Oktober 16, 2017

Tujuh Mualaf Yang Mengharumkan Islam*

Tujuh orang mualaf pilihan penulis Tofik Pram yang dituangkan dalam bukunya “Tujuh Mualaf Yang Mengharumkan Islam” itu memang istimewa. 
Betapa tidak, seluruh kisah ke-tujuh mualaf tersebut sungguh menginspirasi dan heroik, berikut rangkumannya seperti yang dikutip dalam bukunya Tofik Pram tersebut.

(1)    Ketika terjadi gesekan dalam tubuh umat antara Bani Umayyah dan Bani Hasyim, Allah memberikan hidayahNya pada keluarga Barmakid – dinasti cerdas yang selama berabad-abad dibesarkan dan membesarkan agama Buddha. Melalui sentuhan keluarga mualaf ini, Allah menyelematkan peradaban Islam dan mengantarkannya ke puncak kejayaan di era dinasti Abbasiyah, pada abad ke-8 Masehi. Khalid Al-Barmak - sang tokoh keluarga Barmakid - berhasil mengatur tata kelola administrasi pemerintahan, mengelola system keuangan, dan menggagas revolusi dokumentasi ilmu pengetahuan umat Islam – yaitu dikonversi dalam bentuk buku – yang sebelumnya berupa gulungan-gulungan kertas yang tidak ergonomis sama sekali. Gagasan ini pula yang menghantarkan kita kini mengenal Al-Qur’an yang enak dipegang dan dibaca. Kemudian sang putra Yahya bin Khalid Al-Barmak – menjadi tokoh penting di belakang Harun Al-Rasyid sang khalifah dinasti Abbasiyah yang legendaris itu. 

(2)    Ketika Hulagu Khan dan pasukan Mongol-nya meluluhlantakkan kemegahan Abbasiyah, lalu mengancam peradaban muslim di Yerussalem dan Mesir, Allah memberikan hidayah-Nya  pada Berke Khan – cucu Genghis Khan sang penakluk yang kesohor itu. Berke Khan menerima Islam dan memilih berhadapan dengan saudara sedarahnya demi membentengi Islam dari kehancuran yang lebih parah. Berke juga mendirikan sekolah-sekolah baca tulis Al-Quran di wilayah Eropa Timur.

(3)    Ketika Kesultanan Ottoman kebingungan mencari cara menjebol tembok Konstantinopel-keniscayaan sejarah yang pernah dijanjikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam-setelah upaya penaklukan yang gagal berabad-abad, Allah mengirimkan Zaganos Pasha; seorang muallaf militan yang lahir di tengah keluarga Kristen. Pada abad ke-15 Masehi ia memimpin pasukan Yeniseri - korps infanteri elit Kesultanan Ottoman yang digembleng menjadi pasukan militan yang hanya takut pada Allah. Zaganos Pasha memimpin pasukan tersebut di bawah komando Sultan Mehmed II Sang Penakluk (Sultan Muhammad Al-Fatih), dengan ijin Allah akhirnya berhasil menjebol benteng Konstantinopel, dan tumbanglah lambang kemasyhuran kaisar Byzantium itu.

(4)    Ketika Turki Utsmani mulai keblinger dalam pola pikir konservatif yang kerdil, sibuk dengan penaklukan-penaklukan yang tak terstruktur, dan abai terhadap ilmu pengetahuan yang nyaris memusnahkan kehidupan intelektual Islam; Allah menghadirkan Ibrahim Muteferrika – sang mualaf yang lahir di tengah keluarga Kristen Unitarian Hungaria. Ibrahim menggagas metode penyebaran pengetahuan Islam yang lebih canggih melalui percetakan dan menyelamatkan Islam Turki dari karam peradaban intelektual abad ke-18. Ibrahim selalu menekankan manfaat percetakan bagi kaum muslim: harga buku lebih murah dan buku lebih cepat tersebar; sehingga lebih banyak buku yang dapat dibaca dan dipelajari kaum muslim.

(5,6,7)    Ketika sebagian besar masyarakat Barat yakin bahwa Islam itu teror;  Allah mencahayai Alexander Russel Webb, Malcolm X, dan Muhammad Marmaduke Pickthall. Mereka hidup di Amerika dan Inggris pada abad ke-19 dan 20. Mereka menguak cakrawala keislaman masyarakat Barat, membuka mata masyarakat Barat bahwa Islam bukanlah terror, Islam adalah rahmat semester alam.

Pesan penulis.. sejarah selalu berulang, maka jangan lupakan sejarah. Abai pada kisah dan hikmah yang dibawanya dapat menyesatkan kita. Babak-babak sejarah yang berlangsung di muka bumi ini telah sahih membuktikan pemenuhan janji Allah, menyelamatkan Islam hingga akhir zaman adalah sesuatu yang haq, bahkan dengan jalan di luar perkiraan akal kita yang terbatas. 

Wallahu a’lam….