Sudah lama
sebenarnya pengen menulis dan berbagi tentang workshop tersebut, tapi
ada saja ‘kesibukan’ (baca : alasan sok sibuk… he he), sehingga baru
sekarang bisa mem-posting-nya.
Workshop
yang diselenggarakan oleh Kopertis Wilayah 7 pada tanggal 27 Nopember 2015 lalu,
merupakan workshop batch 2 yang dihadiri oleh unsur pimpinan atau yang mewakili
dari 45 Perguruan Tinggi (PTS) di Jawa Timur. Workshop dibagi dalam dua sesi, diawali
dengan pemaparan materi tentang konsep Rencana Strategis (Renstra) dan
fungsinya oleh Prof. Dr. Ali Maksum - SekPel Kopertis Wil 7, dilanjutkan
dengan pemaparan teknis penyusunan Rencana Induk Pengembangan (RIP), Renstra,
dan Rencana Operasional (Renop) PTS oleh Kuncoro Foe, PhD - Rektor Universitas Katholik
Widya Mandala Surabaya (UKWMS).
Seperti
yang dituturkan oleh pemateri, sebuah Rencana Strategi (Renstra) dibuat untuk mengidentifikasi
hal-hal yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya secara terukur. Sebuah
Renstra bisa juga dikatakan sebagai mimpi-mimpi yang terukur. Sebuah Renstra semestinya
dijadikan induk / acuan / dasar dalam menjalankan semua program kegiatan dan
pengambilan kebijakan/ keputusan. Sebuah
Renstra (baca : perencanaan) yang bagus, bisa dikatakan sudah mencapai 50%
perjalanan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Oleh
karenanya diperlukan kemampuan untuk memahami cara meng-orkestra-si semua
komponen yang ada di dalam sebuah PTS, membingkainya dalam sebuah perencanaan
yang bagus dengan tingkat ketercapaian yang bisa diukur, dan secara konsisten mengawal
penerapan rencana tersebut. Idealnya, setiap program atau kegiatan mesti
berbasis perencanaan, bukan sekedar berbasis intuisi. Sehingga jika ‘terpaksa’
harus membuat atau melakukan program atau kegiatan yang tidak menginduk atau
tidak nyambung dengan renstra yang telah dibuat, pertimbangkan dengan matang sebelumnya.
Yang juga
tidak boleh dilupakan adalah mencermati isi regulasi /
peraturan pemerintah yang menjadi payung hukum PTN/PTS yang tertuang dalam UU
no 12 tahun 2012. Undang-undang tentang pendidikan tinggi tersebut semestinya dijadikan
acuan oleh PTN/PTS dalam membuat atau menentukan Visi à Misi à Tujuan à Sasaran à Kebijakan à dan Program - programnya. Dan yang
penting, visi misi haruslah jelas, ‘membumi’, terukur dan saling terkait.
Banyak regulasi yang mesti dicermati dalam menyusun Renstra PTS, antara lain regulasi pendirian dan tata
kelola PTS serta Badan Penyelenggara nya,
regulasi standar mutu dosen tetap yang harus dimiliki setiap prodi PTS,
dan regulasi lain terkait Pendidikan Tinggi di Indonesia. Regulasi pemerintah tentang
‘Ekonomi berbasis pengetahuan’, regulasi MP3EI (Masterplan Percepatan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia), regulasi internasional seperti MEA (Masyarakat
Ekonomi Asia), adalah sebagian contoh perihal eksternal yang tidak boleh
diabaikan dalam menyusun sebuah Renstra yang bagus.
Renstra PTS
saat ini sudah selayaknya memberi penekanan pada MUTU, seiring dengan perubahan skala prioritas Sasaran Strategis
Dikti yang menempatkan unsur MUTU di
level yang paling atas, kemudian diikuti secara berurutan unsur-unsur berikut ini :
RELEVANSI – AKSES – DAYA SAING – TATA KELOLA.
Sehingga
diharapkan dalam Renstra dan Renop setiap PT bisa tercermin target-target / capaian-capaian
seperti publikasi ilmiah pada jurnal nasional/int’l terakreditasi , jumlah dosen
yang sudah bergelar doctor, jumlah HAKI, target hasil akreditasi prodi dan
institusi, capaian hasil Penelitian & Pengabdian Masyarakat (PPM), dan
lain-lain. Semua target atau capaian tersebut tentunya merupakan kumpulan dari
capaian masing-masing prodi.
Pada
kesempatan sesi kedua, Pak Foe (Rektor UKWMS) memaparkan secara detil
tentang teknis penyusunan Renstra PT. Beliau menegaskan bahwa materi yang
disampaikan tersebut merupakan “sharing
current practice” – bukanlah “best
practice” . Jadi lebih kepada berbagi pengalaman beliau dan tim UKWMS saat
menyusun Renstra dan implementasinya.
Bicara
Renstra sebenarnya bicara standar no. 1 dan standar no. 2 Akreditasi Institusi
Perguruan Tinggi (AIPT) yang mempunyai bobot sekitar 29% dari total standar penilaian AIPT. Sebuah
angka yang cukup ‘menentukan’. Selain itu sebuah Renstra yang bagus (baca :
disusun secara bersungguh-sungguh) dapat dikatakan sudah mencapai 50%
perjalanan untuk mencapai tujuan. Sehingga sudah seharusnya Renstra dan tetek
bengeknya menjadi perhatian penting pengelola khususnya unsur Pimpinan PT.
Pak Foe
menuturkan bahwa aspek ‘edukasi’ terhadap semua elemen lembaga juga merupakan hal
yang sangat penting dalam rangka menyukseskan penyusunan Renstra dan
implementasinya sekaligus. Menyamakan ‘mind set’ dengan semua elemen termasuk dengan
pihak yayasan, lesson learn pada
semua level manajemen, continuous
coaching, sosialisasi visi misi dan tujuan lembaga tanpa henti dengan
berbagai macam cara agar semua civitas akademika-nya memahami dan menghayatinya, membangun komunikasi dan koordinasi yang
bagus, berani melakukan ‘sesuatu’ atau ‘budaya’ yang tidak biasa … adalah
sederet contoh cara atau langkah yang dilakukan di kampus beliau dalam rangka
mencapai tujuan lembaga.
Selain itu,
perlu juga mempertimbangkan untuk benchmarking
ke PTS/PTN lain yang plus minus-nya ‘masih terjangkau’ dengan Renstra kita. Beliau juga memaparkan pentingnya menumbuhkan kesadaran dalam hal
kesejawatan dosen, bahwa dosen suatu
saat bisa menjadi rektor/pimpinan, dan sebaliknya, pimpinan suatu saat juga bisa
menjadi dosen lagi. Dengan catatan, tour
of duty calon pimpinan haruslah jelas, agar ybs dapat memahami dan menghayati visi misi
lembaga. Dan selayaknya setiap dosen setia dan loyal pada
homebase-nya, dengan tetap diberi diberi ‘ruang’ agar bisa beraktualisasi di
‘luar’ dengan membawa nama homebase-nya.
Beliau juga membagi sebuah ilustrasi di bawah ini. Sebuah ilustrasi yang memberi gambaran bahwa untuk
mengelola sebuah perubahan berorientasi hasil (dengan tetap menghargai / menilai
proses) diperlukan aspek yang lengkap meliputi : nilai & visi, misi, aturan, profesionalisme, insentif, sumber daya dan rencana kerja. Tanpa salah satunya, tidak diperoleh KEMAJUAN.
Kembali ke
pembahasan teknis penyusunan Renstra, beliau melanjutkan, bahwa alur penyusunan
RIP / Renstra / Renop dimulai dari Analisa SWOT - Visi - Misi - Major issues – Impact - Goals - Objective - Strategy - Program / Action plan. Dalam menganalisa SWOT, ada dua stage yang dilakukan di tempat beliau yaitu (1) First
stage : jigsaw technique – brainstorming dan (2) Second
stage : comparing and contrasting every working unit.
Beliau juga
menuturkan, perlunya dibentuk sebuah tim penyusun Renstra yang di dalamnya
terdiri dari beberapa pokja (kelompok kerja). Kemudian agendakan beberapa
rapat/kegiatan yang secara konsisten dilaksanakan, mulai dari pengumpulan
evaluasi diri, rapat hasil evaluasi diri dengan pihak yayasan (ini penting: melibatkan yayasan!), rapat masing-masing pokja, rapat pleno, revisi hasil kerja masing-masing pokja,
finalisasi dan terakhir adalah pengesahan Renstra oleh Senat.
Dan berikut
format Renstra oleh tim-nya Pak Foe :
-
Tujuan
-
Sasaran
-
Strategi
-
Program
-
Indikator
Kinerja Utama
-
Target
-
Penjadwalan
Program (per tahun)
Peserta workshop juga dibekali sebuah cd yang isinya cukup lengkap, terutama materi-materi dari Pak Foe termasuk contoh-contoh RIP, Renstra dan Renop di tempat beliau.
Finally, sebagai intropeksi diri sendiri juga - sudahkah kita membuat Renstra dengan sesungguhnya ?
Finally, sebagai intropeksi diri sendiri juga - sudahkah kita membuat Renstra dengan sesungguhnya ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar