Ustadzah Ana yang membawakan tema tersebut mampu memaparkan dengan cukup terstruktur, tajam dan menarik disertai dalil Al Qur'an & hadits sahih. Paparan diawali dengan renungan - ini salah satunya "Anakku...kadang aku merasa repot saat kau ingin ikut serta pergi denganku, padahal akan tiba saatnya kau tak mau lagi kuajak pergi walau sudah kubujuk rayu" .
Renungan yg intinya mengingatkan kita bhw sebenarnya kita atau ortu-lah yg membutuhkan anak-anak kita. Jadi jangan merasa terbebani dg kerepotan mengasuh dan merawat mereka terutama pada masa 'emas' pendampingan terhadap mereka yg sebenarnya cukup singkat, karena ada saatnya kita akan 'rindu' dengan rengekan dan ketergantungan mereka.
Renungan yg intinya mengingatkan kita bhw sebenarnya kita atau ortu-lah yg membutuhkan anak-anak kita. Jadi jangan merasa terbebani dg kerepotan mengasuh dan merawat mereka terutama pada masa 'emas' pendampingan terhadap mereka yg sebenarnya cukup singkat, karena ada saatnya kita akan 'rindu' dengan rengekan dan ketergantungan mereka.
Berikut rangkuman paparan beliau :
- An Nisa 9 dan Al Kahfi 46: kita harus merasa kuatir/takut untuk meninggalkan generasi yang lemah : (1) lemah akidah, (2) lemah ibadah (3) lemah ahlaq (4) lemah harta. Tiga poin pertama yg seharusnya menjadi prioritas utama kita dalam menyiapkan bekal untuk anak-anak, bukan poin yg keempat - jadi janganlah bekal harta yg menjadi kekuatiran terbesar kita.
- Pemberian terbaik dari ayah untuk anaknya adalah ahlaq yg baik (bukan hanya nafkah) - HR Tirmidzi.
- Potret penting agar nasehat kita bekerja dahsyat pada anak : Luqman al Hakim dalam Al Qur'an (Luqman 12-13) - seorang manusia biasa dengan teladan dan nasehat buat anaknya yg luar biasa- tutur katanya penuh hikmah dan rasa syukur.
- Hikmah = pemahaman yg baik thd masalah yg dihadapi, ilmu dan tutur kata yg baik
- Nasehati anak sesuai porsi dan fokus pada masalahnya, tidak panjang lebar, dan jangan terlalu mengumbar nasehat serta mengumbar kesalahannya. Menurut beliau, anak TK hanya mampu menerima nasehat yg singkat - max 15 kata, jadi nasehatilah mereka jika melakukan kesalahan dengan singkat dan fokus pd masalah saat itu.
- Cara-cara lainnya adalah dengan bercerita singkat, memberi contoh/teladan, menggambar (misal menggambar monyet sedang makan dengan tangan kiri - agar anak kita tidak mencontohnya), gunakan bahasa tubuh yg selaras dan mendukung pada saat memberi nasehat, beri nasehat sambil bermain, dan jalankan konsekuensi dari nasehat yg kita berikan.
- Tidak mengapa menasehati anak dengan kalimat 'larangan' , jika itu merupakan hal yg prinsip atau dapat membahayakan anak. Jangan terkecoh dgn anjuran ini : hindari pemakaian kalimat melarang atau biarkan anak mencoba semua hal yg diinginkan dengan alasan eksplorasi atau alasan lainnya.
- Jadilah 'model' yg baik untuk anak-anak kita, agar mereka mempunyai figur yg baik untuk dicontoh/diteladani, jangan hanya memasrahkan hal tersebut pada guru-gurunya. Sehingga nasehat kita 'masuk' ke otak mereka, bukan hanya nasehat gurunya.
- Upayakan anak sering melihat kebiasaan baik kita di rumah, misal sholat berjama'ah dan tepat waktu, bangun untuk sholat malam, makan dan minum sambil duduk dan menggunakan tangan kanan, mengucapkan kalimat toyyib (ungkapan syukur, takjub dan istighfar), dan hal baik lainnya. Dengan harapan semua itu dapat terus terekam di alam bawah sadarnya dan menuntunnya untuk melakukan hal yg sama kelak.
- Manfaatkan tiga momen yg tepat untuk menasehati anak yaitu : saat bepergian, saat makan bersama (sekaligus memberi contoh adab makan sesuai sunnah), dan saat anak sakit.
- Selalu tanamkan pd diri kita bhw saat kita berproses menjalankan fungsi sebagai ortu sebaik mungkin sesuai Qur'an dan sunnah akan selalu dinilai oleh Allah Ta'ala.
Terima kasih Ustadzah Ana, terima kasih Ibu Kasek. TK Insan Kamil dan semua gurunya serta tak lupa juga terima kasih pada Ibu Ketua Komite dan semua anggotanya yg telah mewujudkan acara tersebut dan banyak acara sosial/parenting lainnya (maafkan saya yg kurang aktif). Jazakumullahu khoiron katsiro..