Oktober 09, 2016

That’s what friends are for…


Sabtu kemarin berbarengan dengan pembagian rapor sisipan anak bungsuku, pihak sekolah yang diwakili Ustadzah Dwi memaparkan tentang program gerakan anti bullying (verbal dan fisik) dan gerakan pungut sampah yang sedang digalakkan di lingkungan SDIT Insan Kamil saat ini.

Sebelumnya, dipaparkan terlebih dahulu ketuntasan akademik, ketuntasan akhlaq dan ketuntasan bacaan Al Qur’an yang memang merupakan target rutin sekolah setiap periodenya. Ustadzah Dwi dan Ustadzah Ana yang mewakili pihak yayasan, secara bergantian menekankan tentang pentingnya peran orang tua dalam mengawal semua ketuntasan tersebut di rumah.

Ustadzah juga mengapresiasi kehadiran orang tua dalam penerimaan rapor kali ini yang cukup banyak dihadiri para ayah. Beliau berdua juga mengingatkan pentingnya kehadiran orang tua saat penerimaan rapor, karena saat itu juga merupakan kesempatan bagus berbagi informasi program-program sekolah – termasuk program baru sekolah yaitu kerjasama dengan pihak Neuro Sain Terapan Indonesia dalam membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar - serta kesempatan berbagi ilmu parenting.

Menurut Ustadzah, kontrak sosial orang tua dengan anak – termasuk di dalamnya keteladanan, toleransi atau pemaafan dan ketegasan merupakan beberapa unsur penting yang mesti terus dievaluasi oleh orang tua dalam mendidik anak. Ustadzah Ana juga mengingatkan kami bahwa "bonus demografi" yang dimiliki Indonesia saat ini memiliki dampak penggerusan aqidah dan ahlak yang luar biasa bagi anak-anak dan remajanya. Pertumbuhan usia produktif yang sangat besar di negara yang berpenduduk mayoritas muslim ini sangat disadari oleh ‘pihak-pihak lain’ yang tidak ingin melihat pemuda-pemudi muslim kita kelak menjadi pemimpin yang tangguh iman dan ahlaknya. Penggerusan terjadi begitu masif dan terstruktur di segala bidang dan nyaris 'tanpa penolakan’ - terutama di bidang media dan teknologi informasi. Karenanya orang tua perlu terus membentengi iman dan ahlak putra putrinya. 

Kembali ke program gerakan anti bullying yang disebutkan di atas tadi … bullying atau intimidasi memang membuat para orang tua prihatin. Kedua anakku pun pernah cerita sempat di-bully temannya, walau mungkin termasuk ringan tapi keduanya sempat merasa tidak percaya diri. Minggu lalu, dengar cerita anak seorang teman yang beberapa minggu mogok sekolah karena sering di-bully temannya. Kemarin, Ustadzah Dwi juga cerita ada beberapa siswa kelas atas yang sampai bentrok fisik bermula dari bullying secara verbal.

Sudah banyak beredar cerita bullying yang berdampak buruk bahkan sampai membawa korban. Dan tragisnya bullying seperti itu banyak terjadi saat ulang tahun mereka. Mulai dari melempar telur atau tepung, menceburkan ke kolam sampai cerita tragis Farhanah - siswi SMP yang meninggal karena syok berat setelah 'dituduh mencuri' oleh teman-temannya saat ulang tahunnya..na'udzubillah..sungguh guyonan yg sangat kelewatan. Cerita Farhanah itu baru kudengar kemarin dari Ustadzah Ana yang juga dimuat di link ini http://purwoudiutomo.com/2016/09/29/ulang-tahun-ajang-umbar-kebodohan/

Membaca artikel itu sungguh miris. Seharusnya jadilah teman yang baik ... teman yang jika ingin memberikan surprise dipertimbangkan dulu dengan matang semua akibatnya, teman yang dapat dipercaya dan memberikan nasehat atau solusi saat kita curhat, teman yang membuat kita kembali tersenyum saat sedih, teman yang menyemangati saat lemah, dan teman yang mengingatkan saat kita mulai jauh dari-Nya.

Itulah gunanya teman…..

Tidak ada komentar: