September 17, 2018

#lombokbangkit

Alhamdulillah, akhirnya kami mendarat juga di Praya-Lombok hari Sabtu 8 September lalu. Setelah sebulan sebelumnya kami terpaksa harus me-reschedule jadwal sowan kerabat di Mataram (sekaligus pingin jalan2 tentunya) - qodarullah gempa tiba2 melanda pulau seribu masjid itu. Kebetulan kami juga satu pesawat dengan rombongan relawan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Jember. Ikut terharu waktu awak kabin memberikan sambutan khusus dan mendoakan kelancaran tugas mereka selama di Lombok.

Dari Praya, mas Candra dan putri2nya - kerabat kami itu - menjemput dan langsung membawa kami jalan2 ke dusun wisata Sade Rembitan - pemukiman suku Sasak - yang masih terjaga keaslian budayanya. Sebenarnya agak prihatin juga melihat rumah2 asli di sana, sepertinya kurang ventilasi, lantai yang masih dibersihkan dengan 'cara2 tradisional', dan kamar mandi yang letaknya di luar (untuk dipakai rame2 sepertinya) dengan kondisi yang sangat sederhana. Tapi mereka terlihat kompak satu sama lain, sangat terbuka dan ramah pada pengunjung. Termasuk seorang ibu suku Sasak yang lagi menenun kain, juga ramah melayani pertanyaan2 kami. Kearifan lokal yang kami rasakan itu tertuang dalam bingkai di berugak (sejenis bale2) dekat pintu masuk komplek dusun wisata itu. Tiga nilai sikap sosial masyarakat di sana adalah gerasaq (ramah, santun dan terbuka), reme (bersahaja, rukun dan kompak), dan lome (sikap tdk ingin mengecewakan org lain). 

Dari Sade perjalanan dilanjutkan ke pantai Kuta atau pantai Mandalika. Pantai dengan butiran pasirnya yang menyerupai bulir2 merica, terasa kasar dan agak sakit jika diinjak dengan kaki telanjang. Di pantai juga banyak dijumpai rumput laut di sela2 karang dan berbagai macam bentuk kerang laut. Baru sebentar menikmati pantainya, kami sudah diserbu warga lokal yang menjajakan dagangannya berupa sarung tenun Lombok dan oleh2 khas Lombok lainnya. Juga bocah2 yang menawarkan untuk memotret kami (dengan hp kami sendiri) dengan berbagai macam teknik dan gaya sesuai arahan mereka. Ada foto yang seakan2 jari kita menunjuk puncak bukit, mendorong bukit, membawa bukit, foto kembaran diri dalam 1 frame, dan macam2 gaya serta teknik manipulasi lainnya. Wah ternyata mereka melek teknologi juga ya. Dari Mandalika perjalanan dilanjutkan ke Tanjung Aan dan Bukit 
Merese yang jaraknya cukup dekat dari Mandalika - masih dalam 1 kawasan yang sama. Nah di tempat inilah anak2 girang banget .. karena pantainya lebih nyaman untuk berenang dan juga bisa melihat pemandangan indah termasuk sunset dari bukit Merese yang memang terkenal cantik itu. Di bale-bale pinggir pantai juga sempet ngobrol2 dengan bocah lokal Tanjung Aan, bahasa dan dialek mereka sangat khas (campuran bahasa Sasak kali ya..). Polos dan lugunya mereka saat bercerita tentang gempa dan kehidupan mereka yang mesti bantu ortu / kerabat mereka untuk dapat memperoleh uang saku, dengan cara menjaga bale2 yg disewakan ke pengunjung dan menimba air dari sumur untuk mengisi toilet di tempat wisata itu.

Keesokan harinya kami rame2 piknik ke Gili Nanggu.. perjalanan dari Mataram ke Pelabuhan Tawun-Sekotong (untuk nyebrang ke gili Nanggu) ditempuh sekitar 1.5 jam. Pemandangan indah sepanjang perjalanan begitu memanjakan mata, apalagi saat melewati pemandangan laut sekitar pelabuhan Lembar beserta kapal-kapal yang sedang berlayar dan bersandar di sana.. masyaaAllah indahnya. Alhamdulillah..akhirnya kami bisa nyebrang ke gili Nanggu. MasyaaAllah indahnya pulau kecil itu.. anak2 seneng banget bisa main pasir dan snorkling-an sepuasnya, serasa di pulau pribadi hehe.. Pulaunya yg bersih, ombak di sekitarnya tenang, pulaunya asri dan teduh - banyak ditumbuhi pohon pinus, banyak burung liar berkeliaran di sekitar pasir bale2, pasirnya putih dan lembut, kerang2 berserakan di pantai dengan berbagai bentuknya yang cantik, terlihat juga di salah satu sudut pulau hamparan batu karang besar yang menjorok ke laut. Selain itu di pulau banyak terdapat bale2, ada juga ayunan di bawah teduhnya pepohonan, angin saat itu juga pas bertiup sepoi2, toilet2nya juga bersih.. plus crita seru si sulung yg nemui ikan2 nemo dan gurita unik yg kt dia kayak berubah2 warna pas snorkling agak ke tengah laut.. wis pokoknya recommended deh untuk dikunjungi. Ditambah lagi saat kami membuka bekal makan siang rame2 di bale2, dengan salah satu menu khas Lombok yaitu kangkung plecing yang nikmat bikinan mbak Tina, dan lauk lainnya yg tak kalah nikmat bikinan mbak Ike.. "maka nikmat Tuhan-mu manakah yang kamu dustakan (QS Ar-Rahman)"... sangat bersyukur padaMu ya Allah.. Jazaakumullahu khoir.. Barokallahu fiikum untuk mas Candra sekeluarga yang telah membawa kami ke tempat2 yang indah selama kami di Lombok.

Di sisi lain sempet prihatin mendengar cerita warga lokal di sana, pas mau nyebrangin rombongan kami ke gili. Mereka bilang akhir2 ini jadi jarang banget nyebrangin pengunjung ke gilis, ikutan sepi imbas pemberitaan gempa Lombok yg terus menerus. Padahal di daerah pelabuhan Tawun - Sekotong - Lombok Barat itu sangat aman dikunjungi. Mereka senang jika kami bisa upload status atau foto2 ttg "Gilis" (Nanggu, Kedis, Sudak), sambil bantu woro2 / promo bahwa di sana aman2 saja untuk dikunjungi. Mereka sangat berharap pariwisata bisa rame dan normal lagi kayak sebelum terjadi gempa dulu.. semoga harapan mereka terkabul.. aamiiin. Setelah puas menikmati gili Nanggu yang elok itu, kami naik kapal lagi berkeliling melihat dari dekat gili-gili lain yg lebih kecil di sekitar Nanggu (Kedis dan Sudak). Sepanjang perjalanan di laut juga banyak dijumpai kerambah2 dan bola2 hitam yg mengapung di permukaan - yg infonya itu untuk peternakan mutiara.

Malamnya kami diajak mengunjungi Islamic Center di pusat kota Mataram- gak jauh dari rumah dinas keluarga mas Candra. Alhamdulillah ..walaupun ada beberapa bagian pilar masjid yang jatuh dan beberapa tembok yang retak, masjid megah itu masih bisa dipakai untuk sholat berjamaah. Tapi untuk aktifitas lainnya belum bisa, mungkin masih perlu waktu untuk direnovasi, karena beberapa area ada yang masih dipasangi police line (garis kuning).

Hari ketiga - sekaligus hari terakhir kami di Lombok, mas Candra di sela-sela jam kantornya - kembali membawa kami keliling Lombok, kali ini ke Lombok Utara untuk melihat dari dekat dampak gempa di sana. Perjalanan dari Mataram ke Lombok Utara ditempuh sekitar 1.5 jam, melewati daerah pegunungan Pusuk dimana dijumpai banyak monyet berkeliaran di sepanjang jalan yang berkelok2 itu. Di Pusuk juga banyak dijumpai orang berjualan gula aren dan tuak (legen khas Pusuk yg katanya lbh seger dari legen di Jawa). Turun dari Pusuk mulai banyak kami jumpai rumah, toko, sekolah, masjid, kantor dan bangunan lainnya yg roboh akibat gempa. Tenda-tenda pengungsian, tenda tim relawan, spanduk2 bantuan dari berbagai LSM, badan2 sosial, lembaga2 zakat, dan organisasi Islam lainnya juga banyak kami jumpai di sepanjang perjalanan mendekati desa Tanjung - Lombok Utara. Kami juga ditunjukkan sebuah gang lebar - jalan masuk ke kampungnya Muhammad Zohri - sang pahlawan olahraga yg lagi viral itu.

Sepanjang jalan juga banyak ditemui besi2 bekas kerangka bangunan yg sudah tersusun rapi - infonya sih untuk dijual ke pemulung besi yang berdatangan dari Madura (hmmm.. ulet juga ya pedagang besi Madura itu). Alhamdulillah saat itu juga sudah banyak aktifitas kehidupan yang terlihat, lalu lalang anak2 plg sekolah, beberapa toko, warung, dan pasar yang masih berdiri juga sudah dibuka. Di sepanjang jalan juga banyak dijumpai orang2 berjualan es, bakso, dan gerobak jualan lainnya. Semoga tidak ada gempa atau musibah lainnya di sana, semoga segera aman dan tentram kembali.. aamiiin.

Perjalanan diteruskan sampai melewati RS Lapangan, dimana Presiden Joko Widodo mengunjungi tempat itu bersamaan acara closing ceremony Asian Games ke-18 lalu. Di lapangan depan RS itu banyak dijumpai tenda oranye yang cukup ekslusif, sepertinya itu tenda2 yang ditempati Presiden dan rombongan saat kunjungan ke Lombok.

Alhamdulillah.. kami juga sempat bertemu Ustadz Alfian - guru ngaji kami. Beliau tergabung dalam tim relawan dari BEM Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah & Komunikasi Islam Ar Rohmah - Perak Surabaya (http://www.stidkiarrahmah.ac.id/),  mengantar bantuan logistik ke Lombok Utara melalui laut. Memang sebelumnya kami sudah kontak2an dgn Ustadz Alfian, setelah tahu barengan jadwal ke Lombok nya. Dan pas banget, saat kami ke Lombok Utara, rombongan Ustadz juga pas juga baru nyampe sana dari Mataram. Sungguh senang bertemu kenalan di sana, apalagi mas Candra - (kebetulan beliau membidangi bagian sosial kantor BPS Kab.NTB) - juga banyak memberi informasi yang bermanfaat untuk mereka terkait penyaluran bantuan ke desa2 sasaran, sehingga bantuan yang diberikan diharapkan dapat lebih bermanfaat dan efektif. Alhamdulillah ..

Pulang dari Lombok Utara kami melewati jalur lain ke arah pantai Senggigi. Mendekati Senggigi kami ditunjukkan hamparan laut yang luas yang dari kejauhan tampak beberapa pulau kecil yg salah satunya sangat terkenal itu yaitu Gili Trawangan. Kondisi pelabuhan di sana juga masih sepi, sepertinya belum ada aktifitas penyebrangan ke gili. Semoga wisata di gili Trawangan dan sekitarnya segera pulih dan jadi lebih baik lagi semuanya ke depan. Seperti slogan pemerintah NTB yang sudah meng-inisiasi dan menerapkan Lombok menjadi "a muslim friendly tourism".. aamiiin.

Sempet mampir sebentar ke pantai Senggigi yang juga masih sepi pengunjung. Sempet beli bulayak (semacam ketupat tapi lebih gurih sebagai pendamping sate) dan bumbu khas-nya yang dijual di pinggir pantai Senggigi. Gak jauh dari Senggigi - masih di kawasan Batu Layar - kami mampir beli oleh2 khas Lombok di toko Gandrung yang terkenal itu. Sore harinya diajak mbak Ike ke pasar Mataram, beli kangkung khas Lombok (yg biasa dibuat masakan plecing), ayam taliwang, bumbu plecing, dan krupuk rambak yang banyak dijumpai di lapak2 pasar Mataram. Alhamdulillah nikmatnya masakan ayam taliwang-nya mbak Ike, kami juga dibawakan bahan2 tadi untuk dibawa pulang. Pas nyampe di rumah mas Candra, kami diberitahu kalo tadinya ada gempa tapi ringan, sebenarnya kemarin juga ada gempa tapi juga ringan, sehingga kami gak ngerasain itu..alhamdulillah. Semoga setelah ini tidak ada lagi gempa2 susulan.

Malam jam 8 kami diantar ke bandara di Praya - alhamdulillah semuanya lancar sampai kami mendarat di Juanda sekitar jam 10 malam. Di bandara sempet janjian ketemuan ngasih sedikit oleh2 untuk Risky - alumni POLSAS yg sdh lama bekerja di salah satu maskapai penerbangan, dan yang juga ikut membantu kami selama proses reschedule dan cek in online-nya.. jazaakallahu khoir Risky.

Sampe sekarang, rasanya masih terkesan dengan keindahan alam terutama pantai2 di Lombok, dengan masyarakatnya yang rata2 ramah, juga dengan mas Candra sekeluarga (mbak Ike, mbak Sasa, dik Manda) yang sudah sangat welcome, sangat hangat menjamu dan melayani kami, membawa kami jalan2 ke tempat2 yang indah di Lombok. Si bungsu-ku malah sampe beberapa hari ngomongin Lombok dan dik Manda terus hehe .. saking senengnya di sana. Si sulung juga komen alam Lombok yang bagus. Makasih banyak juga untuk suamiku tercinta yang telah ngajak sekaligus 'nraktir' kami sekeluarga ke Lombok..hehe.. alhamdulillah wa syukurilah.

Berharap kapan2 bisa balik lagi ke sana, ke Gili Trawangan, ke pantai Pink, ke desa Sembalun di lereng gunung Rinjani, dan ke tempat2 indah lainnya di Lombok.. InsyaaAllah Lombok bisa bangkit, semoga Allah memberikan kekuatan dan kesabaran pada Tuan Guru Bajang Dr. TGH M.Zainul Majdi, MA - Gubernur NTB yang penuh prestasi tersebut - dan jajarannya, serta pada seluruh rakyat Lombok .. aamiiin.


Tidak ada komentar: