(1) Ingin tahu siapa pencuri yang paling buruk?
"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata : "Manusia yang paling buruk dalam mencuri adalah yang mencuri sholatnya, yaitu dia tidak menyempurnakan rukuknya, tidak juga sujudnya, tidak pula khusyuknya" (shahih Al-Jami')".
"Mengapa disebut pencuri paling buruk? Karena dia telah berani dan lancang mencuri di hadapan Allah. Mencuri hak-hak ibadah, padahal Allah ada di hadapannya. Betapa lancangnya dia?"
(2) Jangan berprinsip seperti lilin ...
Dua poin di atas dikutip dan disarikan dari bukunya Brilly El Rasheed yang berjudul "Golden Manners - Perilaku-perilaku Emas Demi Menggapai Kenikmatan Abadi". Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tersebut di atas mengingatkan kita untuk selalu berusaha tuma'ninah dan khusyuk dalam setiap sholat kita. Dan bahwa berprinsip seperti lilin (untuk konteks di atas) ternyata salah. Ya... mestinya kita jangan 'mengorbankan tabungan pahala' kita karena hanya sibuk mengingatkan orang lain untuk beramal a b atau c, tapi kita justru mengabaikannya.
Hmmm... masih banyak lagi uraian 'perilaku emas' yang terasa 'membumi' disertai dalil-dalil yang dipaparkan di dalam buku bagus tersebut. Seperti yang ditulis pada cover belakangnya : "Tidak hanya berkutat pada dalil, sebagaimana sebagian buku-buku yang mengupas masalah akhlak ataupun tazkiyatun nafs. Buku ini menghadirkan interpretasi aktual, hingga memudahkan pembaca mendapatkan kesimpulan yang tepat dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari".
Indeed ... buku tersebut memang cukup ringan dibaca sekaligus dipahami. Tata bahasa setiap bab nya disusun sedemikian rupa, terasa mengalir, pada beberapa bagian terkadang diselingi paparan seperti puisi - beberapa kalimat yang berurutan dalam sebuah paragrafnya diakhiri huruf vokal yang sama. Dan yang paling penting adalah contoh-contoh akhlak atau perilaku emas yang disodorkan cukup 'membumi' dilengkapi dalil-dalil dari Al Qur'an dan tafsirnya, As-Sunnah dan syarahnya, serta kisah-kisah generasi emas Islam; semua itu membuat buku ini semakin 'it worth'! .
Berikut beberapa poin yang bisa dirangkum dari buku tersebut :
- Kita, mestinya optimal dalam beribadah pada Allah. Tapi yang terjadi banyak diantara kita hanya memenuhi amal-amal standar. Tidak ada greget untuk menjadi hamba Allah yang paling shalih. Padahal kita bisa berobsesi dan bersungguh-sungguh untuk meraih surga Firdaus - surga Allah yang tertinggi. Ya... dengan cara mengoptimalkan ibadah kita pada Allah, tentunya ibadah yang kita lakukan harus sesuai dengan Al Qur'an dan sunnah rasul-Nya.
- Apa bedanya rasa takut yang dialami oleh orang-orang zhalim dan orang beriman yang beramal shalih? Jika orang zhalim takut karena sudah jelas bagi mereka siksaan atas perbuatan kejam dan keji mereka, sehingga mereka putus asa dari rahmat Allah (ketakutan yang dirasakan saat hari kebangkitan - dimana sudah tidak berguna lagi amalan dan taubat). Sebaliknya, ketakutan yang dirasakan orang beriman dan beramal shalih adalah takut kalau amal-amal baik mereka tidak diterima Allah atau terhapus, yang dengan ketakutan tersebut membuat mereka semakin teguh dan tekun meningkatkan kestabilan penambahan amal-amal baiknya.
- Menjadi penghuni surga berarti memperoleh karunia yang besar. Karena seluruh amalan baik kita tidak bisa 'membeli' surga. Perlu kita ingat, sebenarnya kita cuma bermodal kemauan kuat dan kesungguhan untuk menjalani kehidupan berdasarkan perintah Allah Ta'ala saja. Karena modal nikmat hidup dan hidayah semuanya dari Allah. Jadi yang kita kejar dan kita andalkan adalah rahmat Allah untuk bisa menghuni dan menikmati surga.
- Bahwa setiap orang akan dimudahkan melakukan apa yang sudah ditakdirkan Allah baginya. Dengan logika terbalik, bahwa setiap orang akan disulitkan untuk melakukan apa yang tidak ditakdirkan Allah baginya. Seperti firman Allah yang artinya : "Siapa yang mengikuti petunjuk berarti dia sedang menunjuki dirinya sendiri, dan barangsiapa mengikuti jalan kesesatan berarti dia menyesatkan dirinya sendiri". Jadi ketika kita merasa mudah sekali bermaksiat, kita harus cepat-cepat takut, jangan-jangan kita akan mengakhiri hidup dengan bermaksiat. Segera bertaubat dan kembali ke jalan petunjuk.
- Andaikata kita sulit untuk menjalani jalan petunjuk, bergabunglah bersama orang-orang baik, masuklah ke dalam lingkungan dan sistem yang baik, serta ikutlah program-program kegiatan yang baik, sehingga hari-hari kita padat dengan hal-hal yang baik secara teratur. Tidak ada lagi waktu untuk melakukan hal-hal yang buruk. Itu merupakan bentuk penjagaan terhadap stabilitas dan kontinuitas ketaqwaan, itu bukanlah termasuk perbuatan tidak ikhlas - karena merasa bersemangat beribadah jika bersama-sama orang shalih - tapi semata-mata cara menggairahkan motivasi.
- Milikilah kepekaan. Latihlah terus agar qalbu kita peka. Sedikitlah tertawa dan banyak menangis mengingat Allah. Kepekaan berawal dari pengetahuan yang mendalam tentang nilai-nilai Islam dipadu dengan qalbu yang bisa merasakan seperti apa perasaan orang lain. Orang yang tidak peka qalbunya, membaca Al Qur'an dan As Sunnah akan seperti angin lalu, tidak ada firman atau sabda yang membekas, tidak pula bersemangat untuk membumikannya. Orang yang tidak peka qalbunya tidak akan merespon serius adanya bentuk-bentuk penghancuran terhadap Islam yang dilakukan oleh Syiah, liberalis, dan aliran sesat lainnya.
- Jagalah kehormatan saudara seiman, bukan bermaksud membela kesalahannya. Dalam firman-Nya (An-Nur :19), Allah melarang menyebarkan berita kekejian yang mungkin dilakukan seorang muslim karena kekhilafannya, demi menjaga kemuliaan seluruh umat Islam. Kecuali dalam rangka penegakan hukum, dan jangan sampai terdengar oleh nonmuslim. Tetapi terkadang kehormatan itu boleh dijatuhkan dalam beberapa kondisi, seperti sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berikut ini : "Orang yang berhutang sudah mendapatkan harta untuk melunasi tapi tidak juga melunasinya, maka kehormatannya boleh dijatuhkan".Yang diperbolehkan hanya sebatas menyebut dosa di hadapannya, agar dia malu dan segera bertaubat. Jika sudah bertaubat, harus segera dipulihkan kehormatannya.
- Berhati-hatilah terhadap qalbu yang lemah, qalbu yang geram jika tidak diperlakukan istimewa, qalbu yang geram jika tidak memperoleh penghormatan dari manusia. Hati-hati mungkin ini juga terjadi pada kita, sebagian orang ada yang merasa dipandang sebagai orang shalih (namun sebenarnya tidak faqih), maka demi menjaga penilaian itu akhirnya mengalihkan fungsi ibadah semata untuk menjaga penilaian dan kehormatan di mata manusia. Kita juga bisa saksikan, atas nama hak asasi manusia dan toleransi, sebagian pemimpin atau pihak yang berwenang melegalkan praktek-praktek sesat kalangan minoritas termargin, seperti Ahmadiyah, JIL, pegiat kesyirikan, dan lainnya.Bahkan ada yang menggunakan kalangan minoritas tersebut untuk meraup penghargaan dari manusia, seperti dinobatkan sebagai agen perdamian, agen perubahan, atau gelar 'kehormatan' lainnya. Jadi, bebaskan diri kita dari jerat dan belenggu tipu daya penghormatan manusia, ikhlaskan semua yang kita lakukan semata untuk meraih ridho Allah Ta'ala.
- Bersikaplah lembut, jaga aib, dan bersikap konstruktif (membina, memperbaiki) terhadap saudara-saudara kita yang insyaf dan ingin bertaubat. Seperti yang diwasiatkan oleh Rasulullah, "Mudahkan jangan mempersulit. Berikan kabar gembira dan jangan membuat orang lari menjauh dari Islam". (Shahih Al-Bukhari no 69)
- Ingatlah selalu dua belas "tungku pelebur dosa"... sebagai hamba, kita pasti berkalang khilaf dan dosa, untuk itu bersiaplah dan bersungguh-sungguhlah "meleburkan dosa" untuk mendambakan surga. Dua belas tungku diibaratkan empat "tungku" di dunia yaitu taubat, istighfar, kebaikan dan musibah. Kemudian empat "tungku" di kubur yaitu pahala jariyah, shalat jenazah, pahala hadiah atau shadaqah yang diatasnamakan sang ahli kubur, dan fitnah atau petaka kubur. Serta empat "tungku" di akhirat yaitu kiamat, perjumpaan dengan Allah, syafaat dan ampunan.
2 komentar:
terima kasih banyak kak...
sama-sama...jazakallahu khoir
Posting Komentar