Tradisi nyadran yang masih dilestarikan oleh sebagian warga dikotaku terasa mengusik hati karena konon dikabarkan pe-nyadran melakukan larung saji ke tengah laut disertai ritual lainnya. Sejauh yang kubaca dari beberapa artikel, tradisi itu merupakan bentuk ungkapan rasa syukur pada Tuhan yang ditampilkan dlm sebentuk acara 'penyerahan sesaji' agar memperoleh 'berkah' . Tidakkah dua hal tersebut justru bertentangan… mengungkapkan rasa syukur dengan cara mempersembahkan sesuatu kepada selain Allah? Belum lagi seliweran berita seorang artis yg 'rela' melakukan ritual persembahan - konon hanya untuk memperoleh 'ijin peran' dari 'sang penghuni laut selatan'.
Duh galaunya hati…. apalagi tadi seorang teman mengingatkanku, bhw kita punya kewajiban untuk menyampaikan- bagaimanapun caranya- pada saudara-saudara kita tentang betapa besar resiko yg hrs dipikul akibat "bentuk persembahan” tersebut.
Saudaraku...coba kita simak cerita tentang seekor lalat yang dapat menyebabkan seseorang masuk surga atau neraka berikut ini (dikutip dari kitab Fathul Majid - Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh - Pustaka Azzam - hal 259):
Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat, dan ada seseorang yang masuk neraka karena seekor lalat pula". Para sahabat bertanya, ‘"bagaimana hal itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak seorangpun melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban. Ketika itu, berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua orang tersebut, "persembahkanlah kurban kepadanya". Dia menjawab "aku tidak mempunyai sesuatu yg dpt kupersembahkan kepadanya". Merekapun berkata kepadanya lagi,’"persembahkan, sekalipun seekor lalat". Lalu orang itu mempersembahkan seekor lalat dan merekapun memperkenankan dia untuk meneruskan perjalanannya. Maka dia masuk neraka karenanya. Kemudian berkata berkatalah mereka kepada seorang yang lain, "persembahkanlah kurban kepadanya". Dia menjawab,"aku tidak patut mempersembahkan sesuatu kurban kepada selain Allah". Kemudian mereka memenggal lehernya. Karenanya orang ini masuk surga". (HR. Imam Ahmad)
Semoga kita bisa meresapi makna cerita tersebut, sehingga kita tidak meremehkan semua hal - sekecil apapun - yang menyangkut tauhid, dan tidak membiarkan sedikitpun terbersit di dalam hati bahwa ada sesuatu selain Allah yang dapat mendatangkan berkah atau bencana .... wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar