Tentu sudah banyak kajian atau artikel yang membahas tentang bagaimana cara menjadi "insan kamil", dan postingan kali ini hanya sekedar berbagi dua hal di bawah ini untuk memperkaya referensi kita.
Hal Pertama:
kusarikan dari kajian singkat Ustadz Mizan Qudsiyah, LC dengan topik "Menjadi Hamba yang Terhebat" (http://yufid.tv/ceramah-singkat-menjadi-hamba-yang-terhebat-mizan-qudsiyah-lc/). Ada nasehat dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang datangnya dari sahabat Abu Huraira, dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban; bahwa Nabi Musa pernah bertanya pada Allah Ta'ala tentang enam perkara yang disukainya dan satu perkara yang tidak disukainya :
kusarikan dari paparan dan nasehat Ustadz Syarif Muhtarom, M.Pd (Ketua LPIT Insan Kamil Sidoarjo) saat memberikan pengarahan pada ortu calon siswa baru SDIT Insan Kamil hari Ahad kemarin. Bahwa untuk menjadi "insan kamil", seseorang perlu membekali dirinya dengan potensi yang paripurna yaitu potensi psikis dan fisik; yang meliputi kecerdasan akal, emosi, hati / spritual dan fisik (IQ, EQ, SQ dan PQ). Dengan selalu me- RIAS JIWA (Robbani, Ikhlas, Alim / berilmu, Sabar - bahwa sabar itu ternyata juga perlu ilmu - Jujur, Istiqomah, Waspada/peka, Arif / bijaksana) - nya maka seseorang akan memiliki "inner beauty / inner handsome". Para orang tua hendaknya membekali dirinya terlebih dahulu dengan hal tersebut baru kemudian mendidik putra/i nya dengan cinta dan keteladanan, sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang menjadi "insan kamil". Beliau juga menambahkan bahwa sebenarnya tujuan pendidikan itu 'sederhana' yaitu menyiapkan anak-anak kita untuk bisa survive di jamannya. Dengan cara membekali mereka dengan kompetensi-kompetensi yang diperlukan, mulai dari kompetensi spriritual (aqidah, ahlak, ibadah dan Al Qur'an), kompetensi akademik, kompetensi life skill (daily skill, social skill, SOP skill), kompetensi bahasa, dll.
Dari paparan di atas kucoba menyimpulkan, bahwa hakekat insan kamil sebenarnya adalah manusia yang mempersiapkan dirinya dengan serius agar dapat meraih sukses dunia akherat .... Allahu a'lam.
kusarikan dari kajian singkat Ustadz Mizan Qudsiyah, LC dengan topik "Menjadi Hamba yang Terhebat" (http://yufid.tv/ceramah-singkat-menjadi-hamba-yang-terhebat-mizan-qudsiyah-lc/). Ada nasehat dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang datangnya dari sahabat Abu Huraira, dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban; bahwa Nabi Musa pernah bertanya pada Allah Ta'ala tentang enam perkara yang disukainya dan satu perkara yang tidak disukainya :
- "Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling bertakwa? yaitu hamba yang selalu mengingat Allah;
- Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling mendapat hidayah? yaitu hamba yang mengikuti petunjuk Allah dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam;
- Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling bijaksana? yaitu hamba yang menghukumi orang lain seperti menghukumi diri sendiri;
- Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling alim (berilmu)? yaitu hamba yang tidak pernah kenyang akan ilmu, yang selalu mengumpulkan ilmu dari orang-orang pada dirinya;
- Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling mulia/jaya? yaitu hamba yang ketika dia mampu untuk membalas dendam tetapi dia tidak melakukannya (memaafkan yang telah mendholiminya);
- Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling kaya? yaitu hamba yang ridho dengan apa yang diberikan Allah; dan
- Ya Allah, siapakah hambaMu yang paling miskin/fakir? yaitu hamba yang merasa sedikit dengan apa yang telah diberikan Allah dan terus minta tambah pada Allah (tidak merasa cukup di hatinya)."
kusarikan dari paparan dan nasehat Ustadz Syarif Muhtarom, M.Pd (Ketua LPIT Insan Kamil Sidoarjo) saat memberikan pengarahan pada ortu calon siswa baru SDIT Insan Kamil hari Ahad kemarin. Bahwa untuk menjadi "insan kamil", seseorang perlu membekali dirinya dengan potensi yang paripurna yaitu potensi psikis dan fisik; yang meliputi kecerdasan akal, emosi, hati / spritual dan fisik (IQ, EQ, SQ dan PQ). Dengan selalu me- RIAS JIWA (Robbani, Ikhlas, Alim / berilmu, Sabar - bahwa sabar itu ternyata juga perlu ilmu - Jujur, Istiqomah, Waspada/peka, Arif / bijaksana) - nya maka seseorang akan memiliki "inner beauty / inner handsome". Para orang tua hendaknya membekali dirinya terlebih dahulu dengan hal tersebut baru kemudian mendidik putra/i nya dengan cinta dan keteladanan, sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang menjadi "insan kamil". Beliau juga menambahkan bahwa sebenarnya tujuan pendidikan itu 'sederhana' yaitu menyiapkan anak-anak kita untuk bisa survive di jamannya. Dengan cara membekali mereka dengan kompetensi-kompetensi yang diperlukan, mulai dari kompetensi spriritual (aqidah, ahlak, ibadah dan Al Qur'an), kompetensi akademik, kompetensi life skill (daily skill, social skill, SOP skill), kompetensi bahasa, dll.
Dari paparan di atas kucoba menyimpulkan, bahwa hakekat insan kamil sebenarnya adalah manusia yang mempersiapkan dirinya dengan serius agar dapat meraih sukses dunia akherat .... Allahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar