Jum’at, 4 Januari 2013 alhamdulillah mendapat kesempatan lagi mengisi
materi seputar e-Learning, kali ini di sebuah sekolah tinggi di kawasan
Surabaya Barat. Presentasi yang diberi topik seperti judul di atas itu diikuti
oleh pimpinan, beberapa staf dan dosen disana. Alhamdulillah direspon dan di-apresiasi dengan baik oleh pimpinan sekolah tinggi
tersebut… terima kasih Ibu dan Bapak Pimpinan serta semua staf di sana, terima
kasih juga untuk IGI-GTZ, lembaga yg telah memberiku banyak ‘modal’ untuk berbagi
materi e-Learning selama ini, dan pimpinanku tentunya.
Materi sengaja lebih ditekankan pada tantangan implementasi
e-Learning, yang pada umumnya berkutat pada masalah kesiapan budaya self
learning, kesiapan budaya organisasi dan keseriusan manajemen dalam menggawangi
implementasinya. Berdasar pengalaman dan
banyak referensi yang kurujuk, kesiapan-kesiapan tersebut harus lebih serius
diperhatikan daripada teknologi dan konten e-Learning itu sendiri.
Salah satu contoh implementasi sistem e-Learning (LMS) dan
strategi yg berhasil diterapkan, kuambil dari sebuah perusahaan perbankan nasional yang kuperoleh dari sebuah majalah komputer dan official website-nya. Di
perusahaan tersebut e-Learning telah sukses dimanfaatkan untuk mendukung proses
bisnisnya, terutama yang terkait dengan peluncuran produk baru dan pembaruan
pemahaman produk tersebut di seluruh cabang, khususnya di lini depan
yg langsung bersinggungan dg pelanggan.
Dengan strategi awareness, interest, trying & adopt , strategi tersebut diterapkan antara
lain melalui focus group discussion,
membentuk change agent yg diambil
dari tingkatan kepala cabang atau supervisor, sistem reward & punishment yang terkonsep dan dijalankan dengan baik, serta
adanya Training Plan Assessment secara online, shg pegawai bisa melihat
perkembangan yg telah diraihnya dan memetakan sendiri spt apa kebutuhannya. Tapi sepertinya ada hal yg perlu diperhatikan, yaitu adanya perubahan paradigma : berkurangnya mendapat uang saku tambahan
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan di luar kota, perlu dipertimbangkan kompensasi penggantinya, jika elearning telah banyak mengambil alih hal tersebut ..hehe.. imho (in my humble opinion)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar