Ungkapan di atas ‘terinspirasi’ dari kajian singkat berupa motion graphic berjudul “Jangan sia-siakan Ramadhan 2018” oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri di yufid.tv (https://www.youtube.com/watch?v=aksdS5ajItI). Gini konteksnya ….,
Sebentar lagi Ramadhan tiba, apa yang perlu kita persiapkan untuk menyambutnya? Pengalaman kita bertemu Ramadhan selama bertahun-tahun, justru bisa menjadi boomerang bagi kita lo.. Koq bisa? Ya, karena saking seringnya kita bertemu dan berinteraksi dengan Ramadhan, maka bisa jadi kita menganggap Ramadhan adalah hal yang biasa - seperti fenomena tahunan saja. Bertemu Ramadhan gak bikin kita sensitif lagi, gak bikin terharu lagi, gak kerasa khusyuk lagi. Bahkan jangan-jangan Ramadhan hanya akan dijalani sekedar untuk menggugurkan kewajiban .. naudzubillah!
Ada sebuah kaedah luar biasa yg dijelaskan oleh para ulama kita bahwa “ seringnya berinteraksi itu bisa mematikan sensitivitas ”. Ibarat jemaah umroh/haji yang baru pertama kali melihat ka’bah secara langsung - bisa dipastikan akan menangis terharu dan pingin berlama-lama beribadah di Masjidil Haram. Tapi jika sudah banyak kali ke baitullah atau bahkan tinggal di sekitar Masjidil Haram, kebanyakan dari mereka jadi gak sensi lagi dengan Ka’bah :(
Nah.. bahayanya kalau hal itu terjadi dengan Ramadhan .. jika Ramadhan tidak disikapi dengan serius, bisa menjadi mimpi buruk bagi kita di hari kiamat .. naudzubillah! Sebagaimana yang tersebut dalam doa yang diucapkan oleh malaikat Jibril ‘alaihissalam dan diamini oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: “Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni oleh Allah Ta’ala” (HR Ahmad 2/254)
Coba bayangkan, sampai dikatakan “celakalah seseorang ..”, berarti sudah sangat kelewatan perbuatan seorang hamba yang menyia-nyiakan bulan Ramadhan tersebut. Salah seorang ulama salaf juga berkata, “Barangsiapa yang tidak diampuni dosa-dosanya di bulan Ramadhan, maka tidak akan diampuni dosa-dosanya di bulan-bulan lainnya.” (dinukil oleh Imam Ibnu Rajab dalam Kitab Latha-iful ma’aarif, hal. 297)
Maka.. sebagai pengingat diri sendiri dan untuk saudaraku seiman, mari kita memohon dengan sepenuh hati pada Allah Ta’ala, agar Allah Ta’ala mempertemukan kita kembali dengan bulan Ramadhan dalam keadaan badan yang sehat dan hati yang khusyuk (tidak lalai). Semoga Allah Ta’ala juga menerima amalan Ramadhan kita, mengabulkan semua doa, dan mengampuni dosa-dosa kita.
Dan kita memohon setelahnya, bisa tetap istiqomah dalam ketaatan pada Allah Ta’ala sampai akhir hayat kita. Karena istiqomah merupakan pertanda diterimanya amal shaleh seorang hamba, seperti yang disampaikan oleh ulama kita, Imam Ibnu Rajab : “Sesungguhnya Allah jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Dia akan memberi taufik kepada hamba-Nya tersebut untuk beramal shaleh setelahnya” (Kitab “Latha-iful ma’aarif” hal.311). Inilah bentuk amal kebaikan yang paling dicintai oleh AllahTa’ala dan Rasul-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit” (HSR al-Bukhari no.6099 dan Muslim no. 783).
Sumber : yufid.tv, muslim.or.id, konsultasisyariah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar