Seorang penumpang yg kebetulan seangkot denganku kemarin mengeluh, sepeda motornya sampai rusak mesinnya setelah beberapa hari berturut2 terjebak macet dan masuk bengkel sampai habis 1.2 jt. Penumpang lainnya akhirnya memutuskan balik kucing (pulang) karena merasa 'sungkan' datang sangat terlambat ke kantornya tiga hari berturut2. Perjalanan dengan angkot dari Sidoarjo ke Surabaya yang biasanya dapat ditempuh 45 menit - 1 jam (asal gak ngetem..he he), tiga hari ini harus ditempuh sekitar 2 - 2,5 jam.
Duh.... padahal Sidoarjo udah dapet Adipura, tapi sepertinya sistem drainase dan normalisasinya belum ditangani dengan serius. Ditambah kebiasaan sebagian warga yg masih saja membuang sampah ke sungai atau aliran air lainnya, jadi tambah lengkap penyebab banjir di kotaku :-(
"Seperti yang dijelaskan Badrun Sekretaris Desa Barengkrajan, Kecamatan Krian - Sidoarjo, ada perubahan fungsi dan bentuk saluran pengairan dalam 10 tahun terakhir di Sidoarjo. Saluran-saluran air menuju Avoor Buntung yang dulunya merupakan saluran pengairan, banyak yang mengalami penyempitan karena pengembangan kawasan permukiman warga. Di sisi lain, Pemkab Sidoarjo, tidak pernah melakukan normalisasi sistem pengairan dan drainase" (http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2014/135965-Banjir-Sidoarjo,-Karena-Saluran-Air-Berubah-Fungsi)
Jadi inget, dulu tahun 90-an aku pernah ngalami banjir lumayan parah, saat masih tinggal di Surabaya (dari Simo Sidomulyo terus pindah ke Pucang Anom). Tapi sekarang banjir di Surabaya tidak separah yang dulu, bahkan banyak berkurang, sudah banyak perbaikan, sistem drainase dan normalisasinya sudah ditangani dengan serius.
Semoga masalah banjir dan drainase itu segera ditangani dengan lebih serius oleh PemKab Sidoarjo... yg pasti juga menjadi harapan semua warganya.
Semoga masalah banjir dan drainase itu segera ditangani dengan lebih serius oleh PemKab Sidoarjo... yg pasti juga menjadi harapan semua warganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar