Juli 28, 2015

Wisata Organik di Bondowoso

Pas mudik lebaran ke Situbondo minggu lalu, aku dan keluarga kecilku berkesempatan jalan-jalan ke desa wisata organik di daerah Lombok Kulon - Wonosari - Bondowoso. Cukup mudah mencapai lokasi, ancer-ancernya dari jalan raya Situbondo - Bondowoso di pertigaan pasar Wonosari belok ke kiri - ke arah selatan sekitar 5 km ada papan petunjuk menuju lokasi. Hanya perlu ekstra hati-hati menuju ke homebase desa wisata tersebut alias rumahnya pak Baidowi - sang inisiator sekaligus pengelola desa wisata tersebut. Cukup menegangkan juga jika menaiki mobil, karena mesti melewati jalan kecil pematang sawah yang jalannya menurun dan lebarnya pas banget semobil.

"Rumah" pak Baidowi sekaligus homebase desa wisata tersebut cukup luas dan dilengkapi fasilitas pendukung wisata. Terdapat beberapa kolam ikan, sebuah saung jika ingin bermalam di pinggir persawahan, beberapa peralatan river tubing, beberapa sepeda gunung yang bisa disewa untuk mengelilingi desa wisata tersebut, serta beberapa gazebo yang dilengkapi dengan peralatan multimedia, banner-banner dan foto-foto kegiatan wisata di dalamnya. Sehingga tiap pengunjung bisa memperoleh informasi yang cukup lengkap mengenai semua kegiatan edukasi wisata organik di desa tersebut. (dalam foto pak Baidowi mengenakan hem batik corak hitam putih) 

Pak Baidowi cukup ramah menerima kami dan menjelaskan panjang lebar awal mula merintis menanam padi organik yang sempat dicibir masyarakat sekitarnya itu. Alhamdulillah saat ini masyarakat sekitar telah 'menerima' dan bahkan sangat mendukung upaya beliau. Karena akhirnya mereka juga merasakan keuntungan menanam padi organik. Walaupun hasil panen padi organik tidak sebanyak padi 'biasa', perbandingannya 6 banding 10, tetapi harga jualnya cukup menggiurkan - sekitar 15 ribu rupiah per kilo nya, dan yang paling penting permintaan pasarnya juga cukup banyak.

Untuk mengelola desa wisata organik tersebut, Pak Baidowi membentuk lima pokja (kelompok kerja), terdiri dari pokja pertanian, kuliner, SDM, perikanan dan pokja atraksi, yang semuanya melibatkan dan memberdayakan masyarakat sekitar terutama para pemudanya. Dan area pertanian organik (khususnya padi) yang dikelola saat ini telah mencapai sekitar 35 hektar.

Setelah beramah tamah, kami diajak berkeliling desa menaiki mobil bak terbuka yang dikendarai langsung oleh beliau. Awalnya kami sekeluarga ditawari menaiki beberapa sepeda wisata yang memang disiapkan untuk pengunjung yang ingin berkeliling ke area persawahan dan atau menuju lokasi river tubing (semacam arung jeram) yang juga dikelola oleh beliau dibantu beberapa pemuda desa tersebut. Tapi kami memilih menaiki mobil bak terbuka, dan ternyata anak-anak sangat menikmatinya.

Saat tiba di lokasi persawahan yang dikelola secara organik, pak Baidowi menjelaskan bahwa area sawah yang dekat dengan jalan desa adalah lokasi cocok tanam "padi sehat" yaitu padi yang ditanam dan dikelola secara organik tapi masih belum steril dari polusi terutama asap rokok. Nah... 300 meter ke arah atas persawahan itulah yang disebut padi organik karena telah bebas dari paparan asap rokok dan bahan kimia lainnya, termasuk pengairannya bersumber langsung dari mata air. Menurut pak Baidowi, para petani dan masyarakat sekitarlah yang menjaga agar asap rokok dan bahan kimia apapun tidak mencemari area tersebut. Untuk menghindari hama wereng dan serangga lainnya, para petani cukup menyemprotkan "cairan herbal" berupa air yang dicampur dengan lumatan daun pandan- si wereng nggak suka bau wangi - selain itu padi organik lebih "tahan banting" terhadap serangan hama dan penyakit lainnya daripada "padi biasa" - dan yang juga penting adalah petani tidak terbebani dengan biaya pupuk dan obat-obatan kimia serta sekaligus dapat menjaga lingkungan - begitu penjelasan pak Baidowi ... sungguh sebuah edukasi yang bagus ya. 

Kami juga diajak menengok pos pembuatan pupuk organik yang terbuat dari bahan sari kedelai, lokasi river tubing, lokasi kebun sayur dan buah strawberi (tapi sayang saat itu banyak yang layu dan mati terkena abu gunung Raung yang cukup banyak), serta ke lokasi selep padi organik yang juga menjual langsung produknya dalam kemasan beras organik putih dan beras organik merah 1 kilo (biasanya untuk oleh-oleh), 5 kilo dan 25 kilo an.

Sebenarnya pengen juga bisa ber-river tubbing, tetapi sepertinya tim yang menangani masih libur lebaran dan kebetulan kondisi sungai juga kurang memungkinkan - debit air kayaknya kurang sip untuk kegiatan wisata itu. Setelah mengelilingi desa kami kembali ke homebase untuk mencicipi kulinernya yang cukup murah dan yummi... menunya nasi organik yang punel dan hangat (infonya nasi organik bisa tahan sampai 2 hari dlm suhu ruang),  gurami bakar, tahu tempe penyet lengkap dengan lalapan sayurnya. Pulangnya kami diberi oleh-oleh sebuah tanaman strawberi yang masih segar oleh beliau, si kecil senang sekali, walau sebenarnya kami gak yakin apa iya bisa tumbuh subur di rumah kami di Sidoarjo  .. he he

Dari desa Lombok Kulon, perjalanan kami teruskan ke desa Curahdami yang cukup sejuk dan lokasinya dekat sekali dengan pusat kota Bondowoso, untuk mengunjungi rumah seorang sahabat semasa kuliah. Rumahnya ternyata masih asri seperti duluuu - kalo nggak salah terakhir ke rumahnya pas dia nikah sekitar tahun 1998 lalu. Pemandangan di sekitar rumahnya sungguh ijo royo-royo, berpagar tanaman perdu yang rapi, dengan pekarangan yang luas dipenuhi pohon durian, kelengkeng, jeruk, mangga, rambutan, dan bunga-bungaan. Ditambah lagi ratusan pohon mahoni (bahkan mungkin ribuan karena saking buanyaknya) yang tumbuh subur di halaman belakang rumahnya yg sangat luas... masya Allah ... sungguh menyejukkan. Cukup lama kami kangen-kangenan dan menikmati jamuan di rumahnya, si sulungku malah sempat tertidur nyenyak di rumahnya yang adem ... he he

Alhamdulillah ... lengkap rasanya hari itu, kami disuguhi pesona alam pedesaan plus edukasi pertanian organik yang bikin mata dan pikiran jadi suegeer.

Terimakasih pak Baidowi, terimakasih Eva sahabatku .. jazakumullahu khoir


Tidak ada komentar: