Tagar #alleyesondeck dan #globalmarchtogaza akhir-akhir ini rame. Makin banyak warga dunia yang terang2an menunjukkan kepeduliannya pada blokade bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza. Tapi muncul juga pertanyaan, mengapa Mesir sangat sulit membuka perbatasan Gaza (tepatnya di wilayah Sinai)? Kita coba riset kecil2an agar gak terseret narasinya pihak pendukung "sirewel" sang penjajah. Agar paham kenapa Mesir tidak bisa sembarangan membuka perbatasan itu. Tentu bukan karena Mesir tidak peduli dengan Gaza.
Banyak hal ternyata yang bikin Mesir dilema, berdiri diantara hati nurani dan realitas politik. Secara hukum, secara geopolitik, dan secara keamanan dalam negeri. Ada yang namanya Perjanjian Camp David, sejak tahun 1978. Itu perjanjian damai antara Mesir dan sirewel. Salah satu poinnya, Mesir tidak boleh sembarangan menaruh kekuatan militer di perbatasan Gaza, terutama di jalur sempit yang namanya Koridor Philadelphi. Itu wilayah sensitif, cuma 14 km panjangnya, tapi jadi titik rawan yang harus dijaga ketat. Kalau Mesir tiba-tiba membuka perbatasan tanpa koordinasi internasional, bisa dianggap pelanggaran serius.
Lalu ada kekuatiran lain yang tak kalah besar, yaitu soal eksodus. Banyak analis termasuk dari New York Times dan Reuters bilang bahwa siriwil “punya misi” memaksa warga Gaza keluar dari tanah airnya lewat Rafah. Dipindahkan ke Sinai, “diusir perlahan”. Dan itu kalau dibiarkan, sama saja dengan membiarkan penjajahan pindah bentuk jadi pengusiran massal, dan Mesir jelas menolak itu (desain gambar dibantu AI untuk edukasi kemanusiaan - ilustrasi peta bukan bermaksud mengakui eksistensi siriwil).
Kita juga harus ingat, Mesir punya masalah
dalam negerinya sendiri. Wilayah Sinai, yang jadi perbatasan itu, bukan wilayah
damai. Sudah lama jadi medan konflik dengan kelompok-kelompok bersenjata.
Pemerintah mereka khawatir, kalau Rafah dibuka bebas, bukan cuma pengungsi yang
masuk, tapi juga potensi infiltrasi militer, senjata, bahkan kekacauan baru.
Apakah Mesir tidak bisa berbuat lebih? Mungkin bisa. Tapi mereka juga sedang menghadapi tekanan dari dua sisi: dari luar karena dianggap terlalu pasif. dan dari dalam karena harus menjaga stabilitas negeri mereka sendiri. Sebuah tulisan dari Brookings Institution menyebut Mesir menghadapi "jebakan geopolitik" dari potensi eksodus massal warga Gaza ke Sinai, yang dapat mengubah krisis kemanusiaan menjadi beban keamanan dan stabilitas domestik bagi Mesir (selengkapnya di sini https://carnegieendowment.org/research/2025/03/ending-the-new-wars-of-attrition-opportunities-for-collective-regional-security-in-the-middle-east?lang=en&utm_source=chatgpt.com.)
Rafah sebenarnya tidak sepenuhnya ditutup. Sejak akhir tahun lalu, ribuan pasien luka dari Gaza sudah berhasil masuk ke Mesir untuk dirawat. Ratusan truk bantuan juga dikirimkan, meski jauh dari cukup, dan harus melalui proses yang rumit. Selain itu, banyak negara termasuk di kawasan Timur Tengah (Arab Saudi, Qatar, UEA, dll) memberikan bantuan dalam “diam” untuk alasan keamanan distribusi, pertimbangan diplomatik, motivasi keikhlasan.
As we know, mayoritas media mainstream Barat gak banyak memberi panggung untuk bantuan kemanusiaan dari negara2 Arab, karena gak sesuai dengan agenda mereka. Narasi yang berkembang sering tidak obyektif. Kita seperti digiring untuk menyudutkan negara2 Arab termasuk Mesir. Seolah2 Mesir jadi penghalang utama masuknya bantuan kemanusiaan. Semua itu untuk mengalihkan fokus dunia dari isu utama, dan menjerumuskan kita ke dalam narasi pecah belah. Padahal jelas terang benderang, yang memblokade Gaza sejak lama itu ya isriwil. Yang mengontrol udara, laut, dan sebagian besar darat ya siriwil itu. Yang menggempur rumah-rumah warga sipil, ya sirewel itu.
Rasanya gak habis pikir melihat kebiadaban sirewel, seperti dalam sebuah video, tentara sirewel merekam momen2 saat menggempur rumah warga sipil sambil selfie cengar cengir .. subhanallahu.. Simak aksi bejatnya disini https://youtube.com/shorts/0SW_UhTRExg?si=Eo0Z52A-5HfImIE6 Berharap ICC (Mahkamah Pidana Internasional) bisa mengadili mereka, walau mungkin gak berharap banyak putusan akan diberikan seadil2nya bagi siriwil. Hanya Allah sebaik2 pemberi balasan.
Semoga kita tetap peduli sampai tuntas perjuangan rakyat Palestina. Sekecil apapun dukungan kita, semoga kelak menjadi hujjah di hadapan-Nya.. aamiiin.
#keepwritingkeepkind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar