November 06, 2013

Good Governance

Menarik mendengar dialog tentang salah satu program Telkom - "Bojonegoro Digital Society" di Radio Suara Surabaya tanggal 26 Oktober lalu. Menurut mbak Ivone Andayani- Public Relations Telkom Area Jatim, tujuan program tersebut adalah membangun akses internet nirkabel di 1000 titik lokasi yang dibarengi dengan pelatihan & pendampingan kepada masyarakat Bojonegoro, untuk menunjang pengembangan Bojonegoro sebagai lumbung energi & pangan. 

Selain dari pihak Telkom, dialog itu juga dihadiri oleh Kang Yoto - sapaan akrab bupati Bojonegoro, yang terdengar begitu rinci dan menjiwai saat memaparkan teknis pelaksanaan program tersebut di lapangan dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakatnya khususnya para petani & UKM.

Connectivity, community, & content (3C) dari program tersebut sepertinya dimanfaatkan secara optimal oleh beliau untuk membantu mewujudkan cita-cita daerahnya menjadi lumbung pangan dan energi di masa depan. Termasuk bagaimana memanfaatkannya untuk mengantisipasi dan meminimalisir gagal panen pada musim hujan akibat banjir yang menjadi langganan di daerah aliran Bengawan Solo tersebut.

Dari dialog itu, aku jadi pengen tahu lebih lanjut cara Kang Yoto mengelola pemerintahan di daerahnya. Dan kutemukan artikel menarik dari beliau tentang politik konsentrasi anggaran dan entrepreneur government di http://kangyoto.blogspot.com/ . Berikut kutipannya :

(1) “Politik konsentrasi anggaran itu sesungguhnya politik prioritas di dalam penganggaran. Harus ada prioritas untuk memperbaiki fundamental perekonomian Bojonegoro, yang 80 persen masyarakatnya adalah petani. Nah, skenario yang saya bikin adalah skenario yang tanpa menggantungkan pada hasil minyak dalam membangun Bojonegoro ini. Minyak itu hanya berkah yang mempercepat pertumbuhan Bojonegoro. Misalnya saat ini APBD Bojonegoro sekitar Rp 800 miliar. Dengan politik konsentrasi anggaran maka tahun pertama dikonsentrasikan misalnya Rp 300 miliar untuk petani. Anggaran ini untuk kebutuhan petani dari perbaikan irigasi hingga menjaga stabilisasi gabah. Dampaknya akan langsung dirasakan oleh masyarakat sehingga akan menumbuhkan gairah kehidupan bermasyarakat. Gairah ini yang akan mendatangkan berkah dimana-mana. Tahun kedua jalan diperbaiki pada tahun ketiga dan keempat anggaran bisa dikonsentrasikan untuk menggratiskan puskemas dan pendidikan."

(2) "Entrepreneurship bagi pemerintahan…….Sederhananya begini, anda disebut entrepreneur jika anda mempunyai duit Rp 10 miliar tapi anda dapat melakukan pekerjaan hingga senilai Rp 100 miliar. Nah kalau kita ingin membuat entrepreneur government maka berarti bagaimana APBD yang sedikit kemudian menghasilkan kinerja yang berlipat-lipat output maupun out come nya. Misalnya, ketika kita ingin menggarap pariwisata maka jangan sekali-kali pikiran kita adalah proyek. Yang harus kita pikirkan adalah bagaimana mengemas peluang itu dan menjualnya kepada investor. Karena itu, seorang kepala pemerintahan harus jadi Public Relation yang baik untuk mengenalkan potensi di daerahnya kepada investor. Selain sebagai PR yang baik maka dia harus menjadi juru pasar (pemasar) yang baik, negosiator yang baik untuk menyakinkan pasar agar melakukan kegiatan ekonomi di daerahnya."

Finally, semua paparan di atas menimbulkan sebuah pertanyaan di benakku : "kapan ya bupati di tempat tinggalku ini punya 'greget' membangun dan mengelola daerahnya (Sidoarjo) seperti itu ?"

Tidak ada komentar: