Berikut beberapa motto, cerita, serta tip & trik yang kuanggap menarik dan sedikit kuedit dari buku karangan Spencer Johnson, M.D. tersebut :
- “Saya berbuat baik jika saya merasa dihargai” (hal 13)
- “Anak-anak yang menghargai dirinya akan dengan sendirinya menjaga kelakuan mereka” (hal 12)
- Bantu anak-anak kita untuk menuliskan hal-hal yang diinginkannya secara ringkas dan spesifik pada secarik kertas, contoh “ Saya akan memperoleh nilai B untuk tes Matematika pada tanggal 5 Mei dengan cara belajar matematika setiap hari setidaknya 20 menit”. Hanya diperlukan waktu satu menit saja untuk membaca ulang hal tersebut, dan itulah yang disebut “TUJUAN SATU MENIT”. Dengan sering membaca ulang tujuan atau keinginan yang kita tuliskan akan membantu kita mendapatkannya (hal 23-26)
- “Saya luangkan waktu satu menit untuk meneliti tujuan-tujuan saya. Saya meneliti tindakan saya, dan saya bandingkan apakah tindakan saya sesuai dengan tujuan-tujuan saya” (hal 31)
- “Saya membantu anak-anak saya mengembangkan seluruh potensi diri mereka. Saya mengetahui saat mereka sedang melakukan hal-hal yang benar” (hal 43)
-
Perhatikan ringkasan cerita berikut :
Seorang anak dengan gemetar menunjukkan buku rapor pada ibunya, ia tahu apa yang tertulis di sana-dua nilai A, tiga B dan sebuah nilai D !! Tetapi reaksi yang ditunjukkan sang ibu sunggu diluar dugaan si anak. Sang ibu malah memberikan pujian “Coba lihat ini, kamu mendapat dua nilai A dan tiga nilai B di buku rapormu” Sang ibu merangkul putranya dan kembali memuji dengan berkata “Ibu sangat senang, ibu sangat bangga dengan keberhasilanmu. Semua orang yang dapat nilai hampir seluruhnya A dan B di buku rapornya pasti boleh bermain sepanjang sore”. Tawa si anak semakin lebar, dia berkata “Makasih Bu, aku sayang Ibu”. Si anak merasa senang, ia akan bermain dan menyenangkan dirinya sepanjang sore itu. Tak ada pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan hari ini. Saat itu merupakan perayaan spesial untuknya. Si Ibu sengaja tidak berkomentar apapun terhadap 1 buah nilai D pada buku rapor tersebut, karena Ibu yakin anak-anak akan belajar bahwa melakukan tanggung jawab adalah sesuatu yang memberikan hasil, bukannya sesuatu yang harus mereka lakukan. Sehingga setelah si anak merasakan enaknya memperoleh nilai bagus, berikutnya ia akan berusaha menjadi lebih baik di mata pelajaran dimana dia memperoleh D tersebut – hal itu karena ia menyukai perasaan akan keberhasilan. (hal 45-49) - Cerita di atas merupakan kehebatan PUJIAN SATU MENIT dari sang ibu terhadap keberhasilan anaknya. (hal 49)
- “Saat anak-anak saya tertangkap sedang melakukan hal-hal yang benar, mereka pasti ingin melakukannya lagi. Hal itu membuat mereka merasa senang terhadap diri mereka sendiri. Anak-anak yang menyukai dirinya pasti akan menjaga kelakuan mereka” (hal 49)
-
Cerita lain dari seorang anak tentang ibunya :
“Begitu ia mendapati saya berbuat sesuatu yang salah, ia segera mencari waktu bicara dengan saya. Ia memanggil saya di sudut rumah yang sepi. Kemudian ia memandang saya langsung ke mata, lalu mengatakan dengan tepat apa yang telah saya lakukan. Ia mengatakan dengan jelas hal yang ia rasakan akibat perbuatan saya tersebut – marah, frustrasi, terganggu, sedih, kecewa, atau perasaan lain yang ia rasakan. Ia dengan tegas mengatakannya di depan wajah saya, “Ibu kesal! Marah!”. Setelah ibu mengatakannya dengan penuh emosi, ibu akan diam dan membiarkan kata-katanya tenggelam selama beberapa detik dalam keheningan yang mematikan. Dan hal itu benar-benar meresap. Saat itu merupakan saat yang tidak menyenangkan. Setelah itu ibu mengambil nafas panjang dan meletakkan tangannya ke pundak saya agar saya tahu bahwa ia di pihak saya. Kemudian ibu berkata dengan nada yang lebih lembut, bahwa perbuatan saya itu tidak bisa dibenarkan, tetapi sudah terlanjur terjadi. Dan ibu meyakinkan bahwa saya bisa memahami mengapa ia sangat marah atas tindakan saya, dan ia tahu bahwa saya bisa jauh lebih dibandingkan dengan kesalahan yang telah saya lakukan. Ia mengingatkan saya bahwa saya sangat berharga serta patut dihargai. Kemudian ibu memeluk saya sambil berkata “Ibu sayang kamu”. Sehingga saya jadi memikirkan dua hal-tentang perbuatan saya dan tentang diri saya sendiri” (hal 61-63) - Cerita di atas merupakan kehebatan “TEGURAN SATU MENIT” sang ibu terhadap perbuatan anaknya yang salah.
- “Cara Ibu melakukan teguran satu menit meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya. Pertama, ia segera menegur begitu tahu saya melakukan kesalahan. Kedua, karena ia menunjukkan dengan jelas tindakan saya yang salah, saya tahu bahwa ia sangat marah-sehingga saya tidak bisa menghindar dan memberi alasan. Ketiga, karena ia tidak menyerang saya sebagai pribadi, hanya menyerang perbuatan saya saja, maka hal itu memudahkan saya untuk bersikap tidak membela diri dan tidak mencoba mencari kesalahan orang lain. Dan keempat, saya tahu bahwa ibu menyayangi saya dan menginginkan saya merasa senang akan diri saya sendiri” (hal 63)
- “Kita menjadi apa yang kita pikirkan” (hal 85)
- “Saya meluangkan waktu satu menit sehari mulai saat ini sampai nanti, untuk memandangi wajah anak-anak saya” (hal 104)
- “Hal terpenting bagi orang tua bukanlah apa yang terjadi saat anda berada bersama anak-anak, namun apa yang terjadi saat anda tidak bersama mereka” (hal 117)
"Tentu saja ia tahu bahwa butuh waktu lebih dari satu menit di sana sini untuk menjadi ibu yang baik. Namun dengan menggunakan cara berkomunikasi satu menit dengan anak-anak, memperbaiki setiap menit waktu yang ia luangkan bersama mereka"
(hal 127)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar