Agustus 02, 2019

Tidak cukup hanya dengan menjadi wanita shalihah?

Menarik mendengar kajian Ustadz Oemar Mita dengan tema "Menjadi Shalihah isn't Enough" di link ini https://www.youtube.com/watch?v=sSa-j2W9exM (simak sampai habis ya..)

Kajian itu dibuka dengan tausiyah betapa Islam sangat memuliakan wanita, jauh melebihi ajaran2 selain Islam. Dan mengingatkan kita, betapa pentingnya peranan wanita Islam dalam menegakkan agama Allah Ta'ala ini. Karena dari rahimnya-lah akan lahir generasi2 Islam. Jika wanita itu shalihah insyaaAllah juga akan lahir generasi2 yg shalih shalihah. Hal itu sangat disadari oleh musuh2 Islam, mereka melakukan banyak cara, salah satunya dengan melakukan "perang yg murah" (mengadakan kontes2 kecantikan dan semacamnya), dengan melakukan "perang opini" yg berhasil "memaksa" sebagian muslimah "keluar rumah" dan "menghilangkan" rasa malu mereka. Karena itu muslimah mesti "berilmu" agar dapat melindungi diri dari banyak fitnah yg dilancarkan terhadapnya. Dengan berilmu diharapkan seorang muslimah bisa menjadi wanita yang shalihah, yg dapat membentengi dirinya dari pengaruh2 yg tdk baik untuk dunia dan akhiratnya.

Tapi apakah hanya cukup dengan menjadi wanita shalihah? Bagaimana jika wanita shalihah itu hanya berdiam diri dalam artian tidak peduli terhadap kemaksiatan di depan matanya, bahkan juga cuek dengan kemaksiatan di lingkungan terdekatnya (keluarga intinya). Maka meskipun dia shalihah, tapi sebenarnya dia wanita yg "mandul" di hadapan Allah Ta'ala - begitu istilah Ustadz dalam kajian tersebut. Disebut "mandul" karena dia tidak berusaha berkontribusi apapun untuk menolong agama Allah Ta'ala.

Maka jadilah seorang Muslihah.. yaitu muslimah yang tidak hanya shalihah - tapi juga ber-amar ma'ruf nahi munkar. Wanita shalihah yang bukan hanya mengajak kepada kebaikan, tapi juga tidak berdiam diri jika melihat ada kemaksiatan di sekitarnya, minimal dia ber-amar ma'ruf nahi munkar terhadap keluarga terdekatnya, terhadap anak-anak dan suaminya, syukur2 bisa diluaskan terhadap keluarga besarnya, tetangga2nya, komunitas2nya, rekan2 di kantornya, dan seterusnya.

Sejatinya siapapun diri kita, apapun profesi kita, sebagai seorang muslim, selayaknya kita bisa berkontribusi menolong agama Allah semampu kita (mampu yg jujur tentunya). Berkontribusi melalui apapun yg kita bisa, melalui tulisan2, melalui postingan2 status, melalui pengingat2 sederhana di grup2 sosmed, melalui ucapan & sikap (ahlak), ajakan, pengaruh (jabatan, kekuasaan, dan semacamnya - dlm konteks positif) dan atau melalui hal2 lain yg intinya dapat menularkan virus2 kebaikan dan mencegah keburukan atau kemaksiatan di sekeliling kita. Menjadi agen muslim yang baik, begitu kira2 istilah yg pernah kudengar dan kubaca.

Diingatkan juga oleh Ustadz, tentang sebuah kisah sahih, dimana Allah Ta'ala tetap menurunkan adzab pada suatu kaum, padahal di sana masih ada hambaNya yang sangat shalih, tapi karena hamba tersebut hanya berdiam diri melihat banyak kemaksiatan di depan matanya, maka adzab tetap diturunkan.. naudzublillah.

Selain kajian dari Ustadz Oemar Mita, di link tersebut juga bisa disimak berbagi pengalaman hijrahnya artis Mario Irwinsyah dan keluarganya yang cukup menginspirasiserta Ustadz Hanan Attaki yang berbagi sedikit tausiyah dan berbagi informasi komunitas #shafmuslimah dan proyek2 amal Yayasan Golden Future untuk saudara2 kita di Suriah. Barokallahu fiikum...

Semoga bermanfaat .. wallahu a'lam.



Tidak ada komentar: