Maret 01, 2012

4 C Rosenberg

Culture of learning, 
Champions who will lead e-learning efforts, 
Communications that position e-learning’s value, and
Change strategy to bring it all together

Begitu rekomendasi untuk keberhasilan implementasi e-learning dari Marc J. Rosenberg (2001) dalam bukunya "e-Learning Strategies for Delivering Knowledge in the Digital Age"

Beberapa yang bisa disarikan dari buku pemberian Pak Roso-guru seniorku-yg sempat lama terabaikan itu antara lain :  
  • perlu menyusun strategi yang efektif untuk  mengoptimalkan penggunaan teknologi e-learning dalam kerangka kesiapan budaya organisasi dan kemauan untuk menggunakannya.
  • strategi e-learning yang efektif haruslah lebih ‘serius’ diperhatikan daripada teknologinya itu sendiri maupun konten pembelajarannya.
  • strategi yang diterapkan perlu mengacu pada faktor-faktor keberhasilan seperti (1) penerapan budaya e-learning yang didukung oleh pimpinan, (2) penerapan model bisnis yang mendukung  budaya tersebut pada semua lini organisasi, (3) adanya person in charge yang kompeten meng-handle kedua hal tersebut, serta (4) adanya infrastruktur yang memadai seperti koneksi internet yang cepat. 
Menerapkan e-learning memang perlu keseriusan, cukup sulit mengubah budaya, nggak cukup hanya dengan seminar & training atau stimulasi lain di awal program pengembangan, perlu strategi & kebijakan organisasi yg mampu menghargai "budaya belajar" dan mampu menggawangi agar penerapannya bisa "istiqomah". organisasi / institusi perlu menerjemahkannya dengan bijak sesuai kondisi masing2 mengacu pd rekomendasi Rosenberg di atas. 

Beberapa industri profesional, seperti Dell, Cisco, dan beberapa bank terkemuka di tanah air, telah sukses menerapkan e-learning untuk mendukung proses bisnisnya. diantaranya mereka telah memanfaatkan e-learning untuk mensosialisasikan aturan/teknologi/kebijakan/produk/jasa baru ke seluruh karyawan di seluruh cabang perusahaan, program pengembangan SDM juga jadi lebih efisien dilakukan dengan e-learning, karena training dg metode face-to-face hanya dilakukan jika memang benar2 dibutuhkan. mereka telah mampu menerapkan budaya belajar yg efektif sekaligus mereka mampu meng-edukasi karyawannya ttg manfaat e-learning. teknologi informasi (e-learning) yg mereka terapkan telah selaras dengan tujuan bisnisnya. shg tidak ada investasi IT yg terasa sia2.

Bagaimana dg institusi pendidikan ? dari beberapa referensi terkait tesis yg kubaca, juga dari pengamatan pribadi, ada cukup banyak yg serius menerapkannya, tersebar mulai dari USA, Kanada, Inggris, Slovenia, Austria, Jerman, Timur Tengah, India, Cina,  Taiwan, Korea, Thailand, Malaysia, dan di Indonesia sendiri.
Bagaimana dg institusi anda ?

Tidak ada komentar: