Agustus 15, 2010

Sop Kikil ..eh.. Soft Skill

‘Menu’ istimewa ini lagi jadi obrolan hangat di ruang kerjaku, gara-gara diskusi rekan kerjaku dengan Bu Christine Effendy (konsultan Balance Score Card yang lagi visit ke tempat kami, awal Agustus lalu) tentang tingkat kepuasan pihak DUDI (Dunia Usaha & Dunia Industri) terhadap alumni. Walau sebenarnya isu ini sudah lama diangkat dan dikemas dalam kurikulum kami untuk memberi bekal yang cukup buat para lulusan POLSAS.

Jumat kemarin lusa, pada acara I/O (informasi & orientasi) di Prodi Sistem Informasi – Fakultas Teknik Informatika -  ITS, isu ini kembali disinggung dan juga diterapkan dalam rancangan kurikulumnya. Btw rasanya antep ya, setelah lulus kuliah belasan tahun yg lalu (1996), baru ada kesempatan tahun ini (2010) studi lanjut lagi .. semoga dimudahkan.. aamiiin.

Soft skill, menurut survey MRI, merupakan faktor terbesar pemberi konstribusi keberhasilan, yaitu sekitar 40%, selain faktor hard skill (20%), networking (30%) dan finansial (10%).

Berikut definisi soft skill menurut beberapa pakar (www.soft-skill.blogspot.com):

Soft skills are personal skills, emotional skills, and managerial skills. It is different from hard science capacities” (Prof. Professor L. David Brown - Harvard University’s Kennedy School of Government)

“They are people’s skills, presentations, communication skills, team players, and openness to cultural diversity. Personal traits (such as time management, leadership ability, being dependable and honest) all fall under soft skills” (Professor Gregory S. Yovanof - Expert at AIT)


Dari beberapa kunjungan industri yang rutin kami lakukan ditengah-tengah pelaksanaan On The Job Training mahasiswa kami, pihak DUDI banyak memberi masukan betapa soft skill sangat berperan dalam kesuksesan seseorang. Diantaranya bilang “kami nggak cari alumni yang pinter, tapi yang attitude-nya bagus dan ‘siap kerja’, karena untuk jadi pinter bisa kami latih lewat training”

Ya .... mental ‘siap kerja’ lebih mereka pentingkan daripada sekedar IPk atau hasil akademis belaka. Mental ’siap kerja’ berupa semangat, inisiatif, sikap, kemampuan berkomunikasi & bekerjasama, pengendalian emosi dan lain-lain yang berhubungan dengan ‘perangkat lunak’ kita.

Jadi... soft skill memang ‘menu spesial’ sesuai nama plesetannya : sop kikil.

Hmm.. Tentu selain soft skill, hard skill dan life skill, agama juga sgt penting dalam membekali kehidupan mhs (baca anak2 kita) .. ya agar mereka sukses dunia akhirat..

2 komentar:

Unknown mengatakan...

nice post and setuju bu. tpi masih ada perusahaan yang lebih mementingkan hard skill daripada soft skill. perusahaan lebih melihat darimana calon pekerja berasal bukan dari jiwa calon pekerja yang dimiliki.

Uce Indahyanti mengatakan...

Makasih Ton. Kayaknya nggak perlu kuatir, ntar kan ada 'seleksi alam' yg akan menunjukkan bahwa soft skill plus SQ lebih berperan