Seperti layaknya renovasi rumah, pasti kondisinya jadi kotor, berdebu dan sumpek. Apalagi jika penghuninya terpaksa tetap tinggal di dalamnya.
Kondisi itu yang kualami saat rumahku direnovasi beberapa minggu terakhir, mulai dari renov atap, plafon dan ngecat tembok yg sudah kusam. Waduh rasanya jadi kurang nyaman, tapi untunglah ada Bude Sit yang bantu nungguin rumah, menyiapkan makan siang untuk Pak No dan Wahyu , dan mbantuin khadimat kami bersih-bersih rumah selagi aku dan suami ngantor.
Nah koq ya kebetulan saat ini di tempatku ngantor juga sedang di'renovasi', semuanya sedang berbenah. Pembenahan bukan hanya pada penataan ruangan dan perbaikan bangunan, tapi juga pembenahan pada segi non fisik.
Pembenahan non fisik - terutama pada masalah tata kelola di semua bidang - inilah yang memerlukan perhatian, pemikiran, energi, bahkan biaya yang lebih banyak. Bersyukur pihak Yayasan sangat membantu dan mendukung pembenahan tersebut.
Banyak pe-er yang masih harus diselesaikan, termasuk pe-er untuk memperbaiki beberapa temuan Tim Wasdalbin (pengaWASan, pengenDALian dan pemBINaan) Kopertis Wilayah VII yang datang memeriksa bulan Juli lalu. Temuan itu sebuah kenyataan yang harus diterima walau terasa seperti menelan 'pil pahit', semoga pil itu bisa berfungsi sebagai 'obat' yang insya Allah dapat 'menyembuhkan'.
Begitulah, saat ini aku merasa seperti sedang merenovasi dua rumah, rumahku sendiri dan rumahku yang lain, alias tempat ngantorku. Keduanya sama-sama terasa sumpek dan kurang nyaman saat direnovasi, tapi akan terasa lebih bersih dan lebih nyaman untuk ditempati setelah renovasi selesai. Semoga .....
November 30, 2013
November 15, 2013
Belajar dari Wahyu
Dia mahasiswa semester akhir di tempatku mengajar. Penampilannya sederhana dengan attitude dan prestasi akademik yang cukup baik. Wahyu Kurniawan namanya. Kemarin sore dia terlihat tersenyum lega saat menerima SK kelulusannya. Ada yang membuatku salut, yaitu cara dia berbakti pada
orangtuanya, terutama pada ayahnya yang seorang ahli bangunan.
Kebetulan sudah lama aku dan suami punya rencana merenovasi atap dan plafon rumah kami yang sebagian besar kayu penyangganya sudah lapuk. Pengennya saat renov nanti kami tidak perlu membongkar dan memindah perabotan rumah yang berat-berat. Alhamdulillah...seperti gayung bersambut, ternyata ayahnya Wahyu berpengalaman merenovasi dengan kondisi seperti yang kami inginkan itu. Wah sungguh sebuah rejeki… akhirnya aku dan suami memutuskan memakai jasa beliau.
Kebetulan sudah lama aku dan suami punya rencana merenovasi atap dan plafon rumah kami yang sebagian besar kayu penyangganya sudah lapuk. Pengennya saat renov nanti kami tidak perlu membongkar dan memindah perabotan rumah yang berat-berat. Alhamdulillah...seperti gayung bersambut, ternyata ayahnya Wahyu berpengalaman merenovasi dengan kondisi seperti yang kami inginkan itu. Wah sungguh sebuah rejeki… akhirnya aku dan suami memutuskan memakai jasa beliau.
Selanjutnya ... benar-benar tak kuduga, Wahyu ternyata ikut terjun
langsung membantu pekerjaan ayahnya merenovasi rumah kami.. Benar-benar hanya mereka berdua yang
mengerjakannya. Seperti ayahnya, Wahyu terlihat terampil mengerjakannya, tanpa canggung, dan tanpa beban. Sempat kuperhatikan bagaimana dia dan ayahnya bekerja saat
berada di atas atap rumahku terpapar matahari yang sedang bersinar sangat terik saat itu ...salut !
Rasanya cukup langka menemukan pemuda sekaligus mahasiswa dengan karakter seperti itu saat ini. Ikut bangga rasanya, seperti sang ayah yang juga mengaku bangga dan sangat bersyukur dengan sikap putranya
tersebut. Jika tertarik memakai jasa
mereka, ini nomer kontak ayahnya – Pak Sudiono : 031-88257089 (maaf tanpa ijin
ybs …semoga beliau berkenan)
November 06, 2013
Good Governance
Menarik
mendengar dialog tentang salah satu program Telkom - "Bojonegoro Digital
Society" di Radio Suara Surabaya tanggal 26 Oktober lalu. Menurut mbak Ivone Andayani- Public Relations Telkom Area Jatim, tujuan program tersebut adalah membangun akses internet nirkabel di 1000 titik lokasi yang dibarengi dengan pelatihan & pendampingan kepada masyarakat Bojonegoro, untuk menunjang pengembangan Bojonegoro sebagai lumbung energi & pangan.
Selain dari pihak Telkom, dialog itu juga dihadiri oleh Kang Yoto - sapaan akrab bupati Bojonegoro, yang terdengar begitu rinci dan menjiwai saat memaparkan teknis pelaksanaan program tersebut di lapangan dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakatnya khususnya para petani & UKM.
Selain dari pihak Telkom, dialog itu juga dihadiri oleh Kang Yoto - sapaan akrab bupati Bojonegoro, yang terdengar begitu rinci dan menjiwai saat memaparkan teknis pelaksanaan program tersebut di lapangan dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakatnya khususnya para petani & UKM.
Connectivity, community, & content (3C) dari program tersebut sepertinya dimanfaatkan secara optimal oleh beliau untuk membantu mewujudkan cita-cita daerahnya menjadi lumbung pangan dan energi di masa depan. Termasuk bagaimana memanfaatkannya untuk mengantisipasi dan meminimalisir gagal panen pada musim hujan akibat banjir yang menjadi langganan di daerah aliran Bengawan Solo tersebut.
Dari dialog itu, aku jadi
pengen tahu lebih lanjut cara Kang Yoto mengelola pemerintahan di daerahnya. Dan kutemukan artikel menarik dari beliau tentang politik konsentrasi anggaran dan
entrepreneur government di http://kangyoto.blogspot.com/ . Berikut kutipannya :
(1) “Politik
konsentrasi anggaran itu sesungguhnya politik prioritas di dalam penganggaran.
Harus ada prioritas untuk memperbaiki fundamental perekonomian Bojonegoro, yang
80 persen masyarakatnya adalah petani. Nah, skenario yang saya bikin adalah
skenario yang tanpa menggantungkan pada hasil minyak dalam membangun Bojonegoro
ini. Minyak itu hanya berkah yang mempercepat pertumbuhan Bojonegoro. Misalnya
saat ini APBD Bojonegoro sekitar Rp 800 miliar. Dengan politik konsentrasi
anggaran maka tahun pertama dikonsentrasikan misalnya Rp 300 miliar untuk
petani. Anggaran ini untuk kebutuhan petani dari perbaikan irigasi hingga
menjaga stabilisasi gabah. Dampaknya akan langsung dirasakan oleh masyarakat
sehingga akan menumbuhkan gairah kehidupan bermasyarakat. Gairah ini yang akan
mendatangkan berkah dimana-mana. Tahun kedua jalan diperbaiki pada tahun ketiga
dan keempat anggaran bisa dikonsentrasikan untuk menggratiskan puskemas dan
pendidikan."
(2) "Entrepreneurship
bagi pemerintahan…….Sederhananya begini, anda disebut entrepreneur jika anda
mempunyai duit Rp 10 miliar tapi anda dapat melakukan pekerjaan hingga senilai
Rp 100 miliar. Nah kalau kita ingin membuat entrepreneur government maka
berarti bagaimana APBD yang sedikit kemudian menghasilkan kinerja yang berlipat-lipat
output maupun out come nya. Misalnya, ketika kita ingin menggarap
pariwisata maka jangan sekali-kali pikiran kita adalah proyek. Yang harus kita
pikirkan adalah bagaimana mengemas peluang itu dan menjualnya kepada investor.
Karena itu, seorang kepala pemerintahan harus jadi Public Relation yang baik
untuk mengenalkan potensi di daerahnya kepada investor. Selain sebagai PR yang
baik maka dia harus menjadi juru pasar (pemasar) yang baik, negosiator yang
baik untuk menyakinkan pasar agar melakukan kegiatan ekonomi di
daerahnya."
Langganan:
Postingan (Atom)