Rabu, 23 Agustus 2017 lalu, di ruang sidang
utama gedung rektorat ITS, kami berkesempatan menghadiri kuliah tamu internasional
tentang “Al-Aqsha : Sejarah, Arsitektur & Masalah Dunia” yang menghadirkan
narasumber Prof. Dr. Abd.Al-Fattah El-Awaisi (Guru Besar dari Univ. Sabahattin
– Zaim, Istanbul – Turki, beliau juga pendiri ISRA = Islamic Jerusalem
Research Academy) dan Ustadz Dzikrullah Wisnu Pramudya dari Institut Study for
Al Aqsha (ISA). Hadir juga Santi Soekanto - istri Ustadz Dzikrullah yang juga seorang
aktivis sosial. Merunut sedikit profil Ustadz Dzikrullah dari beberapa sumber
di internet - beliau dikenal sebagai sosok jurnalis senior yang humble, aktivis
sosial kemanusiaan yang konsen membantu rakyat Palestina, dan bahkan bersama
istrinya merupakan saksi hidup tragedi kapal Marvi Marmara – kapal yg membawa
bantuan dan misi perdamaian untuk rakyat Palestina yang sempat "dibajak"
tentara Israel pada bulan Mei tahun 2010 itu.
Kunjungan Prof El-Awaisi ke beberapa perguruan tinggi di Indonesia termasuk ITS ini, merupakan mukaddimah atau tester untuk memotivasi Indonesia. Sebagai negara yang memiliki populasi muslim terbanyak di dunia, Indonesia diharapkan dapat mendirikan pusat-pusat studi kajian Baitul Maqdis. Karena selama ini banyak permasalahan
disekitar Al Aqsha yang diterbitkan jurnal internasional berasal dari para pemikir non
muslim bahkan dari Israel. Tujuannya untuk mengubah cara pandang umat Islam
agar menilai Al-Aqsha tidak penting bagi mereka, intinya ingin menghilangkan
hubungan atau keterikatan umat muslim dengan Masjidil Aqsha. Lebih jauh lagi bertujuan
untuk melegitimasi secara religi dan historis berdirinya negara Israel. Ironis memang, pusat studi Baitul Maqdis pertama kali bahkan dimulai di sebuah universitas di
Skotlandia. Maka sangatlah bisa dimaklumi, jika para narasumber tersebut sangat
menginginkan berdirinya beberapa pusat studi kajian tentang Baitul Maqdis di Indonesia.
Prof El-Awaisi juga
mengapresiasi penamaan ITS yg diambil dari sebuah peristiwa heroic ‘Sepuluh Nopember’. Menurut beliau bukan suatu kebetulan, jika akhirnya
di kampus ITS dpt terselenggara kajian ttg Baitul Maqdis – yg juga berlatar
belakang kisah heroic - sama-sama berjuang untuk dapat merdeka dari penjajahan. Negara Palestina yang sejarahnya merupakan 'tanah wakaf' dari Khalifah Umar bin Khattab, sampai kini masih terus berjuang melawan Zionis Yahudi. Bahkan kini yang disebut negara Palestina hanya tersisa dua wilayah kecil yaitu Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sebagian besar
wilayah lainnya sudah ‘dicaplok’ Zionis Yahudi (Israel). Tepi Barat dan Jalur
Gaza-pun saling terpisah jauh. Disebut sebagai sebuah negara, tapi wilayahnya
terpisah oleh ‘negara lain’ yang ada di dalam negaranya (dikutip dari buku “Kun
Fayakun! Menembus Palestina” yang ditulis oleh Peggi Melati Sukma – recommended)
Acara dibuka oleh Prof. Sutardi – Ketua Takmir
masjid Manarul Ilmi ITS – beliau mewakili Rektor ITS yang tidak dapat hadir dlm
acara tersebut. Salah satu pesan penting Pak Rektor yg disampaikan melalui Prof.Sutardi
adalah keinginan beliau untuk dapat mencangkok-kan studi tentang Baitul Maqdis ke dalam mata kuliah
Agama Islam, nantinya diharapkan dapat memberikan pencerahan terhadap kalangan akademisi
di ITS. Selanjutnya Ustadz Dzikrullah menyampaikan poin-poin penting perlunya
memiliki ILMU dari sumber-sumber yang sahih tentang Baitul Maqdis, agar setiap muslim
memiliki pemahaman yg benar ttg sejarah, keutamaan, dan peran penting Baitul Maqdis bagi seluruh umat Islam di dunia.
·
salah
satu tanah suci umat Islam
·
tanah
yang barokah
·
tempat
lahirnya sebagian besar nabi dan rosul
·
tempat
berkumpulnya manusia saat hari kiamat (mahsyar)
·
tempat
naiknya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ke Sidratul Muntaha, setelah diperjalankan Allah dari Masjidil
Haram di Mekah. Hal tersebut menunjukkan keterkaitan yg sangat erat antara Masjidil
Haram dengan Masjidil Aqsha yang merupakan kiblat pertama umat muslim tersebut.
·
Selain
itu menurut hasil riset sahih beberapa pakar muslim, terdapat pengembaran atau twinning di antara kedua tempat suci
tersebut (keduanya dibangun pertama kali oleh Nabi Adam – belum berupa
bangunan).
· Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha merupakan salah satu tempat di dunia yang diperintahkan oleh Rasulullah untuk dikunjungi
– “Janganlah engkau melakukan perjalanan jauh (safar) kecuali menuju tiga
masjid: Al-Masjid Haram, Masjid Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan
Masjid Al-Aqshaa” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1189 dan Muslim no.
3364].
Dengan
memahami peran penting tersebut, diharapkan umat Islam memiliki pondasi pemahaman
yang benar, sehingga mempunyai keterikatan dan kepedulian terhadap permasalahan
yang menimpa bangsa Palestina. Dengan demikian, maka umat Islam sudah
selayaknya bisa secara kontinyu dan terprogram membantu rakyat Palestina semaksimal
mungkin, baik melalui dana, tenaga,
pemikiran, tulisan, dan do’a terbaik di waktu2 mustajab tentunya.
Mendukung kemerdekaan Palestina bukan hanya karena isu agama, tapi juga isu kemanusiaan. Perampasan tanah, pengusiran warga asli, meluasnya pemukiman ilegal oleh pihak Zionis, dan semua kejahatan perang yang mereka lakukan, sungguh di luar nalar kemanusiaan. Sungguh ironi isu HAM dan kemerdekaan adalah hak segala bangsa yg sering didengungkan negara2 besar pendukung zionis, sungguh standar ganda!

Yang benar : Masjidil Aqsha adalah sebuah area persegi seluas sekitar
14,4 ha yg mengelilingi kedua bangunan tersebut dan bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Selengkapnya
bisa simak juga di http://masjidalaqsa.net/2016/12/20/what-is-masjid-al-aqsa/
Lalu apa
bedanya Baitul Maqdis dengan Masjidil Aqsha?
Untuk mengetahui hal tersebut, terdapat penjelasannya di dalam booklet yang dibagikan saat kuliah tamu
itu, yang berjudul “ Mengenal Masjidil
Aqsha Pusat Barakah bagi Seluruh Dunia” yang diterbitkan oleh Sahabat
Al-Aqsha & Institut Al-Aqsha untuk Riset Perdamaian. Walaupun hanya berupa booklet, namun isinya cukup padat berisi
informasi-informasi sahih seputar Baitul Maqdis yang bersumber dari Qur’an,
Sunnah dan hasil riset yang amanah.
Berikut penjelasan singkatnya : Masjidil Aqsha adalah nama yang berasal dari Allah Ta’ala (surat Al Isro’ ayat 1). Namun Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga menggunakan nama Baitul Maqdis untuk menyebut Masjidil Aqsha. Nama Baitul Maqdis bisa berarti lebih luas daripada Masjidil Aqsha yg luasnya 14,4 ha itu. Baitul Maqdis berarti rumah yg disucikan itu adalah nama yg dipakai unt kota yg
dikenal dg sbg Jerusalem, yg merupakan lokasi Masjidil Aqsha. Selain itu Baitul Maqdis adalah juga nama dari sebuah kawasan istimewa yg diberkahi, yg mencakup
di dalamnya kota-kota kecil dan desa-desa. Baitul Maqdis juga berarti kawasan
yg diberkahi Allah atau negeri barokah atau tanah barokah sejak masa sebelum Nabi
Muhammad (surat Al Anbiya : 71 & 81, surat Saba : 18, surat Al A’rof : 137,
dan surat Al Isro’ : 1).
Prof El-Awaisi
menambahkan bahwa kubah emas pada bangunan dome of the rock itu merupakan
‘sisa’ sedekah dari rakyat mesir (yg terkenal kaya raya saat itu) yg dibangun oleh Al Walid bin Abdul Malik atas
perintah ayahnya - Abdul Malik bin Marwan, Khalifah Ummaiyyah. Sebelumnya Nabi
Adam lah yang pertama kali membangun Baitul Maqdis sesudah 40 tahun membangun Masjidil
Haram di Mekkah. Jangan dibayangkan wujud masjid yg dibangun saat itu berupa
bangunan kokoh menjulang spt layaknya masjid saat ini. Yang dimaksud masjid
saat itu adalah sebuah tempat yang mempunyai batas-batas dan ada arah kiblat.
Dengan demikian, terdapat hubungan erat antar kedua masjid tersebut (Haram dan Aqsha),
dimana pengembaran atau twinning
sudah bermula pada masa Nabi Adam. Terkait hal itu Prof El-Awaisi menunjukkan
hasil riset sahih betapa persisnya bentuk persegi , sudut-sudut kemiringan
bahkan derajat siku-siku area Masjidil Aqsha di Palestina dan Masjidil Haram di Mekkah. Selanjutnya para nabi dan rosul menguatkan hubungan dan keterkaitan antar kedua
masjid tersebut. Nabi Ibrahim diriwiyatkan hijrah ke Baitul Maqdis, dan nabi
Muhammad memperkuatnya dengan perjalanan malamnya dari Haram ke Aqsha (isro’
mi’roj), dan saat itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga menjadi imam sholat (gaib) para nabi dan
rasul lainnya.
Terkait
barokah di sekililing Al Aqsha tersebut, Prof El- Awaisi telah melakukan riset yang
sahih dan amanah yg menghasilkan teori
lingkaran barokah - bersumber dari firman Allah Ta’ala yang telah
memberikan barokahNya pada tanah di sekeliling Masjidil Aqsha : "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (17: 1).
Tentunya sebagai umat Islam berharap lingkaran barokah itu dapat ‘menjangkau’ ke seluruh dunia, termasuk ‘memberkahi’ umat Islam di Indonesia yang ‘peduli padanya’.. wallahu a’lam.
Tentunya sebagai umat Islam berharap lingkaran barokah itu dapat ‘menjangkau’ ke seluruh dunia, termasuk ‘memberkahi’ umat Islam di Indonesia yang ‘peduli padanya’.. wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar