September 02, 2025

My Sweet Teenager’s Journey in Formosa

Postingan ini sekedar berbagi tulisan anak gadisku-Hira tentang perjalanan bersama teman2 kelas internasional-nya ke Taiwan. Perjalanan yang cukup panjang selama dua minggu di pertengahan Agustus 2025 lalu dalam rangka program Summer Camp. 
Alhamdulillah .. terimakasih banyak SMAMDA (SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo) dan Ibu Bapak Guru pendamping. Xie xie 谢谢 Da-Yeh University 大葉大學 yang telah memberi kesempatan berharga buat Hira dan rombongan untuk tinggal di dormitory-nya, belajar bahasa & budaya-nya, serta merasakan langsung suasana kampus dan kehidupan di Changhua County. 

Sepulang dari Taiwan, Hira banyak deep talk denganku tentang semua hal di sana. Perjalanan itu selain menambah wawasan, juga mengasah life skill & self control-nya. Dia bisa lebih mandiri dan lebih terbuka mata hatinya. Perjalanan itu juga membuatnya lebih bersyukur, selama 3 tahun terakhir berturut-turut diberi rejeki bisa melihat dunia yang lebih luas.. 2023 - bersama teman2 seangkatan & guru2nya ke Malaysia saat dia masih duduk di bangku SMPIT Insan Kamil Sidoarjo (Sister School), 2024 - diajak kakaknya jalan2 ke Singapura dan Malaysia, dan tahun ini - bersama tmn2 sekelas dan guru2 SMAMDA ke Taiwan (Summer Camp). Dia berharap nantinya bisa study abroad untuk improve dirinya. Semoga Allah berikan yang terbaik… aamiin.

Dan inilah tulisan Hira - yang juga menjadi bagian dari tugas sekolahnya - tulisan yang banyak merekam kenangan manis selama summer camp di sana.. semoga bermanfaat.

"Melangkah Jauh, Pulang dengan Kenangan

Akhirnya, setelah berjam-jam di udara dan transit di Bandara Changi, aku menginjakkan kaki di Taiwan. Matahari menyambut dengan hangatnya saat aku keluar dari Bandara Taoyuan. Semilir angin pagi yang menerpa wajahku membuatku bisa bernapas lebih lega. Ini bukan hanya soal perjalanan lintas negara, tapi juga langkah awal menuju petualangan yang belum pernah aku bayangkan sebelumnya. Taiwan, negeri yang dijuluki Formosa karena keindahannya, menyambutku dengan tangan terbuka. Program Summer Camp di Da-Yeh University yang awalnya kupikir hanya akan jadi kegiatan musim panas biasa, ternyata berubah menjadi pengalaman yang membuka mataku lebar-lebar.

Dari awal, kami sudah dihadapkan dengan tantangan. Cuaca yang berbeda, makanan yang asing di lidah, tempat tidur baru yang butuh waktu bagiku untuk membiasakan diri. Pelan-pelan kami belajar beradaptasi. Hari demi hari, aku mulai menemukan ritme. Hal-hal yang awalnya terasa tak biasa, sekarang jadi kenangan manis.

Salah satu inti kegiatan kami adalah kelas bahasa Mandarin. Setiap pagi, kami mengikuti pembelajaran yang seru dan jauh dari kata membosankan. Para pengajar sangat kreatif. Mereka menggabungkan pelajaran dengan permainan, membuat kuis, bahkan lagu pendek yang semuanya menggunakan bahasa Mandarin. Belajar jadi terasa ringan, dan tanpa sadar, kami jadi bisa memahami serta berbicara kalimat sederhana. Rasanya seperti membuka jendela baru, aku bisa menyapa dan berbelanja yang sebelumnya terasa asing di telinga. 

Selain kelas bahasa, kami juga mengikuti berbagai kelas budaya yang memperkaya pengalaman kami. Salah satu yang paling berkesan adalah kelas memasak Taiwanese Cabbage Salad. Siapa sangka, meracik bumbu yang pas bisa jadi pengalaman menyenangkan? Kami juga belajar tentang face painting dalam opera tradisional. Warna merah berarti kesetiaan, putih berarti pengkhianatan, dan dari wajah-wajah yang dilukis itulah, aku belajar bahwa setiap budaya punya cara unik untuk bercerita.

Waktu di luar kelas jadi momen paling hangat. Malam hari sering kami habiskan dengan ngobrol santai di kamar teman, saling berbagi cerita sambil menyeruput milk tea atau menyeduh mie instan bareng. Kadang, hanya duduk di balkon asrama sambil menikmati angin malam dan langit berbintang sudah cukup untuk membuat kami merasa nyaman. Momen sederhana seperti ini justru jadi hal-hal yang paling melekat di ingatan. Dari jalan-jalan menyusuri komplek universitas, menemukan spot yang bagus untuk duduk bersama teman-teman sambil deeptalk, ngobrol santai di area laundry, saling berbagi camilan, sampai unboxing belanjaan yang dibeli saat jalan-jalan, semuanya terasa begitu hidup. 

Satu hari yang tak mungkin aku lupakan adalah perayaan 17 Agustus di negeri orang. Meski kami jauh dari tanah air, semangat nasionalisme tetap membara. Kami merayakannya dengan sederhana tapi khidmat. Acara dimulai dengan bapak guru kami yang menyampaikan narasi kemerdekaan, lalu kami bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh semangat. Setelah itu, kami makan nasi tumpeng lengkap dengan lauk-pauk khas Indonesia, dari nasi kuning, ayam panggang bumbu rempah, telur balado, urap, hingga sambal, kurang kerupuk aja sih. Walau sederhana, suasananya hangat dan bikin haru. Rasanya seperti membawa sepotong Indonesia ke tengah-tengah Taiwan.

Kami juga mengunjungi beberapa SMA di Changhua, ada tiga sekolah yang kami datangi, yaitu National Changhua Senior High School, Changhua Arts High School, dan National Xihu Senior High School. Aku merasa sangat senang bisa berkunjung dan melihat langsung fasilitas yang ada serta mengetahui kurikulum sekolahnya. Pengalaman di National Xihu Senior High School jadi salah satu yang paling berkesan, di sana aku berkelompok dengan teman-teman dari Xihu, kami bekerja sama membuat origami, saling bertukar media sosial, jalan-jalan mengelilingi sekolah, dan mengobrol banyak hal. Rasanya hangat sekali bisa berinteraksi langsung dengan mereka. 

Kami juga berkesempatan mengunjungi beberapa tempat ikonik di Taiwan. Salah satunya adalah National Museum of Natural Science di Taichung. Tempatnya interaktif dan penuh informasi. Aku merasa seperti anak kecil yang takjub melihat segala hal baru. Setelah itu, kami melanjutkan petualangan ke Yi Zhong Night Market. Ini pengalaman pertamaku mengunjungi pasar malam di Taiwan. Lampu warna-warni, aroma makanan, dan hiruk-pikuk pengunjung menciptakan suasana yang hidup. Aku mencoba berbagai makanan, dari ayam goreng yang renyah, thai tea yang segar, hingga bola-bola kentang panas yang kenyal. Tapi yang paling aku suka adalah tanghulu, stroberi segar yang dilapisi gula karamel, ditusuk seperti sate. Rasanya manis, renyah, dan menyegarkan. Setiap gigitan seperti membawa rasa penasaran yang baru.

Perjalanan kami berlanjut ke Sun Moon Lake, danau terbesar di Taiwan yang dikelilingi pegunungan hijau dan udara yang sejuk. Di sana, aku duduk di bawah gazebo, menikmati angin dan suara alam yang tenang. Rasanya cocok sekali untuk merenung. Di tengah pemandangan yang menenangkan itu, aku teringat perjalanan yang sudah aku lalui bagaimana awalnya aku tidak biasa dan sempat ragu, lalu perlahan-lahan bisa menikmati semua prosesnya. Aku juga menyempatkan membeli oleh-oleh, dari gantungan kunci lucu hingga magnet kulkas bertuliskan Taiwan yang unik untuk orang-orang tersayang di Indonesia.

Kini, saat pesawat mengudara membawaku kembali ke Indonesia, aku tidak hanya membawa koper penuh oleh-oleh, tapi juga kenangan yang penuh cerita dan pelajaran hidup. Dari belajar menyapa dalam bahasa baru, merasakan makanan asing, menjalin persahabatan, hingga memahami nilai-nilai lokal yang berbeda tapi bermakna. Aku merasa pulang dengan versi diriku yang lebih terbuka, lebih mandiri, dan lebih bijak.

Program Summer Camp di Da-Yeh University bukan cuma soal "melangkah jauh" secara fisik ke negara lain. Lebih dari itu, program ini membawaku berjalan jauh dalam proses pendewasaan. Aku belajar bahwa “rumah” tidak selalu soal tempat, tapi tentang rasa. Rasa nyaman bersama teman-teman, rasa bangga ketika bisa mengatasi tantangan, dan rasa syukur atas momen-momen kecil yang membentuk cerita besar dalam hidupku.

Taiwan kini bukan lagi sekadar nama di peta atau cap di paspor. Taiwan sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupku. Dan aku tahu, kenangan ini akan selalu aku bawa ke mana pun aku melangkah selanjutnya."


Sedikit tambahan + penutup: 
Sebelum balik ke tanah air, mereka sempat berkunjung ke kantor perwakilan Indonesia (KDEI) di Taipei (bukan KBRI). Negara kita memang belum menjalin hubungan diplomatik secara resmi dengan Taiwan. Tetapi kedua negara ini tetap berhubungan baik, saling melengkapi dan menguntungkan.. menarik ya😇 (Hubungan Indonesia-Taiwan Saling Lengkapi dan Menguntungkan | IDN Times). 
Akhirnya jadi tahu sejarah di balik berdirinya Taiwan - negeri Formosa (cantik atau molek: dalam bahasa Portugis). Secuil info dari berbagai sumber: Sun Yat-sen merupakan pemimpin kunci revolusi Tiongkok dan diakui secara luas sebagai Bapak Negara Tiongkok Modern, baik di Republik Taiwan maupun di Tiongkok Daratan. Beliau perintis demokrasi di Cina dan Republik Tiongkok (ROC) di Taiwan kemudian menjadi pemerintahan yang demokratis. Namun, Partai Komunis Cina (CPC) di bawah pimpinan Mao Zedong memilih jalur berbeda dan mendirikan Republik Rakyat Cina (PRC) atau yang disebut Tiongkok Daratan di Beijing.