Tujuh orang mualaf pilihan penulis Tofik Pram yang
dituangkan dalam bukunya “Tujuh Mualaf
Yang Mengharumkan Islam” itu memang istimewa.
Betapa tidak, seluruh kisah ke-tujuh mualaf tersebut sungguh
menginspirasi dan heroik, berikut rangkumannya seperti yang dikutip dalam
bukunya Tofik Pram tersebut.
(1)
Ketika terjadi gesekan dalam tubuh umat antara
Bani Umayyah dan Bani Hasyim, Allah memberikan hidayahNya pada keluarga Barmakid – dinasti cerdas yang
selama berabad-abad dibesarkan dan membesarkan agama Buddha. Melalui sentuhan
keluarga mualaf ini, Allah menyelematkan peradaban Islam dan mengantarkannya ke
puncak kejayaan di era dinasti Abbasiyah, pada abad ke-8 Masehi. Khalid Al-Barmak - sang tokoh keluarga
Barmakid - berhasil mengatur tata kelola administrasi pemerintahan, mengelola
system keuangan, dan menggagas revolusi dokumentasi ilmu pengetahuan umat Islam
– yaitu dikonversi dalam bentuk buku – yang sebelumnya berupa gulungan-gulungan
kertas yang tidak ergonomis sama sekali. Gagasan ini pula yang menghantarkan
kita kini mengenal Al-Qur’an yang enak dipegang dan dibaca. Kemudian sang putra
Yahya bin Khalid Al-Barmak – menjadi
tokoh penting di belakang Harun Al-Rasyid sang khalifah dinasti Abbasiyah yang
legendaris itu.
(3)
Ketika Kesultanan Ottoman kebingungan mencari
cara menjebol tembok Konstantinopel-keniscayaan sejarah yang pernah dijanjikan
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam-setelah upaya penaklukan yang
gagal berabad-abad, Allah mengirimkan Zaganos
Pasha; seorang muallaf militan yang lahir di tengah keluarga Kristen. Pada
abad ke-15 Masehi ia memimpin pasukan Yeniseri - korps infanteri elit
Kesultanan Ottoman yang digembleng menjadi pasukan militan yang hanya takut
pada Allah. Zaganos Pasha memimpin pasukan tersebut di bawah komando Sultan
Mehmed II Sang Penakluk (Sultan Muhammad Al-Fatih), dengan ijin Allah akhirnya berhasil
menjebol benteng Konstantinopel, dan tumbanglah lambang kemasyhuran kaisar
Byzantium itu.
(4)
Ketika Turki Utsmani mulai keblinger dalam pola pikir
konservatif yang kerdil, sibuk dengan penaklukan-penaklukan yang tak terstruktur,
dan abai terhadap ilmu pengetahuan yang nyaris memusnahkan kehidupan
intelektual Islam; Allah menghadirkan Ibrahim
Muteferrika – sang mualaf yang lahir di tengah keluarga Kristen Unitarian
Hungaria. Ibrahim menggagas metode penyebaran pengetahuan Islam yang lebih
canggih melalui percetakan dan menyelamatkan
Islam Turki dari karam peradaban intelektual abad ke-18. Ibrahim selalu
menekankan manfaat percetakan bagi kaum muslim: harga buku lebih murah dan buku
lebih cepat tersebar; sehingga lebih banyak buku yang dapat dibaca dan
dipelajari kaum muslim.
Pesan penulis.. sejarah selalu berulang, maka jangan lupakan sejarah. Abai
pada kisah dan hikmah yang dibawanya dapat menyesatkan kita. Babak-babak
sejarah yang berlangsung di muka bumi ini telah sahih membuktikan pemenuhan
janji Allah, menyelamatkan Islam hingga akhir zaman adalah sesuatu yang haq,
bahkan dengan jalan di luar perkiraan akal kita yang terbatas.
Wallahu a’lam….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar