" “Aku lelah sekali, Ma. Maghrib masih lama, ya?” dengan
manja aku meringkuk di sisi tempat tidur. “Sabar, Fatima. Untuk menghemat
tenaga, bagaimana kalau kita istirahat dulu?” ajak Mama. “ Belum asli jadi
orang Spanyol kalau kita tidak siesta (tidur atau istirahat siang),” lanjut
Mama lagi. Dalam Islam, istirahat siang ini biasa disebut qailulah, Rasulullah
pernah menyebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim.
‘Qailulah-lah kalian, sesungguhnya setan-setan itu tidak pernah istirahat
siang’. Ketika Islam masuk di sini, para Muslim pun memperkenalkan budaya
istirahat siang tersebut, dan terbawa hingga sekarang. Masya Allah ternyata
peninggalan Islam di Spanyol masih melekat kuat, bukan hanya sisa-sisa masjid
atau benteng, tapi juga budaya dan kebiasaannya. "
Kutipan di atas diambil dari buku Ceria Ramadhan di 5
Benua – 25 Negara yang ditulis rame-rame oleh 25 penulis, bagus banget isinya. Beberapa
penulis dalam buku tersebut melakukan riset yang cukup mendalam mengenai
kondisi negara yang ditulis, bahkan banyak diantaranya bermukim di sana karena
alasan studi, pekerjaan atau ikut suami.
Kebiasaan siesta dan qailulah itu bagus juga ya, apalagi jika dilakukan secukupnya dengan niatan agar dapat beribadah secara optimal di malam hari. Bukan dengan cara tidur sepanjang hari, mentang-mentang berpuasa he he…
Buku Ceria Ramadhan di 5 Benua – 25 Negara itu banyak memberikan pengetahuan tentang pernak pernik ibadah Ramadhan anak-anak muslim di 25 negara. Diantaranya Malaysia, Mekkah, Dubai, China, Jepang, Australia, Selandia Baru, Amerika, Argentina, Kanada, Afrika Selatan, Mauritania, sampai dengan negara-negara di Eropa termasuk Rusia. Diceritakan juga tentang tradisi Ramadhan
yang unik di negara-negara tersebut, iklim dan lama waktu berpuasanya, dan kuliner
khas berbukanya. Lengkap dengan ilustrasi gambar berwarna yang pasti disukai anak-anak. Menarik deh pokoknya! Beli dan baca bukunya yuk.. kita dukung minat dan daya baca anak-anak. Dengan harapan mereka dapat menjadi muslim yang solih, kemampuan literasinya bagus, dan berwawasan luas. Menurutku buku itu juga dapat menambah semangat dan kepercayaan diri anak-anak muslim yang belajar berpuasa, karena mereka jadi tahu bahwa banyak saudara seiman sebaya di semua belahan dunia yang bersemangat belajar berpuasa.
Kondisi geografis dan budaya setempat dapat menjadi
tantangan tersendiri bagi mereka, khususnya bagi anak-anak yang baru belajar
berpuasa. Bahkan beberapa negara di benua Eropa waktu berpuasanya bisa sampai
20 jam, jika Ramadhan datang pas musim panas. Karena matahari akan bersinar
lama sekali yaitu sekitar 18-20 jam, sebaliknya malam hari hanya sekitar 4-6
jam. Waktu berbuka sekitar jam 9 atau 10 malam, sedangkan sahur mesti dilakukan
sekitar pukul 2 atau 3 pagi. Masya Allah.. mereka mesti pandai mengatur waktu
untuk melaksanakan ibadah di malam hari, serasa marathon ya.. mulai dari berbuka, sholat maghrib, sholat isya’,sholat tarawih, sampai dengan sahur diselesaikan dalam waktu yang pendek itu. Tapi mereka tetap ganbatte alias semangattt :)
Bahkan di Finlandia yang terletak di lingkaran Arktik,
matahari hanya terbenam selama 1 jam saja. Dan tahukah kalian, di Lapland - Finlandia Utara,
matahari tidak pernah terbenam sepanjang bulan Juni – Juli, oleh karena itu Lapland
dijuluki “the land of the midnight sun"- matahari di tengah malam…Masya Allah.
Karena letak geografisnya yang unik itulah, maka umat muslim di beberapa negara Eropa
yang waktu berpuasanya sangat lama, diberi beberapa pilihan jadwal berpuasa,
tapi mereka mesti tabayyun (mencari kebenaran dan meneliti terlebih dahulu)
tentang pilihan jadwal puasa yang benar berdasarkan fatwa Dewan Ulama Eropa
atau ijtihad para ulama, apakah mengikuti waktu hijaz yaitu mengikuti jadwal
yang ada di kota Mekkah, Madinah dan sekitarnya; atau mengikuti waktu di negara
Islam terdekat yang masih terlihat jelas perbedaan siang dan malam dalam waktu
yang relatif normal.
Belum lagi tantangan lingkungan dan budaya di negara yang umat muslimnya minoritas. Anak-anak berpuasa di saat sekelilingnya
‘terus berbuka’. Mereka dan ortunya juga mesti bijak menjelaskan dan menyikapi pola pikir serta pandangan masyarakat sekitarnya, yang
kadang masih menganggap bahwa berpuasa itu ‘menyiksa’. Tantangan lain adalah
tidak adanya pengurangan durasi jam kerja maupun jam sekolah, tidak ada hari libur khusus Ramadhan,
bahkan untuk merayakan Idul Fitri pun mereka harus ijin, dan terkadang mesti kembali ke aktifitas normal
setelah merayakannya bersama keluarga atau bersama saudara seiman di lingkungannya.
Hmmmm…sungguh tantangan tersendiri ya, kita mesti bersyukur karena lama puasa di
Indonesia hanya sekitar 13 – 14 jam saja, dan umat muslim di negara kita masih
mayoritas, jadi suasana sekitar saat Ramadhan dan Idul Fitri sangat kondusif ...
Alhamdulillah.
Selamat bersiap sambut Ramadhan, semoga kita masih dipertemukan lagi dengan bulan yang penuh berkah itu, dan diberi kemudahan dapat beribadah dengan khusyuk .. aamiiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar