ‘membumi’,  terukur dan saling terkait.

Banyak regulasi yang mesti dicermati dalam menyusun Renstra PTS, antara lain regulasi pendirian dan tata kelola PTS serta Badan Penyelenggara nya,  regulasi standar mutu dosen tetap yang harus dimiliki setiap prodi PTS, dan regulasi lain terkait Pendidikan Tinggi di Indonesia. Regulasi pemerintah tentang ‘Ekonomi berbasis pengetahuan’, regulasi  MP3EI (Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia), regulasi internasional seperti MEA (Masyarakat Ekonomi Asia), adalah sebagian contoh perihal eksternal yang tidak boleh diabaikan dalam menyusun sebuah Renstra yang bagus.

Renstra PTS saat ini sudah selayaknya memberi penekanan pada MUTU, seiring dengan perubahan skala prioritas Sasaran Strategis Dikti yang menempatkan unsur MUTU di level yang paling atas, kemudian diikuti secara berurutan unsur-unsur berikut ini : RELEVANSI – AKSES – DAYA SAING – TATA KELOLA.

Sehingga diharapkan dalam Renstra dan Renop setiap PT bisa tercermin target-target / capaian-capaian seperti publikasi ilmiah pada jurnal nasional/int’l terakreditasi , jumlah dosen yang sudah bergelar doctor, jumlah HAKI, target hasil akreditasi prodi dan institusi, capaian hasil Penelitian & Pengabdian Masyarakat (PPM), dan lain-lain. Semua target atau capaian tersebut tentunya merupakan kumpulan dari capaian masing-masing prodi.

Pada kesempatan sesi kedua, Pak Foe (Rektor UKWMS) memaparkan secara detil tentang teknis penyusunan Renstra PT. Beliau menegaskan bahwa materi yang disampaikan tersebut merupakan “sharing current practice” – bukanlah “best practice” . Jadi lebih kepada berbagi pengalaman beliau dan tim UKWMS saat menyusun Renstra dan implementasinya.

Bicara Renstra sebenarnya bicara standar no. 1 dan standar no. 2 Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) yang mempunyai bobot sekitar 29% dari total standar penilaian AIPT. Sebuah angka yang cukup ‘menentukan’. Selain itu sebuah Renstra yang bagus (baca : disusun secara bersungguh-sungguh) dapat dikatakan sudah mencapai 50% perjalanan untuk mencapai tujuan. Sehingga sudah seharusnya Renstra dan tetek bengeknya menjadi perhatian penting pengelola khususnya unsur Pimpinan PT.

Pak Foe menuturkan bahwa aspek ‘edukasi’ terhadap semua elemen lembaga juga merupakan hal yang sangat penting dalam rangka menyukseskan penyusunan Renstra dan implementasinya sekaligus. Menyamakan ‘mind set’ dengan semua elemen termasuk dengan pihak yayasan, lesson learn pada semua level manajemen, continuous coaching, sosialisasi visi misi dan tujuan lembaga tanpa henti dengan berbagai macam cara agar semua civitas akademika-nya memahami dan menghayatinya, membangun komunikasi dan koordinasi yang bagus, berani melakukan ‘sesuatu’ atau ‘budaya’ yang tidak biasa … adalah sederet contoh cara atau langkah yang dilakukan di kampus beliau dalam rangka mencapai tujuan lembaga. 

Selain itu, perlu juga mempertimbangkan untuk benchmarking ke PTS/PTN lain yang plus minus-nya ‘masih terjangkau’ dengan Renstra kita. Beliau juga memaparkan pentingnya menumbuhkan kesadaran dalam hal kesejawatan dosen, bahwa dosen suatu saat bisa menjadi rektor/pimpinan, dan sebaliknya, pimpinan suatu saat juga bisa menjadi dosen lagi. Dengan catatan, tour of duty calon pimpinan haruslah jelas, agar ybs dapat memahami dan menghayati visi misi lembaga. Dan selayaknya setiap dosen setia dan loyal pada homebase-nya, dengan tetap diberi diberi ‘ruang’ agar bisa beraktualisasi di ‘luar’ dengan membawa nama homebase-nya.

Beliau juga membagi sebuah ilustrasi di bawah ini. Sebuah ilustrasi yang memberi gambaran bahwa untuk mengelola sebuah perubahan berorientasi hasil (dengan tetap menghargai / menilai proses) diperlukan aspek yang lengkap meliputi : nilai & visi, misi, aturan, profesionalisme, insentif, sumber daya dan rencana kerja. Tanpa salah satunya, tidak diperoleh KEMAJUAN.


Kembali ke pembahasan teknis penyusunan Renstra, beliau melanjutkan, bahwa alur penyusunan RIP / Renstra / Renop dimulai dari Analisa SWOT - Visi - Misi - Major issues – Impact - Goals - Objective - Strategy - Program / Action plan. Dalam  menganalisa SWOT, ada dua stage yang dilakukan di tempat beliau yaitu (1)  First stage : jigsaw technique – brainstorming dan (2) Second stage : comparing and contrasting every working unit.

Beliau juga menuturkan, perlunya dibentuk sebuah tim penyusun Renstra yang di dalamnya terdiri dari beberapa pokja (kelompok kerja). Kemudian agendakan beberapa rapat/kegiatan yang secara konsisten dilaksanakan, mulai dari pengumpulan evaluasi diri, rapat hasil evaluasi diri dengan pihak yayasan (ini penting: melibatkan yayasan!), rapat masing-masing pokja, rapat pleno, revisi hasil kerja masing-masing pokja, finalisasi dan terakhir adalah pengesahan Renstra oleh Senat.

Dan berikut format Renstra oleh tim-nya Pak Foe :
-         Tujuan
-         Sasaran
-         Strategi
-         Program
-         Indikator Kinerja Utama
-         Target
-         Penjadwalan Program (per tahun)

Peserta workshop juga dibekali sebuah cd yang isinya cukup lengkap, terutama materi-materi dari Pak Foe termasuk contoh-contoh RIP, Renstra dan Renop di tempat beliau.

Finally, sebagai intropeksi diri sendiri juga - sudahkah kita membuat Renstra dengan sesungguhnya ?


November 03, 2015

Rekrut dan Maintain Dosen Tetap

Kamis, 22 Oktober 2015 lalu berkesempatan menghadiri Workshop Rekrutmen Calon Dosen yang diselenggarakan oleh RistekDikti. Rekrutmen dosen yang dimaksud adalah merekrut calon dosen yang sudah menyelesaikan studi lanjutnya melalui program Beasiswa Unggulan (BU) Dikti. Total penerima BU adalah 7126 calon dosen. Sejumlah 3125 telah lulus dan melapor ke Dikti, dan yang ditempatkan baru sekitar 1150 orang. Sepertinya workshop tersebut dimaksudkan untuk memberikan alternatif solusi bagi banyak perguruan tinggi swasta (PTS) yang belum bisa memenuhi aturan-aturan Dikti terkait nisbah dosen dan jumlah minimal dosen tetap bergelar S2 yang terdaftar di pangkalan data perguruan tinggi (PDPT).

Dalam workshop tersebut dipaparkan teknis perekrutan calon dosen yang dimaksud secara online. Melalui laman studi.dikti.go.id/rekrutdosen/ para penanggungjawab SDM atau akademik masing-masing PTS (PIC) bisa melakukan langkah-langkah perekrutan. Dimulai dengan memilih menu "Belum Ada Akun", para PIC bisa mengisi data, mengunggah surat tugas dari Pimpinan PTS (template bisa diunduh sebelumnya), dan mendaftar. Selanjutnya akan diberikan kode verifikasi melalui email PIC. Login kembali ke sistem untuk memilih calon dosen, kemudian hubungi langsung calon dosen yang telah dipilih untuk mengkomunikasikan kesepakatan-kesepakatan terkait kontrak kerja, dll. Setelah itu baru ajukan permintaan secara online lagi, permintaan itu selanjutnya akan diverifikasi oleh Admin sistem. Jika disetujui oleh sistem, pihak PTS (PIC tadi) bisa mengunduh surat persetujuan.

Pak Mulyono dan Pak Budi, sang pemateri dari bagian Sumber Daya RistekDikti juga memaparkan beberapa data dan hal penting terkait program-program beasiswa dan pengelolaan SDM PT oleh Dikti. Selain itu dibagi pula tips seputar perekrutan dosen, antara lain memberdayakan dosen DPK dari PTS-PTS dengan kondisi tertentu, dan mengupayakan rasa 'nyaman' bagi calon dosen di lingkungan barunya sehingga bisa produktif dan yang lebih penting tidak gampang mengundurkan diri / berpindah tempat. Rasa 'nyaman' tersebut bisa diperoleh melalui upaya-upaya adaptasi dan suasana kerja yang kondusif, menumbuhkan suasana kekeluargaan dan rasa 'merasa dibutuhkan' (turut berkontribusi dalam pengembangan lembaga), memberikan kesempatan dalam berkarir, dan memberikan gaji yang layak tentunya.

Sejatinya persoalan rekrutmen dosen menjadi masalah yang cukup pelik bagi sebagian besar PTS, terutama bagi PTS yang masih membutuhkan 'suntikan modal kerja'. Hal itu seiring dengan pemberlakuan regulasi Dikti yang cukup ketat mengatur dan mengawasi ketersediaan jumlah minimal dosen tetap yang wajib dipenuhi oleh tiap prodi. Dalam Surat Edaran Dikti no: 4798 / E.E2.3 / KL / 2015 tertanggal 23 Juni 2015 salah satunya disebutkan bahwa untuk program Diploma 3 minimal harus ada 6 dosen tetap yang bergelar S2 pada setiap prodinya. 

Aturan tersebut wajib dipenuhi oleh setiap perguruan tinggi paling lambat akhir tahun 2015 ini, dan jika belum dapat dipenuhi maka prodi ybs akan di-non aktif-kan sampai prodi tsb bisa memenuhinya. Tentu tujuan regulasi itu bagus, untuk menjamin mutu perguruan tinggi terutama mutu para lulusannya. Tetapi praktek di lapangan tidaklah mudah, pemenuhan jumlah minimal tersebut menjadi sulit, terutama bagi PTS yang belum mampu memberikan 'iming-iming finansial' bagi calon dosen yang akan direkrutnya. Seperti curhat dari beberapa pelaku / praktisi pendidikan yang kerap kutemui saat ada undangan dari Kopertis / Dikti... boro-boro memikirkan untuk rekrut, lha wong mempertahankan dan meningkatkan 'grade' dosen tetap yang ada saja sudah 'menguras energi' tersendiri. Belum lagi upaya untuk meningkatkan produktifitas kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat (PPM) para dosennya... he he idem ditto dong.

Perlu banyak belajar bagaimana menemukan titik temu antara 'kebutuhan lembaga' dengan 'kebutuhan dosen'. Kebutuhan dosen terkadang tidak hanya menyangkut kebutuhan finansial, tetapi juga kebutuhan akan suasana yang kondusif untuk berkarya, kebutuhan akan prospek karir ke depan, dan kebutuhan / faktor 'x' lainnya. Titik temu itu mungkin bisa dituangkan dalam sebuah rumusan kebijakan yang bisa diterima kedua belah pihak. Mungkin ada baiknya mempertimbangkan mengadop langkah sebuah PTS, yang menyerahkan ke notaris untuk membuat kesepakatan tertulis dengan para dosen tetapnya yang akan / sudah menyelesaikan studi lanjut.

Kebijakan itu nantinya diharapkan dapat mengakomodir dan menyelaraskan regulasi-regulasi Dikti dengan kebutuhan/kepentingan internal (lembaga dan dosen). Regulasi yang dimaksud antara lain regulasi yang mengatur kewajiban berapa tahun berkarya seorang dosen di lembaga / homebase nya setelah dosen ybs menyelesaikan studi lanjutnya melalui program beasiswa Dikti (BPPS / BPPDN), regulasi Dikti terkait pemenuhan nisbah dosen & mahasiswa, regulasi Dikti terkait penilaian dan tunjangan serdos, dan lain-lain.

Kebijakan itu juga mesti dapat menyeimbangkan antara hak dan kewajiban (termasuk tanggung jawab moral yang diemban) masing-masing pihak. Secara praktek, sepertinya tidak mudah membuat rumusan tersebut, apalagi jika sumber daya yang tersedia masih sangat terbatas. Sehingga sangat diperlukan menjalin komunikasi dan koordinasi yang baik dengan pihak Badan Penyelenggara (Yayasan) untuk menyelesaikan secara bijak permasalahan seputar rekrut dan maintain  dosen tetap. Karena para dosen tetap PTS itu diangkat dan diberhentikan oleh Yayasan, maka sewajarnya hal itu mesti dilakukan.  



September 29, 2015

To whom have you been enslaving your self for ?

Pertanyaan di atas diucapkan berulang-ulang oleh Ustadz Riyadh dalam sebuah motivasi singkat yang diberi judul "Enslaved" (http://yufid.tv/islamic-motivation-enslaved-ustadz-riyadh-bin-badr-badjrei/) . Sebuah pertanyaan yang menimbulkan perenungan dalam jiwa tentang siapa sebenarnya yang telah kita "sembah" selama ini. Tentu secara teori, jawaban dari pertanyaan di atas sangatlah mudah, bahwa hanya kepada Allah Ta'ala sajalah seharusnya kita menghamba. Tetapi praktek di lapangan sungguh tidak mudah, karena - sunnatullah - semua hamba pasti diuji penghambaan dan keimanannya oleh Allah Ta'ala.

Apalagi saat ini fitnah atau ujian keimanan begitu beragam bentuknya dan bertubi-tubi. Mulai dari fitnah tayangan2 di media massa, trend busana / penampilan / gaya hidup, perang opini paham sekularisme dan liberalisme, penolakan2 terhadap syari'at secara halus maupun terang2an.

Ujian lain yang terjadi baru2 ini adalah runtutan musibah yang menimpa jemaah haji. Ujian itu seakan "memberi angin segar" bagi sebagian kalangan yang menganggap naik haji itu boros dan pendapat negatif lainnya. Ditambah iring2an fitnah yang ditujukan kepada pemerintah kerajaan Arab Saudi - sang pelayan dua tanah suci yang mulia itu. Yang ujung2nya menjadi serangan citra dan pemikiran terhadap kerajaan Arab Saudi yang dianggap oleh sebagian kalangan berfaham wahabi. 

Sungguh sebuah pembunuhan karakter terhadap pemerintah Arab Saudi sekaligus terhadap ulama besar Syekh Muhammad bin Abdul Wahab - semoga beliau dirahmati oleh Allah Ta'ala - dimana istilah wahabi itu dinisbatkan.

Wahabi? ah...seandainya mereka mau mengkaji dengan hati yang jernih tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan wahabi itu...tentu mereka akan paham bahwa istilah wahabi itu sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk 'menodai' ajaran tauhid seluruh nabi dan rosul.

Sudah disinggung sedikit di atas, bahwa istilah wahabi itu dinisbatkan kepada nama seorang ulama besar dan mulia dan semoga dirahmati Allah Ta'ala - Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Beliau yang telah berjuang mendakwahkan tauhid, memurnikan agama Islam, mengembalikannya kepada akidah yang lurus, sehingga menjadi akidah seperti yang diajarkan oleh para nabi, para rosul, para sahabat dan ulama-ulama besar pendahulu (salafus sholeh). Maka apa yang didakwahkan oleh beliau bukanlah faham atau dakwah yang baru, karena ajaran tauhid adalah ajaran seluruh nabi dan rosul.

Untuk lebih jelasnya, mari kita dengarkan sejenak kajian singkat tentang istilah wahabi dan salafi di sini : http://yufid.tv/ceramah-singkat-salafi-wahabi-ustadz-abu-qatadah/

Saat ini juga sempat berkembang pendapat bahwa pendidikan agama tidak perlu diberikan lagi di sekolah dengan alasan tidak berdampak positif terhadap attitude anak didik. Berkembang juga opini2 yang menolak beberapa hadits yang sudah jelas ke-sahih-annya, hanya karena tidak rasional atau tidak sesuai dengan tuntutan jaman ... Subhanallah.

Haruskan kita menunggu yakin setelah ada penelitian ilmiah yang membuktikan kebenaran hadits sahih tersebut? Sebagai nasehat untuk diri sendiri dan saudara seiman - seharusnya kita taat, kita dengar, dan kita lakukan saja semua yang telah diajarkan oleh nabi kita yang mulia - Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam, karena semua itu datangnya dari Allah Ta'ala yang jelas maha tahu tentang kebutuhan dan kebaikan untuk hamba2Nya.

Jadi....  kepada siapa seharusnya kita menghamba? kepada segolongan manusia yang telah merajai media? agar dianggap modern dan toleran atau agar dianggap pro dengan pemikiran mereka? kepada siapa kita seharusnya menghamba? kepada segolongan manusia yang menyebut diri mereka berjuang demi HAM? agar dianggap humanis? kepada siapa kita seharusnya menghamba? kepada pemikiran para pakar ilmiah yang menganggap dirinya yang paling benar, paling cerdas, dan paling menguasai seluruh ilmu? agar dianggap intelek? kepada siapa kita menghamba selama ini? kepada penilaian para pecinta mode? agar dianggap selalu mengikuti trend? atau kepada - kepada yang lain?

Maka sungguh merugi bagi mereka yang menghamba kepada selain Allah Ta'ala, dan sungguh merugi bagi mereka yang telah merendahkan Islam, sedangkan Islam tak akan merugi sedikitpun, bahkan Islam akan tetap dalam penjagaan Allah Subhanahu wa Ta'ala sesuai dengan janjiNya berikut ini :

  • Sungguh Kami telah menurunkan Adz-Dzikr (Al Qur’an), dan Kami pula yang benar-benar akan menjaganya“. (QS. Al-Hijr: 9) 
  • Mereka ingin memadamkan ‘cahaya Allah’ dengan mulut mereka, namun Allah menolak kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang orang kafir membencinya“. (QS. Attaubah: 32) 
  • Maka harusnya orang-orang yang menyelisihi perintah Rosul itu takut akan tertimpa bencana atau terkena adzab yang pedih“. (QS. Annur: 63).

Subhanallah ... Semoga Allah Ta'ala selalu meneguhkan hati kita di atas agamaNya sampai maut menjemput nanti ... aamiiin




Juli 28, 2015

Wisata Organik di Bondowoso

Pas mudik lebaran ke Situbondo minggu lalu, aku dan keluarga kecilku berkesempatan jalan-jalan ke desa wisata organik di daerah Lombok Kulon - Wonosari - Bondowoso. Cukup mudah mencapai lokasi, ancer-ancernya dari jalan raya Situbondo - Bondowoso di pertigaan pasar Wonosari belok ke kiri - ke arah selatan sekitar 5 km ada papan petunjuk menuju lokasi. Hanya perlu ekstra hati-hati menuju ke homebase desa wisata tersebut alias rumahnya pak Baidowi - sang inisiator sekaligus pengelola desa wisata tersebut. Cukup menegangkan juga jika menaiki mobil, karena mesti melewati jalan kecil pematang sawah yang jalannya menurun dan lebarnya pas banget semobil.

"Rumah" pak Baidowi sekaligus homebase desa wisata tersebut cukup luas dan dilengkapi fasilitas pendukung wisata. Terdapat beberapa kolam ikan, sebuah saung jika ingin bermalam di pinggir persawahan, beberapa peralatan river tubing, beberapa sepeda gunung yang bisa disewa untuk mengelilingi desa wisata tersebut, serta beberapa gazebo yang dilengkapi dengan peralatan multimedia, banner-banner dan foto-foto kegiatan wisata di dalamnya. Sehingga tiap pengunjung bisa memperoleh informasi yang cukup lengkap mengenai semua kegiatan edukasi wisata organik di desa tersebut. (dalam foto pak Baidowi mengenakan hem batik corak hitam putih) 

Pak Baidowi cukup ramah menerima kami dan menjelaskan panjang lebar awal mula merintis menanam padi organik yang sempat dicibir masyarakat sekitarnya itu. Alhamdulillah saat ini masyarakat sekitar telah 'menerima' dan bahkan sangat mendukung upaya beliau. Karena akhirnya mereka juga merasakan keuntungan menanam padi organik. Walaupun hasil panen padi organik tidak sebanyak padi 'biasa', perbandingannya 6 banding 10, tetapi harga jualnya cukup menggiurkan - sekitar 15 ribu rupiah per kilo nya, dan yang paling penting permintaan pasarnya juga cukup banyak.

Untuk mengelola desa wisata organik tersebut, Pak Baidowi membentuk lima pokja (kelompok kerja), terdiri dari pokja pertanian, kuliner, SDM, perikanan dan pokja atraksi, yang semuanya melibatkan dan memberdayakan masyarakat sekitar terutama para pemudanya. Dan area pertanian organik (khususnya padi) yang dikelola saat ini telah mencapai sekitar 35 hektar.

Setelah beramah tamah, kami diajak berkeliling desa menaiki mobil bak terbuka yang dikendarai langsung oleh beliau. Awalnya kami sekeluarga ditawari menaiki beberapa sepeda wisata yang memang disiapkan untuk pengunjung yang ingin berkeliling ke area persawahan dan atau menuju lokasi river tubing (semacam arung jeram) yang juga dikelola oleh beliau dibantu beberapa pemuda desa tersebut. Tapi kami memilih menaiki mobil bak terbuka, dan ternyata anak-anak sangat menikmatinya.

Saat tiba di lokasi persawahan yang dikelola secara organik, pak Baidowi menjelaskan bahwa area sawah yang dekat dengan jalan desa adalah lokasi cocok tanam "padi sehat" yaitu padi yang ditanam dan dikelola secara organik tapi masih belum steril dari polusi terutama asap rokok. Nah... 300 meter ke arah atas persawahan itulah yang disebut padi organik karena telah bebas dari paparan asap rokok dan bahan kimia lainnya, termasuk pengairannya bersumber langsung dari mata air. Menurut pak Baidowi, para petani dan masyarakat sekitarlah yang menjaga agar asap rokok dan bahan kimia apapun tidak mencemari area tersebut. Untuk menghindari hama wereng dan serangga lainnya, para petani cukup menyemprotkan "cairan herbal" berupa air yang dicampur dengan lumatan daun pandan- si wereng nggak suka bau wangi - selain itu padi organik lebih "tahan banting" terhadap serangan hama dan penyakit lainnya daripada "padi biasa" - dan yang juga penting adalah petani tidak terbebani dengan biaya pupuk dan obat-obatan kimia serta sekaligus dapat menjaga lingkungan - begitu penjelasan pak Baidowi ... sungguh sebuah edukasi yang bagus ya. 

Kami juga diajak menengok pos pembuatan pupuk organik yang terbuat dari bahan sari kedelai, lokasi river tubing, lokasi kebun sayur dan buah strawberi (tapi sayang saat itu banyak yang layu dan mati terkena abu gunung Raung yang cukup banyak), serta ke lokasi selep padi organik yang juga menjual langsung produknya dalam kemasan beras organik putih dan beras organik merah 1 kilo (biasanya untuk oleh-oleh), 5 kilo dan 25 kilo an.

Sebenarnya pengen juga bisa ber-river tubbing, tetapi sepertinya tim yang menangani masih libur lebaran dan kebetulan kondisi sungai juga kurang memungkinkan - debit air kayaknya kurang sip untuk kegiatan wisata itu. Setelah mengelilingi desa kami kembali ke homebase untuk mencicipi kulinernya yang cukup murah dan yummi... menunya nasi organik yang punel dan hangat (infonya nasi organik bisa tahan sampai 2 hari dlm suhu ruang),  gurami bakar, tahu tempe penyet lengkap dengan lalapan sayurnya. Pulangnya kami diberi oleh-oleh sebuah tanaman strawberi yang masih segar oleh beliau, si kecil senang sekali, walau sebenarnya kami gak yakin apa iya bisa tumbuh subur di rumah kami di Sidoarjo  .. he he

Dari desa Lombok Kulon, perjalanan kami teruskan ke desa Curahdami yang cukup sejuk dan lokasinya dekat sekali dengan pusat kota Bondowoso, untuk mengunjungi rumah seorang sahabat semasa kuliah. Rumahnya ternyata masih asri seperti duluuu - kalo nggak salah terakhir ke rumahnya pas dia nikah sekitar tahun 1998 lalu. Pemandangan di sekitar rumahnya sungguh ijo royo-royo, berpagar tanaman perdu yang rapi, dengan pekarangan yang luas dipenuhi pohon durian, kelengkeng, jeruk, mangga, rambutan, dan bunga-bungaan. Ditambah lagi ratusan pohon mahoni (bahkan mungkin ribuan karena saking buanyaknya) yang tumbuh subur di halaman belakang rumahnya yg sangat luas... masya Allah ... sungguh menyejukkan. Cukup lama kami kangen-kangenan dan menikmati jamuan di rumahnya, si sulungku malah sempat tertidur nyenyak di rumahnya yang adem ... he he

Alhamdulillah ... lengkap rasanya hari itu, kami disuguhi pesona alam pedesaan plus edukasi pertanian organik yang bikin mata dan pikiran jadi suegeer.

Terimakasih pak Baidowi, terimakasih Eva sahabatku .. jazakumullahu khoir


Mei 27, 2015

Resensi Buku Golden Manners

(1) Ingin tahu siapa pencuri yang paling buruk? 

"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata : "Manusia yang paling buruk dalam mencuri adalah yang mencuri sholatnya, yaitu dia tidak menyempurnakan rukuknya, tidak juga sujudnya, tidak pula khusyuknya" (shahih Al-Jami')". 
"Mengapa disebut pencuri paling buruk? Karena dia telah berani dan lancang mencuri di hadapan Allah. Mencuri hak-hak ibadah, padahal Allah ada di hadapannya. Betapa lancangnya dia?"

(2) Jangan berprinsip seperti lilin ...

"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata : "Perumpaan seorang alim yang mengajari manusia kebaikan namun dia melupakan dirinya sendiri adalah seperti lilin yang menerangi manusia tetapi dia membakar dirinya sendiri" (shahih Al Jami' 5831)"

Dua poin di atas dikutip dan disarikan dari bukunya Brilly El Rasheed yang berjudul "Golden Manners - Perilaku-perilaku Emas Demi Menggapai Kenikmatan Abadi". Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tersebut di atas mengingatkan kita untuk selalu berusaha tuma'ninah dan khusyuk dalam setiap sholat kita. Dan bahwa berprinsip seperti lilin (untuk konteks di atas) ternyata salah. Ya... mestinya kita jangan 'mengorbankan tabungan pahala' kita karena hanya sibuk mengingatkan orang lain untuk beramal a b atau c, tapi kita justru mengabaikannya.

Hmmm... masih banyak lagi uraian 'perilaku emas' yang terasa 'membumi' disertai dalil-dalil yang dipaparkan di dalam buku bagus tersebut. Seperti yang ditulis pada cover belakangnya : "Tidak hanya berkutat pada dalil, sebagaimana sebagian buku-buku yang mengupas masalah akhlak ataupun tazkiyatun nafs. Buku ini menghadirkan interpretasi aktual, hingga memudahkan pembaca mendapatkan kesimpulan yang tepat dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari".

Indeed ... buku tersebut memang cukup ringan dibaca sekaligus dipahami. Tata bahasa setiap bab nya disusun sedemikian rupa, terasa mengalir, pada beberapa bagian terkadang diselingi paparan seperti puisi - beberapa kalimat yang berurutan dalam sebuah paragrafnya diakhiri huruf vokal yang sama. Dan yang paling penting adalah contoh-contoh akhlak atau perilaku emas yang disodorkan cukup 'membumi' dilengkapi dalil-dalil dari Al Qur'an dan tafsirnya, As-Sunnah dan syarahnya, serta kisah-kisah generasi emas Islam; semua itu membuat buku ini semakin 'it worth'! .

Berikut beberapa poin yang bisa dirangkum dari buku tersebut :
  • Kita, mestinya optimal dalam beribadah pada Allah. Tapi yang terjadi banyak diantara kita hanya memenuhi amal-amal standar. Tidak ada greget untuk menjadi hamba Allah yang paling shalih. Padahal kita bisa berobsesi dan bersungguh-sungguh untuk meraih surga Firdaus - surga Allah yang tertinggi. Ya... dengan cara mengoptimalkan ibadah kita pada Allah, tentunya ibadah yang kita lakukan harus sesuai dengan Al Qur'an dan sunnah rasul-Nya.
  • Apa bedanya rasa takut yang dialami oleh orang-orang zhalim dan orang beriman yang beramal shalih? Jika orang zhalim takut karena sudah jelas bagi mereka siksaan atas perbuatan kejam dan keji mereka, sehingga mereka putus asa dari rahmat Allah (ketakutan yang dirasakan saat hari kebangkitan - dimana sudah tidak berguna lagi amalan dan taubat). Sebaliknya, ketakutan yang dirasakan orang beriman dan beramal shalih adalah takut kalau amal-amal baik mereka tidak diterima Allah atau terhapus, yang dengan ketakutan tersebut membuat mereka semakin teguh dan tekun meningkatkan kestabilan penambahan amal-amal baiknya. 
  • Menjadi penghuni surga berarti memperoleh karunia yang besar. Karena seluruh amalan baik kita tidak bisa 'membeli' surga. Perlu kita ingat, sebenarnya kita cuma bermodal kemauan kuat dan kesungguhan untuk menjalani kehidupan berdasarkan perintah Allah Ta'ala saja. Karena modal nikmat hidup dan hidayah semuanya dari Allah. Jadi yang kita kejar dan kita andalkan adalah rahmat Allah untuk bisa menghuni dan menikmati surga. 
  • Bahwa setiap orang akan dimudahkan melakukan apa yang sudah ditakdirkan Allah baginya. Dengan logika terbalik, bahwa setiap orang akan disulitkan untuk melakukan apa yang tidak ditakdirkan Allah baginya. Seperti firman Allah yang artinya : "Siapa yang mengikuti petunjuk berarti dia sedang menunjuki dirinya sendiri, dan barangsiapa mengikuti jalan kesesatan berarti dia menyesatkan dirinya sendiri". Jadi ketika kita merasa mudah sekali bermaksiat, kita harus cepat-cepat takut, jangan-jangan kita akan mengakhiri hidup dengan bermaksiat. Segera bertaubat dan kembali ke jalan petunjuk.
  • Andaikata kita sulit untuk menjalani jalan petunjuk, bergabunglah bersama orang-orang baik, masuklah ke dalam lingkungan dan sistem yang baik, serta ikutlah program-program kegiatan yang baik, sehingga hari-hari kita padat dengan hal-hal yang baik secara teratur. Tidak ada lagi waktu untuk melakukan hal-hal yang buruk. Itu merupakan bentuk penjagaan terhadap stabilitas dan kontinuitas ketaqwaan, itu bukanlah termasuk perbuatan tidak ikhlas - karena merasa bersemangat beribadah jika bersama-sama orang shalih - tapi semata-mata cara menggairahkan motivasi.
  • Milikilah kepekaan. Latihlah terus agar qalbu kita peka. Sedikitlah tertawa dan banyak menangis mengingat Allah. Kepekaan berawal dari pengetahuan yang mendalam tentang nilai-nilai Islam dipadu dengan qalbu yang bisa merasakan seperti apa perasaan orang lain. Orang yang tidak peka qalbunya, membaca Al Qur'an dan As Sunnah akan seperti angin lalu, tidak ada firman atau sabda yang membekas, tidak pula bersemangat untuk membumikannya. Orang yang tidak peka qalbunya tidak akan merespon serius adanya bentuk-bentuk penghancuran terhadap Islam yang dilakukan oleh Syiah, liberalis, dan aliran sesat lainnya.
  • Jagalah kehormatan saudara seiman, bukan bermaksud membela kesalahannya. Dalam firman-Nya (An-Nur :19), Allah melarang menyebarkan berita kekejian yang mungkin dilakukan seorang muslim karena kekhilafannya, demi menjaga kemuliaan seluruh umat Islam. Kecuali dalam rangka penegakan hukum, dan jangan sampai terdengar oleh nonmuslim. Tetapi terkadang kehormatan itu boleh dijatuhkan dalam beberapa kondisi, seperti sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berikut ini : "Orang yang berhutang sudah mendapatkan harta untuk melunasi tapi tidak juga melunasinya, maka kehormatannya boleh dijatuhkan".Yang diperbolehkan hanya sebatas menyebut dosa di hadapannya, agar dia malu dan segera bertaubat. Jika sudah bertaubat, harus segera dipulihkan kehormatannya.
  • Berhati-hatilah terhadap qalbu yang lemah, qalbu yang geram jika tidak diperlakukan istimewa, qalbu yang geram jika tidak memperoleh penghormatan dari manusia. Hati-hati mungkin ini juga terjadi pada kita, sebagian orang ada yang merasa dipandang sebagai orang shalih (namun sebenarnya tidak faqih), maka demi menjaga penilaian itu akhirnya mengalihkan fungsi ibadah semata untuk menjaga penilaian dan kehormatan di mata manusia. Kita juga bisa saksikan, atas nama hak asasi manusia dan toleransi, sebagian pemimpin atau pihak yang berwenang melegalkan praktek-praktek sesat kalangan minoritas termargin, seperti Ahmadiyah, JIL, pegiat kesyirikan, dan lainnya.Bahkan ada yang menggunakan kalangan minoritas tersebut untuk meraup penghargaan dari manusia, seperti dinobatkan sebagai agen perdamian, agen perubahan, atau gelar 'kehormatan' lainnya. Jadi, bebaskan diri kita dari jerat dan belenggu tipu daya penghormatan manusia, ikhlaskan semua yang kita lakukan semata untuk meraih ridho Allah Ta'ala.
  • Bersikaplah lembut, jaga aib, dan bersikap konstruktif (membina, memperbaiki) terhadap saudara-saudara kita yang insyaf dan ingin bertaubat. Seperti yang diwasiatkan oleh Rasulullah, "Mudahkan jangan mempersulit. Berikan kabar gembira dan jangan membuat orang lari menjauh dari Islam". (Shahih Al-Bukhari no 69)
  • Ingatlah selalu dua belas "tungku pelebur dosa"... sebagai hamba, kita pasti berkalang khilaf dan dosa, untuk itu bersiaplah dan bersungguh-sungguhlah "meleburkan dosa" untuk mendambakan surga. Dua belas tungku diibaratkan empat "tungku" di dunia yaitu taubat, istighfar, kebaikan dan musibah. Kemudian empat "tungku" di kubur yaitu pahala jariyah, shalat jenazah, pahala hadiah atau shadaqah yang diatasnamakan sang ahli kubur, dan fitnah atau petaka kubur. Serta empat "tungku" di akhirat yaitu kiamat, perjumpaan dengan Allah, syafaat dan ampunan.
Masih banyak sebenarnya poin lainnya yang ingin dibagi dari buku tersebut, sebagai nasehat untuk diri sendiri dan saudaraku seiman... semoga bermanfaat.


Mei 04, 2015

Efek Plasebo Sang Pemenang

Sore itu putra sulungku ngasih kabar bahwa sekolahnya (SMK Telkom Malang) bikin kebijakan baru sebagai bentuk apresiasi kepada siswanya yang hafal Al Qur'an. Apresiasi tersebut berupa pembebasan SPP 1 tahun pelajaran untuk siswanya yang hafal Al Qur'an 10 juz, bebas SPP 2 tahun untuk yang hafal 20 juz, dan bebas SPP 3 tahun untuk yang hafal 30 juz. Alhamdulillah... tentu kami senang dengan kebijakan tersebut, tapi di sisi lain si sulung jadi gundah karena dia merasa tidak akan bisa memperoleh beasiswa itu. Karena hafalan Qur'an-nya belum sebanyak itu :-(

Kusemangati dia untuk mencoba menerapkan 'efek plasebo' yang dibahas di dalam koleksi buku barunya yang berjudul "I am Gifted, So are You!" (saya berbakat, anda juga) tulisan Adam Khoo - sang motivator pendidikan yang terkenal itu. Ya.. efek plasebo - yang intinya seperti men-sugesti diri sendiri dengan sesuatu, sehingga timbul keyakinan pada diri sendiri bahwa "saya pasti bisa".

Efek plasebo awalnya dikenal di dunia medis, yang juga sering disebut the magic of believing atau the power of mind. Efek yang ditimbulkan oleh obat atau terapi 'pil gula' yang diberikan oleh dokter kepada pasiennya dengan mengatakan bahwa obat tersebut sangat mujarab. Padahal sebenarnya tidak ada kandungan khusus didalamnya, tetapi seakan-akan bisa membuat pasien merasa 'sembuh'. Kesembuhan yang dirasakan itu bisa jadi karena tumbuh keyakinan pada dirinya bahwa obat itu memang mujarab dan dapat membantu menyembuhkan sakitnya.

Sugesti diri atau efek plasebo juga bisa ditumbuhkan dalam diri seorang siswa untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Prestasi-prestasi seperti sukses menghafal Al Qur'an sekian juz, sukses meraih nilai A untuk beberapa mata pelajaran penting, sukses meraih rangking 1 di kelas, sukses meraih beasiswa, sukses masuk sekolah ternama atau perguruan tinggi ternama, menang olimpiade tingkat nasional, dan seterusnya. Menjadi siswa penuh prestasi atau menjadi siswa"A" - istilah yang digunakan oleh Adam Khoo - bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai. Tentu dengan menyusun langkah-langkah konkrit untuk mencapai prestasi itu dan serius melaksanakannya.

Langkah awal untuk menjadi sang pemenang (the winner) menurut Adam Khoo adalah dengan menumbuhkan keyakinan pada diri sendiri terlebih dahulu. Keyakinan bahwa "saya pasti bisa" meraih sukses - itu bisa menjadi sebuah kekuatan besar sekaligus modal yang sangat penting. Karena menurut Adam Khoo : "keyakinan kita tidak benar-benar nyata. hal tersebut merupakan pendapat dan generalisasi semata. namun, jika meyakininya, semua itu dapat menjadi kenyataan. sudah jelas keyakinan itu memiliki kekuatan besar yang dapat mempengaruhi anda secara fisik dan mengubah biokimia anda". 

Masih menurut Adam Khoo, setelah menumbuhkan keyakinan diri sekaligus menetapkan target atau cita-cita; langkah berikutnya adalah menyusun langkah-langkah spesifik dan konkrit untuk mencapainya. Kemudian mempunyai komitmen yang kuat untuk menaati dan menjalankan setiap langkah atau prosesnya. The Winner juga harus memikul tanggung jawab terhadap diri sendiri, tidak membuat-buat alasan atau menyalahkan orang lain jika dirinya gagal. "Memikul tanggung jawab terhadap diri sendiri adalah suatu kekuatan yang luar biasa. Mengapa ? Karena, jika anda yakin anda yang menyebabkan semua terjadi, anda memiliki kekuatan untuk mengubah dan memperbaiki hidup!. Anda memegang kendali" begitu kata Adam Khoo. Jadi bisa disimpulkan bahwa The Winner = selalu bertanggung jawab, sedangkan The Looser = selalu beralasan.

Setelah men-sugesti diri dengan keyakinan "saya pasti bisa" yang diikuti langkah-langkah meraih sukses tersebut di atas; sebagai hamba yang beriman tentu kita harus mengiringinya dengan do'a kemudian bertawakkal pada Allah Ta'ala. Karena hanya Allah yang berkuasa membuat semua impian kita menjadi kenyataan, hanya Allah yang berkuasa membuat semua kemungkinan bisa terjadi sesuai kehendak-Nya.

Oya .. Adam Khoo juga menulis bahwa ada 'efek plasebo' tertentu yang harus dihindari oleh seorang pemenang. 'Efek plasebo' yang dimaksud adalah dengan menghindari perkataan "saya tidak tahu". Karena menurutnya : "Ketika anda dihadapkan dengan sebuah pertanyaan dan anda menjawab 'saya tidak tahu!'sebenarnya anda mengatakan kepada otak anda untuk berhenti berpikir!....sebaiknya anda mengatakan 'coba saya pikirkan dahulu' dan mulailah memikirkannya!"

Hmm ... jawaban 'coba saya pikirkan dahulu' itu ada benarnya sih... Tapi akan jauh lebih baik jika kita menjawab "saya tidak tahu". Apalagi untuk menjawab pertanyaan seputar masalah syariah yang dihadapkan pada kita, sedangkan kita tidak mengetahui jawabannya atau tidak memahaminya.

Seperti yang dikutip dari bukunya Brilly El Rasheed yang sangat bagus yang berjudul "Golden Manners. Perilaku-perilaku Emas Demi Menggapai Kenikmatan Abadi". Berikut kutipannya : "Contohnya ketika Rasulullah ditanya oleh Jibril tentang peristiwa di hari kiamat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Yang ditanyai tentangnya tidak lebih tahu daripada yang bertanya". Di bagian lain Brilly juga menulis bahwa [Ibnu Jama'ah berkata, "Apabila seorang alim ditanya tentang perkara yang belum diketahuinya, maka termasuk bentuk ilmu adalah menjawab 'saya tidak tahu' ". Sebagian salaf mengatakan, ucapan 'saya tidak tahu' adalah setengah ilmu " "] [Tadzkirah As-Sami' hal.49].

Allahu a'lam .....


Update Maret 2016..
Alhamdulillah si sulung baru memperoleh apresiasi atas hafalan Qur'an nya - yg sebenarnya belum banyak :) Apresiasi berupa uang tunai senilai SPP beberapa bulan dari sekolahnya itu cukup membuat kami terharu. Pesan kami padanya untuk selalu menjaga hafalannya dan berharap bisa terus menambah hafalannya. Terima kasih SMK Telkom Malang. Jazakumullahu khoir..

April 28, 2015

Hakekat Insan Kamil

Dalam banyak referensi yang pernah kubaca dan kudengar, disebutkan pengertian "insan kamil" adalah manusia yang sempurna, manusia paripurna,  manusia seutuhnya, manusia yang perilakunya sesuai dengan yang dikehendaki Allah Ta'ala, dan seterusnya.

Tentu sudah banyak kajian atau artikel yang membahas tentang bagaimana cara menjadi "insan kamil", dan postingan kali ini hanya sekedar berbagi dua hal di bawah ini untuk memperkaya referensi kita.

Hal Pertama:
kusarikan dari kajian singkat Ustadz Mizan Qudsiyah, LC dengan topik "Menjadi Hamba yang Terhebat" (http://yufid.tv/ceramah-singkat-menjadi-hamba-yang-terhebat-mizan-qudsiyah-lc/). Ada nasehat dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang datangnya dari sahabat Abu Huraira, dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban; bahwa Nabi Musa pernah bertanya pada Allah Ta'ala tentang enam perkara yang disukainya dan satu perkara yang tidak disukainya :
  • "Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling bertakwa? yaitu hamba yang selalu mengingat Allah; 
  • Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling mendapat hidayah? yaitu hamba yang mengikuti petunjuk Allah dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam;  
  • Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling bijaksana? yaitu hamba yang menghukumi orang lain seperti menghukumi diri sendiri; 
  • Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling alim (berilmu)? yaitu hamba yang tidak pernah kenyang akan ilmu, yang selalu mengumpulkan ilmu dari orang-orang pada dirinya; 
  • Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling mulia/jaya? yaitu hamba yang ketika dia mampu untuk membalas dendam tetapi dia tidak melakukannya (memaafkan yang telah mendholiminya); 
  • Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling kaya? yaitu hamba yang ridho dengan apa yang diberikan Allah; dan 
  • Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling miskin/fakir? yaitu hamba yang merasa sedikit dengan apa yang telah diberikan Allah dan terus minta tambah pada Allah (tidak merasa cukup di hatinya)."
Hal Kedua :
kusarikan dari paparan dan nasehat Ustadz Syarif Muhtarom, M.Pd (Ketua LPIT Insan Kamil Sidoarjo) saat memberikan pengarahan pada ortu calon siswa baru SDIT Insan Kamil hari Ahad kemarin. Bahwa untuk menjadi "insan kamil", seseorang perlu membekali dirinya dengan potensi yang paripurna yaitu potensi psikis dan fisik; yang meliputi kecerdasan akal, emosi, hati / spritual dan fisik (IQ, EQ, SQ dan PQ). Dengan selalu me- RIAS JIWA (Robbani, Ikhlas, Alim / berilmu, Sabar - bahwa sabar itu ternyata juga perlu ilmu -  Jujur, Istiqomah, Waspada/peka, Arif / bijaksana) - nya maka seseorang akan memiliki "inner beauty / inner handsome". Para orang tua hendaknya membekali dirinya terlebih dahulu dengan hal tersebut baru kemudian mendidik putra/i nya dengan cinta dan keteladanan, sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang menjadi "insan kamil". Beliau juga menambahkan bahwa sebenarnya tujuan pendidikan itu 'sederhana' yaitu menyiapkan anak-anak kita untuk bisa survive di jamannya. Dengan cara membekali mereka dengan kompetensi-kompetensi yang diperlukan, mulai dari kompetensi spriritual (aqidah, ahlak, ibadah dan Al Qur'an), kompetensi akademik, kompetensi life skill (daily skill, social skill, SOP skill), kompetensi bahasa, dll.

Dari paparan di atas kucoba menyimpulkan, bahwa hakekat insan kamil sebenarnya adalah manusia yang mempersiapkan dirinya dengan serius agar dapat meraih sukses dunia akherat .... Allahu a'lam.

Maret 29, 2015

Workshop Penulisan Proposal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Selasa lalu, ada workshop penulisan proposal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPM) di tempatku mengajar. Pematerinya Bapak Tri Harsono, Ph.D dari PENS dan Bapak Ir.Nur Husodo, M.Sc dari ITS.

Banyak tips dan trik yang dibagikan oleh kedua pemateri, mulai dari cara memilih topik penelitian yang menarik, mudah dipahami dan 'membumi', cara menulis ringkasan / abstrak yang baik (tiga alenia : tujuan, metode, dan hasil), serta cara menulis pendahuluan / latar belakang yang sistematis (strategi empat alenia) dan terukur berdasarkan referensi terkini (utamakan referensi berupa paper dari jurnal bermutu). Pemateri juga mengingatkan kami untuk memastikan proposal yang ditulis sesuai dengan format yang telah ditentukan. Dengan memperhatikan strategi tersebut, dapat diharapkan proposal kita menjadi proposal yang baik dan berpeluang lolos dalam seleksi memperoleh hibah PPM dari Pemerintah.

Oya, strategi menyusun anggaran dalam proposal juga perlu mendapat perhatian serius, seperti kata pemateri. Pastikan semua item barang maupun kegiatan PPM telah tertuang dalam anggaran, rencanakan semuanya dengan cermat. Maksimalkan saja sesuai pagu dari tiap skema PPM yang ada. Kemudian perhatikan komposisi tiap bagian, apakah telah sesuai dengan prosentase yang telah ditetapkan, misal untuk bagian honor tim peneliti batas maksimal = 30% dari total anggaran yang diajukan.

Juga sangat disarankan untuk menengok Standar Biaya Masukan (SBM) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 53/PMK.02/2014. Sehingga dapat di-estimasi nominal dari tiap item pengeluaran. Di dalam SBM tersebut tertuang batas tertinggi hampir semua biaya, mulai dari honor ketua dan anggota peneliti, honor penunjang penelitian (pengolah data, petugas survey, dll), honor petugas penyuluhan, biaya perjalanan dinas dalam dan luar negeri, biaya penginapan, uang saku perjalanan dinas, biaya rapat, sewa kendaraan, dll.

Selain hal tersebut di atas, pemateri juga menyampaikan beberapa latar belakang atau fenomena PPM yang terjadi saat ini, khususnya penelitian. Hal tersebut disampaikan sebagai upaya untuk saling mengingatkan diantara kami, para dosen / akademisi, bahwa perlu untuk 'meluruskan niat' terlebih dahulu sebelum mengajukan proposal penelitian tersebut kepada Pemerintah. Fenomena yang dimaksud antara lain adalah :
  • penelitian belum diposisikan sebagai kebutuhan utama seorang pendidik (dosen) - tridharma perguruan tinggi (PT)
  • terkadang ada pergeseran tujuan utama: bahwa penelitian dilakukan untuk mendapatkan dana guna memenuhi kebutuhan hidupnya
  • topik penelitian yang berubah-ubah
  • content penelitian tidak tajam/tidak mendalam
  • kualitas penelitian tidak maksimal
  • manfaat hasil penelitian tidak maksimal.
Hibah-hibah PPM yang ditawarkan oleh Pemerintah dalam hal ini Kemristekdikti memang cukup banyak dan beragam. Semua hibah tersebut tentu dimaksudkan untuk mendukung terciptanya iklim / atmosfer akademik yang kondusif dan meningkatkan motivasi dosen dalam melaksanakan kegiatan PPM yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat (ilmiah).

Seperti yang dikutip dari artikel yang berjudul "Kontribusi Ilmiah Dari Negara Berkembang Antara Idealisme dan Kenyataan" oleh Terry Mart; bahwa : "hasil penelitian memang selayaknya diketahui oleh masyarakat (ilmiah) agar dapat selekas mungkin dikembangkan oleh peneliti lain atau di aplikasikan dalam bentuk teknologi baru guna kesejahteraan masyarakat. Ilmuwan tadi akan mendapatkan insentif berupa hak-cipta ("copyright") yang meski tidak sejauh hak-paten, merupakan point positif baginya. Di samping itu, publikasi dimaksudkan juga sebagai dokumentasi. Mungkin hasil penelitian seseorang tampak tidak terlalu penting saat ini, tetapi siapa tahu tahun depan, sepuluh atau dua puluh tahun kemudian muncul ilmuwan baru yang dapat menangkap ide jenius yang tersirat di dalam hasil penelitian tadi. Publikasi juga memiliki dampak positif lain seperti memperkenalkan sang ilmuwan di media informasi ilmiah. Cukup banyak ilmuwan yang memiliki kesulitan berkomunikasi dalam seminar namun dapat menuangkan idenya dengan cemerlang di dalam sebuah paper."

Luaran penelitian yang berupa publikasi dalam jurnal nasional terutama jurnal internasional terakreditasi juga sangat diharapkan oleh Pemerintah sebagai pihak penyandang dana, karena dengan demikian dapat 'mendongkrak' citra negara kita (Pemerintah) itu sendiri di dunia (ilmiah). Kalau kata pemateri kami ... usahakan minimal jurnal yang memuat paper kita dapat ter-indeks google scholar, syukur-syukur dapat terindeks Scopus atau indeks yang 'lebih' lainnya.

Untuk mendukung iklim tersebut, Pemerintah telah cukup lama menawarkan beberapa skema hibah program penelitian, antara lain Insentif Riset Sinas dari Kemenristek dan hibah dari Kemenristekdikti (Ditlitabmas- Simlitabmas), seperti dikutip dari Panduan Pelaksanaan PPM Edisi IX thn 2013 berikut ini :
  • Penelitian Unggulan Strategis Nasional (PUSNAS), 
  • Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri (RAPID)
  • Penelitian Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional (KLN)
  • Penelitian Kompetensi (HIKOM)
  • Penelitian Strategis Nasional (STRANAS)
  • Penelitian Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
  • Penelitian Tim Pascasarjana (PPS)
  • Penelitian Fundamental (PF)
  • Penelitian Disertasi Doktor (PDD)
  • Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT)
  • Penelitian Hibah Bersaing (PHB)
  • Penelitian Kerjasama antar Perguruan Tinggi (PEKERTI)
  • Penelitian Dosen Pemula (PDP)
Sedangkan skema hibah program pengabdian  kepada  masyarakat yang ditawarkan oleh Pemerintah adalah sebagai berikut :
  • Ipteks  bagi  Masyarakat (IbM)
  • Ipteks bagi Kewirausahaan (IbK)
  • Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE)
  • Ipteks bagi Inovasi Kreativitas Kampus (IbKK)
  • Ipteks bagi Wilayah (IbW)
  • Ipteks bagi Wilayah antara PT-CSR atau PT-Pemda-CSR (IbW-CSR)
  • Hi-Link (model program kerjasama PT – Industri – Pemda yang menerapkan teknologi yang dibutuhkan industri dan masyarakat, dan berasal dari hasil penelitian). 
  • Program Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM)
Dalam kesempatan tersebut, pemateri juga me-review beberapa draft proposal PPM milik beberapa rekan dosen yang akan diajukan ke Kemenristekdikti untuk pendanaan tahun 2016. Nantinya proposal tersebut wajib diunggah ke website simlitabmas - tenggat waktu sd akhir April 2015 - dan untuk login ke sistem tersebut setiap dosen wajib memiliki NIDN. Dan setiap PT wajib mempunyai operator atau admin yang bertugas mengkoordinasi kegiatan dalam sistem tersebut.

Sesi terakhir workshop tersebut diisi oleh beberapa rekan dosen yang telah memperoleh hibah PPM tahun lalu, untuk men-diseminasi-kan hasil kegiatannya sekaligus berbagi pengalaman kepada semua peserta workshop.


Maret 23, 2015

Pemberkasan Serdos

Untuk pertama kalinya, Jumat kemarin aku dan beberapa rekan dosen di tempatku mengajar, mengirimkan semua dokumen yang dipersyaratkan untuk pencairan tunjangan profesi dosen yang sudah tersertifikasi ke Kopertis Wilayah 7.

Cukup banyak yang mesti disiapkan untuk hal tersebut, secara tertulis semuanya memang sudah dituangkan dalam pengumuman resmi yang diterbitkan di website resminya Kopertis 7 (http://www.kopertis7.go.id/bacapengumuman-20730).

Tetapi karena ini pengalaman pertamaku, perlu rasanya mencari informasi tambahan karena beberapa rumor seputar serdos sempat kudengar dari sumber yang bisa kupercaya. Ya... rumor tentang KTP dosen yang harus mencantumkan pekerjaan sebagai "dosen", padahal di KTP-ku masih tercantum "karyawan swasta", dan rumor ttg NPWP yang nggak boleh 'numpang' kartu NPWP suami, padahal saat itu aku belum punya kartu NPWP sendiri. 

Akhirnya kusiapkan saja semuanya, kuatir  'rumor' itu benar adanya. Ngurus perubahan data KTP (termasuk KK tentunya), dan ngurus kartu NPWP-ku sendiri (NPWP untuk istri). Akhirnya jadi tahu bahwa aturan terbaru untuk mencetak kartu NPWP istri, tidak diberikan nomer tersendiri dengan menambah digit 999 di belakang NPWP suami - seperti yang kupahami selama ini. Jadi dalam kartu NPWP-ku (NPWP keluarga) tercetak NPWP persis seperti punya suami, NIK suami (sesuai dalam KK / KTP suami), dan ada dua nama yang tercantum dalam kartu NPWP-ku yaitu nama suami dan (garis miring) namaku.

Persiapan lain yang tak kalah pentingnya adalah mengisi Laporan Kinerja Dosen (LKD) dan Kontrak BKD melalui aplikasi BKD (beban kerja dosen) terbaru yang diunggah di website Kopertis 7 (http://www.kopertis7.go.id/materi_bkd.php). Aplikasi yang dimaksud ada tiga, (1) untuk diisi oleh dosen masing-masing (semester lalu dan semester berjalan), (2) untuk kompilasi per prodi /jurusan /fakultas, dan (3) untuk kompilasi per institusi.

Untuk amannya, masing-masing aplikasi tersebut di-copy beberapa kali terlebih dahulu. Sehingga jika ada masalah, kita masih punya master-nya. Setiap dosen tersertifikasi wajib mengisi BKD dua kali yaitu kinerja di bidang pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat pada semester yang sudah berjalan (yg sudah selesai dikerjakan atau disebut LKD) dan pada semester yang akan datang/sedang berjalan (kontrak). 

Setelah mengisi BKD semester lalu dan mencetak hasilnya (dalam bentuk form LKD) lalu form ditanda tangani oleh dua orang asesor - pilih nama asesor sesuai rumpun ilmu dan sesuai yang telah ditetapkan oleh Dikti (daftar asesor ada di dalam aplikasi BKD). Sedangkan untuk form kontrak BKD (hasil pengisian semester berjalan/yang akan datang) cukup ditanda tangani oleh KaDep / KaJur/ KaProdi.

Sebelumnya pastikan semua dokumen / bukti kinerja telah disiapkan, seperti SK mengajar, jurnal SAP, daftar nilai, SK dosen pembimbing dan atau penguji TA, surat tugas penelitian/pengabdian masyarakat, bukti publikasi, hasil workshop / kegiatan pengabdian masyarakat, SK jabatan struktural (untuk DT - dosen dengan tugas tambahan), dll. Semuanya perlu ditunjukkan pada asesor yang akan menilai dan mengesahkan LKD kita. Semua dokumen tersebut juga diperlukan jika suatu saat kita akan mengurus kenaikan jabatan fungsional akademik (jafa).

Pelajari juga rubrik BKD yang telah disempurnakan agar paham apa saja yang termasuk kinerja bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat dan kegiatan penunjang lainnya, dan berapa skor (sks) untuk tiap item kinerja tersebut. Berikut beberapa contoh yang tertuang di rubrik BKD yang disempurnakan - yang disosialisasikan oleh Kopertis Wilayah 7 beberapa waktu lalu :
  • satu mata kuliah setingkat Diploma/S1 yang diampu oleh seorang dosen (bukan team teaching) maka =  nilai sks mata kuliah x 100% (untuk 1 - 40 mahasiswa),  jika 41 - 80 mhs = nilai sks x 150%, dan jika 81 - 120 mhs = nilai sks x 200%
  • membimbing Tugas Akhir Diploma/S1 minimal 6 mahasiswa = 1 sks; menguji proposal TA = 1 sks/semester; menguji TA 4 mahasiswa per semester = 1 sks
  • kegiatan penelitian = 4 sks; dengan rincian tahap proposal = 4 sks x 25%; tahap sebar quesioner = 4 sks x 50%, tahap analisa data = 4 sks x 75%, tahap laporan akhir = 4 sks x 100%
  • menulis jurnal ilmiah diterbitkan di : jurnal tidak terakrditasi = 3 sks, jurnal terakreditasi = 5 sks, jurnal internasional terakreditasi = 7 sks
  • penyuluhan kepada masyarakat = 1 sks (berapapun durasinya)
  • jabatan struktural (setingkat politeknik/akademi) : Direktur = 6 sks, PuDir/KaProdi/Ka.UPT= 4 sks, SekProdi/Ka.Lab/Ka.Bag = 3 sks 
  • catatan: dosen yang sedang menjabat / punya jabatan struktural disebut DT (dosen dengan tugas tambahan), sehingga kegiatan penelitan dan pengabdian masyarakat-nya boleh kosong, tetapi beban mengajar harus tetap ada (kalau tidak salah minimal 3 SKS) 
Dan berikut daftar berkas serdos perdana kami : 
  • asli + fotocopy form LKD yg sdh di-ttd dua asesor
  • asli + fotocopy form BKD (kontrak) yg sdh di-ttd Kadep/KaProdi (distempel prodi/institusi)
  • file BKD semester lalu (LKD)
  • file BKD semester berjalan (kontrak BKD)
  • fotocopy sertifikat pendidik yg telah dilegalisir oleh PTPS (info PTPS dpt dilihat di laman serdos dikti)
  • fotocopy ktp aktif
  • fotocopy npwp aktif
  • fotocopy buku rekening bank - dan harus rek BNI (yg masih aktif tentunya)
  • asli dan fotocopy surat pernyataan dosen (template)
  • fotocopy SK jabatan fungsional akademik
  • fotocopy SK penyetaraan golongan/Impasing (untuk dosen PTS)
Daftar di atas adalah persyaratan yang wajib disiapkan masing-masing dosen (khusus) yg dibuat rangkap dua, dan yg di bawah ini adalah persyaratan umum.  Semua persyaratan tersebut harus diserahkan secara bersamaan ke Kopertis sesuai waktu yang telah ditentukan.
    • file kompilasi BK fakultas/prodi (pastikan isi file BKD masing-masing dosen sudah benar dan sesuai dengan yg tercetak pada form yg di-ttd asesor)
    • file kompilasi BK institusi (pastikan data yg terisi di file BK masing-masing prodi sudah benar dan tersimpan dalam satu folder)
    • file ADK yg berisi daftar dosen tersertifikasi, no rek BNI dan NPWP nya
    • asli form rekapitulasi prodi yg sdh di-ttd KaProdi (distempel prodi/institusi)
    • asli form rekapitulasi institusi yg sdh di-ttd Pimpinan (distempel institusi)
    • asli surat pernyataan Pimpinan dan lampirannya termasuk form ADK (template)
    • asli surat permohonan pembayaran tunjangan profesi dari Pimpinan kepada KPPN (distempel institusi)
    • asli surat konfirmasi rekening BNI semua dosen yg tersertifikasi di institusi ke petugas BNI (distempel BNI)
    • catatan : semua ttd pejabat harus distempel
Karena pemberkasan bersifat kolektif, maka jangan segan untuk saling bertanya dan berbagi informasi dan saling mengingatkan teman seperjuangan, agar semua dokumen dapat dikirim bersama-sama sesuai waktu yg telah ditentukan Kopertis.

Semoga bermanfaat...




Maret 02, 2015

Angan-angan positif...

Rabu minggu lalu, kebetulan melewati sekelompok mahasiswa dan seorang rekan dosen yang sedang santai berdiskusi sambil mencoba mempraktekkan bahasa Inggris. Akhirnya aku ikutan nimbrung ‘belajar ngomong’ bersama mereka.

Senang melihat mereka antusias dan berupaya bisa ‘lepas’ untuk ngobrol. "no structure..no grammar.. using blended language -  Bahasa and English ...boleh! yang penting coba berani ngomong bahasa Inggris dulu. kami juga sama seperti kalian, masih perlu banyak belajar” begitu motivasi kami pada mereka. 

Jadi berandai-andai...tentu menyenangkan ya, seandainya bisa mahir alias lancar berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Selama ini aku merasa masih pada level pemula, masih perlu terus dan banyak belajar, tapi koq ya kurang komit belajarnya. Padahal sadar betul banyak manfaat yang bisa diperoleh jika menguasai bahasa Inggris, dalam hal reading, writing, listening maupun speaking.

Selama ini belajarnya masih sebatas kalau pas kondisi 'memaksa' saja, pas ada seleksi program eLearning, pas ada workshop eLearning yang pematerinya pake bahasa Inggris, pas ada kesempatan berbagi materi eLearning dengan guru2 vokasi dari Laos (http://uce-indahyanti.blogspot.com/2008/03/sabai-dee.html), pas ada tes Toefl & Toep sebagai syarat lulus kuliah & seleksi serdos, pas ada publikasi hasil penelitian pada sebuah konferensi Int'l dan nulis di Jurnal Int'l (http://uce-indahyanti.blogspot.com/2014_09_01_archive.html), dan pas ada 'paksaan2' lainnya he he..

Sebenarnya beberapa tahun lalu kami juga pernah mencoba mengajak mahasiswa dalam beberapa kegiatan bertema bahasa Inggris diluar kurikulum, salah satunya adalah "English Day" yang dilaksanakan di luar kampus. Saat itu kondisinya memang cukup mendukung, beberapa rekan dosen cukup aktif terlibat sekaligus menjadi sparring partner dalam belajar bahasa Inggris. Tapi belakangan harus diakui kami kurang komit untuk mengadakan acara-acara yang demikian lagi.

Beberapa bulan lalu sempat ada rencana bikin pelatihan bahasa Inggris untuk semua dosen dan karyawan, tapi kami belum berhasil merealisirnya.  Sehingga senang sekali sekarang ada rekan dosen dan mahasiswa yang punya inisiatif 'menghidupkannya' lagi ...semoga terus berlanjut dan bisa menjadi pemicu kegiatan sejenis berikutnya. 

Disini kubagi juga sebuah tulisan bagus yang dimuat di muslim.or.id tentang manfaat belajar bahasa Inggris. Tulisan tersebut berjudul “Islam di Inggris”. Dalam salah satu paragraf di situ diceritakan bagaimana para ulama tersohor dari Timur Tengah sangat bersemangat belajar bahasa Inggris semata agar bisa berdakwah dan mengajarkan ayat-ayat Al Quran dengan bahasa Inggris.  Bahkan Syaikh Ibnu Al ‘Utsaimin sampai berangan-angan seperti ini : “aku sendiri berangan-angan, andai saja aku bisa menguasai bahasa Inggris. Sungguh aku melihat terdapat manfaat yang amat besar bagi dakwah bila saja aku menguasai bahasa Inggris.

Atau mungkin kita punya kesempatan suatu saat bisa menjadi agen muslim yang baik, seperti pengalaman penulis HanumRais dan teman-teman muslimahnya saat harus tinggal di Eropa, yang dituangkan dalam bukunya "99 Cahaya di langit Eropa". 

Februari 11, 2015

Getok tular lewat video bisnis

Beberapa waktu lalu institusi tempatku mengajar - Politeknik SAKTI Surabaya (POLSAS) mencoba membuat video profilnya secara lebih profesional. Video tersebut akan menambah 'bekal' tim marketing dalam memasarkan produk-produk POLSAS di bidang pendidikan diploma 3 dan pelatihan.

Sebenarnya cukup ironi, di kalangan dunia usaha & dunia industri (DUDI) alumni POLSAS banyak dikenal, banyak yang terserap dan diakui kompetensinya, terutama dari dua prodi unggulan yaitu Teknik Elektro dan Teknik Mesin. Tetapi nama POLSAS belum banyak dikenal di kalangan sekolah, dan beberapa tahun terakhir jumlah penerimaan mahasiswa baru malah cenderung menurun. Banyak faktor, mungkin karena kurang gencar berpromosi, atau karena persaingan antar perguruan tinggi saat ini semakin ketat, baik dari PTN maupun PTS, atau karena faktor internal seperti pelayanan dan fasilitas yang mesti mendapat perhatian lebih serius.  Ya .. faktor internal memang tidak boleh diremehkan. Karena dari pengalaman, getok tular dari mahasiswa atau alumni yang puas selama kuliah di POLSAS, cukup efektif dalam mendongkrak perolehan mahasiswa baru.

Beberapa rekan dari praktisi industri, baik alumni yang sudah sukses berkarir atau berwirausaha maupun rekan dosen dari kalangan praktisi industri, memberikan semangat untuk terus membenahi fasilitas dan pelayanan serta berinovasi dalam strategi pemasarannya. Salah satu strategi pemasaran yang sekarang coba dilakukan adalah dengan membuat video profil secara profesional... semacam video bisnis gitulah. Video bisnis sebagai salah satu sarana promosi, cukup banyak diminati oleh perusahaan maupun institusi lainnya. Seperti banyak orang bilang, bahwa gambar lebih banyak 'bercerita' daripada sekedar tulisan atau orasi. Apalagi video dapat memadukan semua unsur, mulai audio, gambar atau visual, teks, dan lainnya.

Cukup banyak kelebihan atau manfaat dari pembuatan video bisnis, dibandingkan media promosi lainnya. Berikut salah satu kutipan artikel tentang kelebihan video bisnis dari http://giantleapstudio.com/news/manfaat-video-untuk-bisnis-anda : 
"Perpaduan unsur audio dan visual dari sebuah video produk, memudahkan marketer untuk mempersuasi calon konsumen agar tertarik untuk melakukan pembelian. Selain itu juga untuk mempermudah marketer untuk mempresentasikan keunggulan, cara kerja, serta fungsi-fungsi, dan keuntungan menarik dari sebuah jasa ataupun produk. ......., video merupakan sebuah konten yang paling efektif untuk menyampaikan pesan kepada konsumen. Kehadiran media sosial video seperti youtube, menunjukkan bahwa pengguna internet memiliki ketertarikan yang mendalam saat menonton video. Menurut Lauren Hill dalam situs Volusion, terdapat 3 manfaat video produk dalam bisnis, yaitu: menceritakan seluk beluk bisnis, menceritakan dan menggambarkan produk yang dijual dengan lebih demonstratif, dan menceritakan testimonial positif dari perusahaan."

Akhirnya...  lewat video profil tersebut, diharapkan dapat mendongkrak perolehan mahasiswa baru mendatang. Dan untuk lebih memperluas jangkauan promosi produk-produk POLSAS, versi singkat video tersebut sudah diunggah di youtube dengan alamat: https://www.youtube.com/watch?v=BkpzA05Kx8Q. Selamat menyaksikan ya..kunjungi juga websitenya di www.politekniksakti.ac.id




Februari 06, 2015

Me-manage pahala

Poin-poin berikut dirangkum dari ceramah singkat Ustadz Badrusalam,Lc yg berjudul "Tips Untuk Mendapatkan Pahala Besar" (yufid.tv) :
  • cerdaslah dalam beramal, jangan sekedar beramal
  • pilihlah amalan yg ringan tapi berpahala besar
  • semakin ikhlas suatu amalan, semakin besar pahalanya
  • beramal-lah sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam; contoh dua wanita yg menunaikan sholat, satunya sholat berjamaah di masjid, lainnya sholat di dalam kamarnya, maka lebih besar pahala wanita yg sholat di dalam kamarnya (sesuai yang dituntunkan Beliau)
  • semakin berat di hati atau semakin besar perjuangan dlm suatu amalan, semakin besar pahalanya; contoh bersedekah dalam keadaan 'sempit' akan lebih besar pahalanya daripada bersedekah dalam keadaan 'lapang'
  • semakin berkesan di hati, semakin besar pahalanya; contoh dua amalan : yg satu membaca Al Qur'an, lainnya berdzikir ringan, walaupun membaca Al Qur'an lebih utama tapi jika tidak khusyuk atau tidak merasuk ke hati, maka amalan ringan seperti berdzikir yg dilakukan dg sepenuh hati akan lebih besar pahalanya
  • dahulukan amalan wajib daripada amalan sunnah, dan jika dihadapkan pd dua amalan wajib, maka pilihlah yg maslahatnya paling besar; contoh seorang ibu yg mendahulukan kebutuhan suami dan anaknya itu lebih utama daripada seorang ibu yang mendahulukan berdzikir tapi melalaikan keluarganya (karena kewajiban utama ibu adalah melayani kebutuhan suami dan anak-anaknya)
  • penting untuk melihat waktu dan tempat atau keadaan-keadaan yg lebih utama (yg lebih dicintai Allah) dalam beramal; contoh amalan pd 10 hari pertama bulan Dzulhijah, amalan pd bulan Ramadhan, amalan di kota Mekkah dan Madinah, dll
  • cari amalan yg paling utama diantara beberapa amalan utama lainnya
  • intinya : manage-lah pahala anda ! 

Semoga bermanfaat.

Januari 16, 2015

Yang pertama dan siap kalah..

Rabu, 14 Januari 2015, untuk pertama kalinya putri bungsuku - Hira - ikutan lomba antar sekolah dalam event Islamic Student Fair di Cito-Surabaya. Dari dua lomba yang ditawarkan oleh pihak sekolah, dia memilih ikut lomba hafalan do'a sehari-hari. Kutanya "kenapa nggak ikut lomba mewarnai? kan adik juga suka menggambar dan mewarnai?" sederhana saja jawabnya "lomba mewarnai ntar bikin capek, kan lama lombanya" he he...ada benernya sih. Mungkin dia ingat pernah melihat lomba mewarnai di sebuah mall - saat itu mulai kami masuk mall sampai mau pulang - lombanya belum selesai. 

Saat lomba hafalan itu, dia terlihat cuek dan nyantai saja sambil nunggu giliran tampil (mgk krn dia belum tahu apa makna lomba ya). Didampingi Ustadzah Isti dan Ustadzah April serta beberapa teman sekolahnya yang juga ikut lomba, dia terlihat menikmati tampilan setiap peserta di atas panggung.

Di atas panggung setiap peserta ngambil dua gulungan kertas (lot) dulu, dan diserahkan ke MC untuk dibacakan dua do'a yang harus dihafal oleh peserta tsb. Kucoba ngetes dia, nanya hafalan do'a seperti yg diajukan juri ke salah satu peserta...sambil senyum-senyum dia bilang "lupa Bu" walah, tapi tetap kuhibur dia "Gpp dik, yg penting adik sudah berani mau tampil

Setelah menunggu agak lama, akhirnya dia tampil juga. MasyaaAllah .. tanpa canggung dan sambil tersenyum dia berjalan ke tengah panggung, menjawab MC yg bertanya namanya sambil tersenyum, mengambil dua gulungan kertas dan menyerahkannya ke MC juga masih sambil tersenyum. Sang MC sampai bilang ..."aduh manisnya mbak Hira tersenyum terus" .. dan Alhamdulillah ...dia juga bisa menghafal dua buah do'a yang ditanyakan juri (dalam gulungan kertas yg dia ambil). 

Setelah selesai semuanya, tiba waktu pengumuman pemenang lomba, dan Hira belum berhasil menang. Dia sempet nanya "kenapa aku gak menang Bu? kan tadi aku hafal? aku pengen dapat piala kayak mbak itu.." he he... kuhibur dia "Hira itu sudah jadi juara buat Ibu, mau coba ikut lomba dan berani tampil di panggung. mungkin si mbak yg menang itu lebih bagus bacaannya. lain kali insya Allah bisa menang ya.." Ustadzah Isti yg ikut mendengar pembicaraan kami juga memberinya semangat "insya Allah nanti kalau SD mbak Hira bisa ikutan lomba tartil atau tahfidz ya...belajar yg rajin..insya Allah bisa menang. gpp sekarang kalah.."

Ya.... rasanya perlu memberi pengalaman menang dan kalah bagi anak, salah satunya dengan mengikutkan anak pada sebuah kompetisi atau lomba, tentu atas pilihannya. Sekaligus memberinya pemahaman tentang menang dan kalah. Siapkan juga diri kita untuk menanyakan perasaannya atau menerima curhatnya jika dia kalah dan tetap memberinya semangat. 

Berikut poin-poin pentingnya mengajari anak siap kalah yg kuambil dari http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2014/08/29/mengajari-anak-siap-kalah-sejak-dini-671198.html :
  • Mengajari anak siap kalah berarti memperkenalkan kehidupan yang utuh kepadanya
  • Mengajari anak siap kalah berarti memberi kesempatan kepada anak untuk belajar tentang apa bagaimana rasanya kalah
  • Mengajari anak siap kalah berarti mengajari anak tentang bagaimana menghargai orang yang menang
  • Mengajari anak siap kalah berarti mengajari anak tentang bagaimana mempersiapkan diri untuk menggapai kemenangan
  • Mengajari anak siap kalah berarti menyatakan kepada anak bahwa kekalahan itu biasa
  • Mengajari anak siap kalah berarti mempersiapkan mental anak menjadi dewasa
  • Mengajari anak siap kalah berarti memberi kesempatan kepada anak untuk belajar tentang nilai-nilai kehidupan
  • Mengajari anak siap kalah berarti melatih anak bertanggung jawab
  • Mengajari anak kalah berarti mengajari tentang kenyataan bahwa kita tak selalu bisa mendapatkan apa yang kita inginkan





Januari 12, 2015

Berhemat secara kreatif

Semalam sebenarnya gak tega memberi semacam shock terapi untuk putra sulungku - Fadhil... tapi sepertinya hal itu mesti dilakukan agar dia ngeh bahwa dia belum sepenuh hati belajar mengatur pengeluarannya alias berhemat. Dia sudah beberapa bulan ini nge-kos di Malang karena sekolah di sana, dan rupanya dia masih belum berhasil memenuhi 'janji' nya ...untuk lebih berhemat dan tidak terus menerus melebihi jatah jajan bulanannya. Aku dan suami yakin dia masih berproses, karena dalam beberapa hal sebenarnya dia cukup peduli dan peka terhadap keuangan kami.

Tapi kami tetap merasa perlu memberinya sebuah 'terapi'... agar dia benar-benar serius belajar menentukan skala prioritas dalam pengeluarannya dan berdisiplin lebih mendahulukan kebutuhannya daripada sekedar menuruti keinginannya....... berharap itu juga untuk kebaikannya kelak.

Ngomong-ngomong tentang edukasi finansial pada anak-anak, ada artikel menarik yang ditulis oleh mbak Sulistyorini di blog-nya http://www.sulistyoriniberbagi.com/2014/10/anak-indonesia-harus-melek-finansial.html. Sebuah tulisan yang cukup lengkap mengulas tahapan-tahapan mendidik anak agar melek finansial, ajakan berhemat, dan tips mengelola keuangan anak-anak.

Aku juga jadi teringat kalimat menarik di dalam buku yang ditulis oleh pakar perencana keuangan Safir Senduk yang berjudul "Siapa bilang jadi karyawan nggak bisa kaya?"  yang berbunyi : "Ketika Anda berhemat, berhematlah secara kreatif, bukan menderita" Dalam buku tersebut pak Senduk mengajak kita untuk bijak dalam mengatur keuangan, diantaranya (1) prioritaskan menabung : menabunglah di muka jangan di belakang (2) jangan remehkan nabung di celengan (3) atur pengeluaran - bedakan antara kebutuhan dengan keinginan (4) hati-hati dengan utang - jangan gampang berutang - jika terpaksa ada utang maka prioritaskan cicilan utang daripada biaya hidup, dan (5) utamakan belanja harta produktif daripada benda konsumtif. 

Sebenarnya jika direnungkan tips tersebut adalah hal-hal yang memang 'seharusnya' kita lakukan. Tapi kita mungkin kurang menyadari telah meremehkan atau kurang serius menjalaninya. Yang penting.. berusaha tanamkan pada diri sendiri dan sedini mungkin pada anak-anak kita tentang pentingnya bijak mengatur pengeluaran.
Dan yg tak kalah penting juga adalah belanja harta produktif untuk investasi akherat.. Berinfaq, sedekah, zakat, dan amal jariyah.. Semoga bermanfaat.