Januari 09, 2013

elearning : Awareness & Challenge


Jum’at, 4 Januari 2013 alhamdulillah mendapat kesempatan lagi mengisi materi seputar e-Learning, kali ini di sebuah sekolah tinggi di kawasan Surabaya Barat. Presentasi yang diberi topik seperti judul di atas itu diikuti oleh pimpinan, beberapa staf dan dosen disana. Alhamdulillah direspon dan di-apresiasi dengan baik oleh pimpinan sekolah tinggi tersebut… terima kasih Ibu dan Bapak Pimpinan serta semua staf di sana, terima kasih juga untuk IGI-GTZ, lembaga yg telah memberiku banyak ‘modal’ untuk berbagi materi e-Learning selama ini, dan pimpinanku tentunya.

Materi sengaja lebih ditekankan pada tantangan implementasi e-Learning, yang pada umumnya berkutat pada masalah kesiapan budaya self learning, kesiapan budaya organisasi dan keseriusan manajemen dalam menggawangi implementasinya.  Berdasar pengalaman dan banyak referensi yang kurujuk, kesiapan-kesiapan tersebut harus lebih serius diperhatikan daripada teknologi dan konten e-Learning itu sendiri.

Salah satu contoh implementasi sistem e-Learning (LMS) dan strategi yg berhasil diterapkan, kuambil dari sebuah perusahaan perbankan nasional yang kuperoleh dari sebuah majalah komputer dan official website-nya. Di perusahaan tersebut e-Learning telah sukses dimanfaatkan untuk mendukung proses bisnisnya, terutama yang terkait dengan peluncuran produk baru dan pembaruan pemahaman produk tersebut di seluruh cabang, khususnya di lini depan yg langsung bersinggungan dg pelanggan

Dengan strategi awareness, interest, trying  & adopt , strategi tersebut diterapkan antara lain melalui focus group discussion, membentuk change agent yg diambil dari tingkatan kepala cabang atau supervisor, sistem reward & punishment yang terkonsep dan dijalankan dengan baik, serta adanya Training Plan Assessment secara online, shg pegawai bisa melihat perkembangan yg telah diraihnya dan memetakan sendiri spt apa kebutuhannya. Tapi sepertinya ada hal yg perlu diperhatikan, yaitu adanya perubahan paradigma : berkurangnya mendapat uang saku tambahan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan di luar kota, perlu dipertimbangkan kompensasi penggantinya, jika elearning telah banyak mengambil alih hal tersebut ..hehe.. imho (in my humble opinion)

Tidak ada komentar: