Februari 06, 2015

Me-manage pahala

Poin-poin berikut dirangkum dari ceramah singkat Ustadz Badrusalam,Lc yg berjudul "Tips Untuk Mendapatkan Pahala Besar" (yufid.tv) :
  • cerdaslah dalam beramal, jangan sekedar beramal
  • pilihlah amalan yg ringan tapi berpahala besar
  • semakin ikhlas suatu amalan, semakin besar pahalanya
  • beramal-lah sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam; contoh dua wanita yg menunaikan sholat, satunya sholat berjamaah di masjid, lainnya sholat di dalam kamarnya, maka lebih besar pahala wanita yg sholat di dalam kamarnya (sesuai yang dituntunkan Beliau)
  • semakin berat di hati atau semakin besar perjuangan dlm suatu amalan, semakin besar pahalanya; contoh bersedekah dalam keadaan 'sempit' akan lebih besar pahalanya daripada bersedekah dalam keadaan 'lapang'
  • semakin berkesan di hati, semakin besar pahalanya; contoh dua amalan : yg satu membaca Al Qur'an, lainnya berdzikir ringan, walaupun membaca Al Qur'an lebih utama tapi jika tidak khusyuk atau tidak merasuk ke hati, maka amalan ringan seperti berdzikir yg dilakukan dg sepenuh hati akan lebih besar pahalanya
  • dahulukan amalan wajib daripada amalan sunnah, dan jika dihadapkan pd dua amalan wajib, maka pilihlah yg maslahatnya paling besar; contoh seorang ibu yg mendahulukan kebutuhan suami dan anaknya itu lebih utama daripada seorang ibu yang mendahulukan berdzikir tapi melalaikan keluarganya (karena kewajiban utama ibu adalah melayani kebutuhan suami dan anak-anaknya)
  • penting untuk melihat waktu dan tempat atau keadaan-keadaan yg lebih utama (yg lebih dicintai Allah) dalam beramal; contoh amalan pd 10 hari pertama bulan Dzulhijah, amalan pd bulan Ramadhan, amalan di kota Mekkah dan Madinah, dll
  • cari amalan yg paling utama diantara beberapa amalan utama lainnya
  • intinya : manage-lah pahala anda ! 

Semoga bermanfaat.

Januari 16, 2015

Yang pertama dan siap kalah..

Rabu, 14 Januari 2015, untuk pertama kalinya putri bungsuku - Hira - ikutan lomba antar sekolah dalam event Islamic Student Fair di Cito-Surabaya. Dari dua lomba yang ditawarkan oleh pihak sekolah, dia memilih ikut lomba hafalan do'a sehari-hari. Kutanya "kenapa nggak ikut lomba mewarnai? kan adik juga suka menggambar dan mewarnai?" sederhana saja jawabnya "lomba mewarnai ntar bikin capek, kan lama lombanya" he he...ada benernya sih. Mungkin dia ingat pernah melihat lomba mewarnai di sebuah mall - saat itu mulai kami masuk mall sampai mau pulang - lombanya belum selesai. 

Saat lomba hafalan itu, dia terlihat cuek dan nyantai saja sambil nunggu giliran tampil (mgk krn dia belum tahu apa makna lomba ya). Didampingi Ustadzah Isti dan Ustadzah April serta beberapa teman sekolahnya yang juga ikut lomba, dia terlihat menikmati tampilan setiap peserta di atas panggung.

Di atas panggung setiap peserta ngambil dua gulungan kertas (lot) dulu, dan diserahkan ke MC untuk dibacakan dua do'a yang harus dihafal oleh peserta tsb. Kucoba ngetes dia, nanya hafalan do'a seperti yg diajukan juri ke salah satu peserta...sambil senyum-senyum dia bilang "lupa Bu" walah, tapi tetap kuhibur dia "Gpp dik, yg penting adik sudah berani mau tampil

Setelah menunggu agak lama, akhirnya dia tampil juga. MasyaaAllah .. tanpa canggung dan sambil tersenyum dia berjalan ke tengah panggung, menjawab MC yg bertanya namanya sambil tersenyum, mengambil dua gulungan kertas dan menyerahkannya ke MC juga masih sambil tersenyum. Sang MC sampai bilang ..."aduh manisnya mbak Hira tersenyum terus" .. dan Alhamdulillah ...dia juga bisa menghafal dua buah do'a yang ditanyakan juri (dalam gulungan kertas yg dia ambil). 

Setelah selesai semuanya, tiba waktu pengumuman pemenang lomba, dan Hira belum berhasil menang. Dia sempet nanya "kenapa aku gak menang Bu? kan tadi aku hafal? aku pengen dapat piala kayak mbak itu.." he he... kuhibur dia "Hira itu sudah jadi juara buat Ibu, mau coba ikut lomba dan berani tampil di panggung. mungkin si mbak yg menang itu lebih bagus bacaannya. lain kali insya Allah bisa menang ya.." Ustadzah Isti yg ikut mendengar pembicaraan kami juga memberinya semangat "insya Allah nanti kalau SD mbak Hira bisa ikutan lomba tartil atau tahfidz ya...belajar yg rajin..insya Allah bisa menang. gpp sekarang kalah.."

Ya.... rasanya perlu memberi pengalaman menang dan kalah bagi anak, salah satunya dengan mengikutkan anak pada sebuah kompetisi atau lomba, tentu atas pilihannya. Sekaligus memberinya pemahaman tentang menang dan kalah. Siapkan juga diri kita untuk menanyakan perasaannya atau menerima curhatnya jika dia kalah dan tetap memberinya semangat. 

Berikut poin-poin pentingnya mengajari anak siap kalah yg kuambil dari http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2014/08/29/mengajari-anak-siap-kalah-sejak-dini-671198.html :
  • Mengajari anak siap kalah berarti memperkenalkan kehidupan yang utuh kepadanya
  • Mengajari anak siap kalah berarti memberi kesempatan kepada anak untuk belajar tentang apa bagaimana rasanya kalah
  • Mengajari anak siap kalah berarti mengajari anak tentang bagaimana menghargai orang yang menang
  • Mengajari anak siap kalah berarti mengajari anak tentang bagaimana mempersiapkan diri untuk menggapai kemenangan
  • Mengajari anak siap kalah berarti menyatakan kepada anak bahwa kekalahan itu biasa
  • Mengajari anak siap kalah berarti mempersiapkan mental anak menjadi dewasa
  • Mengajari anak siap kalah berarti memberi kesempatan kepada anak untuk belajar tentang nilai-nilai kehidupan
  • Mengajari anak siap kalah berarti melatih anak bertanggung jawab
  • Mengajari anak kalah berarti mengajari tentang kenyataan bahwa kita tak selalu bisa mendapatkan apa yang kita inginkan





Januari 12, 2015

Berhemat secara kreatif

Semalam sebenarnya gak tega memberi semacam shock terapi untuk putra sulungku - Fadhil... tapi sepertinya hal itu mesti dilakukan agar dia ngeh bahwa dia belum sepenuh hati belajar mengatur pengeluarannya alias berhemat. Dia sudah beberapa bulan ini nge-kos di Malang karena sekolah di sana, dan rupanya dia masih belum berhasil memenuhi 'janji' nya ...untuk lebih berhemat dan tidak terus menerus melebihi jatah jajan bulanannya. Aku dan suami yakin dia masih berproses, karena dalam beberapa hal sebenarnya dia cukup peduli dan peka terhadap keuangan kami.

Tapi kami tetap merasa perlu memberinya sebuah 'terapi'... agar dia benar-benar serius belajar menentukan skala prioritas dalam pengeluarannya dan berdisiplin lebih mendahulukan kebutuhannya daripada sekedar menuruti keinginannya....... berharap itu juga untuk kebaikannya kelak.

Ngomong-ngomong tentang edukasi finansial pada anak-anak, ada artikel menarik yang ditulis oleh mbak Sulistyorini di blog-nya http://www.sulistyoriniberbagi.com/2014/10/anak-indonesia-harus-melek-finansial.html. Sebuah tulisan yang cukup lengkap mengulas tahapan-tahapan mendidik anak agar melek finansial, ajakan berhemat, dan tips mengelola keuangan anak-anak.

Aku juga jadi teringat kalimat menarik di dalam buku yang ditulis oleh pakar perencana keuangan Safir Senduk yang berjudul "Siapa bilang jadi karyawan nggak bisa kaya?"  yang berbunyi : "Ketika Anda berhemat, berhematlah secara kreatif, bukan menderita" Dalam buku tersebut pak Senduk mengajak kita untuk bijak dalam mengatur keuangan, diantaranya (1) prioritaskan menabung : menabunglah di muka jangan di belakang (2) jangan remehkan nabung di celengan (3) atur pengeluaran - bedakan antara kebutuhan dengan keinginan (4) hati-hati dengan utang - jangan gampang berutang - jika terpaksa ada utang maka prioritaskan cicilan utang daripada biaya hidup, dan (5) utamakan belanja harta produktif daripada benda konsumtif. 

Sebenarnya jika direnungkan tips tersebut adalah hal-hal yang memang 'seharusnya' kita lakukan. Tapi kita mungkin kurang menyadari telah meremehkan atau kurang serius menjalaninya. Yang penting.. berusaha tanamkan pada diri sendiri dan sedini mungkin pada anak-anak kita tentang pentingnya bijak mengatur pengeluaran.
Dan yg tak kalah penting juga adalah belanja harta produktif untuk investasi akherat.. Berinfaq, sedekah, zakat, dan amal jariyah.. Semoga bermanfaat. 



Januari 09, 2015

Jangan dibuang di jalanan dong…

Duh…untuk kesekian kali ketemu lagi dengan pemandangan yang kurang sedap itu…lagi-lagi ada yg membuang (menaruh dengan sengaja) seekor bangkai tikus di tengah jalan menuju komplek perumahanku.

Mungkin maksudnya agar terlindas kendaraan, tapi bukankah itu malah menyebarkan penyakit dan najis? Sungguh akan lebih baik jika ditanam saja di tanah sehingga bisa terurai sekaligus bermanfaat sebagai pupuk tanaman.

Kebetulan tadi pas baca-baca artikel, aku nemu tulisan senada dari sudut pandang syariah, coba simak di http://www.konsultasisyariah.com/hukum-membuang-bangkai-tikus-di-jalan/

Semoga banyak yang membaca artikel itu dan jadi tercerahkan…sehingga nggak ada lagi yg buang bangkai tikus di jalanan.

Desember 02, 2014

Sinergi formal dan non-formal

Akhir pekan kemarin, Sabtu dan Minggu, dua hari berturut-turut aku dan beberapa teman mesti ngantor untuk menghadiri dua agenda terkait kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Asmat dan Disperindag Jatim. 


Sabtu, 29 Nopember 2014, Wakil Bupati Kab.Asmat Dr. Yulius Pangandanan, Sp.B menandatangani surat perjanjian kerjasama dengan Politeknik SAKTI Surabaya dalam rangka menyiapkan pendidikan Diploma 3 para calon mahasiswa dari Kab. Asmat di Politeknik SAKTI Surabaya mulai tahun akademik 2015/2016. Acara tersebut juga dihadiri oleh Kabag Hukum dan Kabag Sosial Kab. Asmat beserta Ketua Komisi C DPRD Kab. Asmat.

Sebenarnya kami telah empat tahun belakangan ini mendidik beberapa mahasiswa Papua dari Timika dan Asmat. Tapi baru kali ini diwadahi secara resmi melalui penandatanganan kerjasama dan dihadiri langsung oleh pejabat teras Kab. Asmat. Bahkan pada acara itu Bapak Wakil Bupati yang akrab dipanggil pak dokter -sebelum menjadi pejabat beliau aktif berprofesi sebagai dokter spesialis bedah- sempat berdialog langsung dg beberapa mahasiswa Asmat angkatan sebelumnya. Pak dokter berpesan pd kami untuk selalu menjaga komunikasi dg Pemkab Asmat terkait segala permasalahan pendidikan dan kebutuhan mahasiswa mereka nantinya. Beliau juga sangat berharap semua mahasiswa Asmat yg melanjutkan studi di tempat kami menjadi lulusan yg siap pakai - siap berkarya, bukan hanya sekedar pulang ke kampung halaman dengan membawa ijazah.

Minggu, 30 Nopember 2014, Pelatihan Pengelasan Strata Intermediate yang diselenggarakan oleh Disperindag Jawa Timur bekerjasama dengan Politeknik SAKTI Surabaya resmi ditutup oleh Bapak Dr. Drajat Irawan - Kabag Alat Industri Transportasi Elektronika & Telematika. Peserta pelatihan sebanyak 17 orang terdiri dari karyawan beberapa perusahaan galangan kapal di Jawa Timur. Acara penutupan juga dihadiri oleh Kasie Maritim Disperindag Jawa Timur. Bapak Drajat juga memberikan paparan pentingnya peran industri galangan kapal terkait agenda besar kemaritiman nasional saat ini. Hal itu juga sebagai motivasi dan tambahan wawasan bagi peserta yg merupakan karyawan galangan kapal, dengan harapan mereka dapat 'menularkan' nya ke rekan kerjanya dan manajemen perusahaannya.

Pelatihan pengelasan strata intermediate tersebut merupakan rangkaian pelatihan yang dimulai beberapa minggu sebelumnya, dimana divisi pelatihan kami - LKP SAKTI juga bekerjasama dengan Disperindag mengadakan Pelatihan Start Up Teknik Pengelasan bagi IKM Komponen Kapal.

Selain pelatihan pengelasan, tempat kami juga siap memberikan pelatihan lainnya, antara lain pelatihan mesin perkakas, pompa, instalasi listrik sederhana & gedung bertingkat, PLC, melilit motor listrik, perbaikan & perawatan komputer, jaringan komputer, IT Essentials Cisco, pelatihan export import serta perpajakan.

Dua agenda di atas, yg satu mewakili ranah pendidikan formal, yg satu lagi mewakili ranah pelatihan (pendidikan non formal), dua-duanya merupakan lahan kami untuk berkarya bagi masyarakat, dua-duanya saling bersinergi untuk memberikan manfaat bagi masyarakat…Semoga.

November 24, 2014

Agar Nasehat Bekerja Dahsyat Pada Anak

Sabtu, 22 Nopember 2014 berkesempatan hadir di acara parenting di sekolah anak bungsuku. Kebetulan juga dia dan beberapa temannya dipilih oleh Ustadzah Diah dan Ustadzah Isti (wali kelasnya) untuk mendemokan hafalan surat pendek dan beberapa do'a pada pembukaan acara tersebut yg mengusung tema "Agar Nasehat Bekerja Dahsyat Pada Anak".

Ustadzah Ana yang membawakan tema tersebut mampu memaparkan dengan cukup terstruktur, tajam dan menarik disertai dalil Al Qur'an & hadits sahih. Paparan diawali dengan renungan - ini salah satunya "Anakku...kadang aku merasa repot saat kau ingin ikut serta pergi denganku, padahal akan tiba saatnya kau tak mau lagi kuajak pergi walau sudah kubujuk rayu" .

Renungan yg intinya mengingatkan kita bhw sebenarnya kita atau ortu-lah yg membutuhkan anak-anak kita. Jadi jangan merasa terbebani dg kerepotan mengasuh dan merawat mereka terutama pada masa 'emas' pendampingan terhadap mereka yg sebenarnya cukup singkat, karena ada saatnya kita akan 'rindu' dengan rengekan dan ketergantungan mereka.

Berikut rangkuman paparan beliau :
  • An Nisa 9 dan  Al Kahfi 46: kita harus merasa kuatir/takut untuk meninggalkan generasi yang lemah : (1) lemah akidah,  (2) lemah ibadah (3) lemah ahlaq (4) lemah harta. Tiga poin pertama yg seharusnya menjadi prioritas utama kita dalam menyiapkan bekal untuk anak-anak, bukan poin yg keempat - jadi janganlah bekal harta yg menjadi kekuatiran terbesar kita.
  • Pemberian terbaik dari ayah untuk anaknya adalah ahlaq yg baik (bukan hanya nafkah) - HR Tirmidzi. 
  • Potret penting agar nasehat kita bekerja dahsyat pada anak : Luqman al Hakim dalam Al Qur'an (Luqman 12-13) - seorang manusia biasa dengan teladan dan nasehat buat anaknya yg luar biasa- tutur katanya penuh hikmah dan rasa syukur.
  • Hikmah = pemahaman yg baik thd masalah yg dihadapi, ilmu dan tutur kata yg baik
  • Nasehati anak sesuai porsi dan fokus pada masalahnya, tidak panjang lebar, dan jangan terlalu mengumbar nasehat serta mengumbar kesalahannya. Menurut beliau, anak TK hanya mampu menerima nasehat yg singkat - max 15 kata, jadi nasehatilah mereka jika melakukan kesalahan dengan singkat dan fokus pd masalah saat itu.
  • Cara-cara lainnya adalah dengan bercerita singkat, memberi contoh/teladan, menggambar (misal menggambar monyet sedang makan dengan tangan kiri - agar anak kita tidak mencontohnya), gunakan bahasa tubuh yg selaras dan mendukung pada saat memberi nasehat, beri nasehat sambil bermain, dan jalankan konsekuensi dari nasehat yg kita berikan.
  • Tidak mengapa menasehati anak dengan kalimat 'larangan' , jika itu merupakan hal yg prinsip atau dapat membahayakan anak. Jangan terkecoh dgn anjuran ini : hindari pemakaian kalimat melarang atau biarkan anak mencoba semua hal yg diinginkan dengan alasan eksplorasi atau alasan lainnya.
  • Jadilah 'model' yg baik untuk anak-anak kita, agar mereka mempunyai figur yg baik untuk dicontoh/diteladani, jangan hanya memasrahkan hal tersebut pada guru-gurunya. Sehingga nasehat kita 'masuk' ke otak mereka, bukan hanya nasehat gurunya.
  • Upayakan anak sering melihat kebiasaan baik kita di rumah, misal sholat berjama'ah dan tepat waktu, bangun untuk sholat malam, makan dan minum sambil duduk dan menggunakan tangan kanan, mengucapkan kalimat toyyib (ungkapan syukur, takjub dan istighfar), dan hal baik lainnya. Dengan harapan semua itu dapat terus terekam di alam bawah sadarnya dan menuntunnya untuk melakukan hal yg sama kelak.
  • Manfaatkan tiga momen yg tepat untuk menasehati anak yaitu : saat bepergian, saat makan bersama (sekaligus memberi contoh adab makan sesuai sunnah), dan saat anak sakit.
  • Selalu tanamkan pd diri kita bhw saat kita berproses menjalankan fungsi sebagai ortu sebaik mungkin sesuai Qur'an dan sunnah akan selalu dinilai oleh Allah Ta'ala.
Semoga bermanfaat... sebagai nasehat untuk diri sendiri, keluargaku dan pembaca.
Terima kasih Ustadzah Ana, terima kasih Ibu Kasek. TK Insan Kamil dan semua gurunya serta tak lupa juga terima kasih pada Ibu Ketua Komite dan semua anggotanya yg telah mewujudkan acara tersebut dan banyak acara sosial/parenting lainnya (maafkan saya yg kurang aktif). Jazakumullahu khoiron katsiro..



November 10, 2014

Tentang KKNI, SKPI dan RPL

Kamis minggu lalu berkesempatan hadiri sosialisasi KKNI, SKPI dan RPL di kantor Kopertis Wil 7. Pemateri utamanya adalah ibu Megawati Santoso - dosen ITB yg juga anggota Tim KKNI DIKTI. Sesuai Permendikbud no. 81 Tahun 2014, setiap perguruan tinggi wajib membekali tiap lulusannya dengan dua 'kertas' yaitu Ijazah dan SKPI, dan dapat ditambah RPL jika diperlukan

Apa definisi KKNI, SKPI dan RPL? Serta bagaimana kaitannya? Adakah kurikulum berbasis KKNI? Silahkan simak poin-poin berikut ini yang coba kurangkum berdasarkan pemaparan pemateri dan referensi lainnya. Rangkuman tersebut sekaligus juga untuk 'meluruskan' pemahamanku tentang KKNI yg mungkin keliru sebelumnya (baca bahasan pembuatan kurikulum-nya di sini)  :
  • KKNI = Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia = Indonesian Qualification Framework (IQF), tidak menuntut revisi atau perombakan kurikulum, jadi istilah penyusunan kurikulum berbasis KKNI dirasa kurang tepat. Yang ada adalah istilah KPT = Kurikulum Perguruan Tinggi, sehingga kurikulum boleh disusun berbasis kompetensi (KBK) atau yg lain, asalkan ada deskripsi profil lulusan dan capaian pembelajaran yang akan dicapai oleh prodi ybs. 
  • Capaian pembelajaran (CP) atau learning outcomes adalah sesuatu yg dimiliki oleh lulusan setelah menyelesaikan seluruh proses pembelajaran.
  • Capaian pembelajaran dirumuskan hanya untuk setiap prodi, bukan untuk setiap mata kuliah. 
  • Tidak ada atau belum ada standar baku dalam merumuskan profil lulusan dan CP kemudian menurunkannya sampai dihasilkan sebuah kurikulum (ada beberapa alternatif perumusan). 
  • Review KPT yg berjalan, cek apakah profil lulusan dan CP nya sudah sesuai KKNI (tidak harus merombak). Cek juga apakah ada iptek terbaru / trend job baru terkait kompetensi prodi dgn cara browsing atau cara lainnya. jika diperlukan dapat menghapus / mengganti mata kuliah dalam kurikulum yg sedang berjalan (at least dapatkan demo atau gambaran atau teori ttg hal baru tsb)
  • KKNI / IQF berfungsi untuk menyetarakan standar kompetensi lulusan sekaligus untuk meningkatkan akuntabilitas lembaga pendidikan (otonomi memang merupakan hakekat perguruan tinggi, tapi otonomi tanpa akuntabilitas =  anarkis, begitu menurut beliau)
  • KKNI meliputi sikap & tata nilai, pengetahuan, kemampuan kerja, serta tanggung jawab & wewenang (umumnya perguruan tinggi di negara maju tidak mencantumkan sikap & tata nilai dalam CP nya, karena sudah 'embedded' dalam diri lulusannya - sudah menjadi karakter yg tertanam sejak kecil)
  • Dengan menyelenggarakan pendidikan yang dapat menghasilkan profil lulusan sesuai level KKNI, berarti kita telah bertanggung jawab terhadap akuntabilitas lulusan kita sekaligus membantu mereka dapat bersaing dengan lulusan luar negeri. Karena setiap level dalam KKNI sudah disesuaikan dengan standar Internasional (ISCED = the Int'l Standard Classification of Education).
  • Saat ini DIKTI masih menerima dan menunggu masukan dari semua PT terkait perumusan CP prodi (sementara ada 75 CP prodi yg telah dirumuskan), khususnya prodi dengan ilmu dan kompetensi khusus misal keperawatan, pelayaran, dll
  • SKPI = Surat Keterangan Pendamping Ijazah = Diploma Supplement ; sesuai Permendikbud terbaru (no.81 tahun 2014) SKPI wajib dibuat dan diserahkan pada lulusan selain ijazah
  • SKPI  berisi antara lain identitas lulusan dan prodi, CP prodi (sehingga berupa uraian, bukan angka-angka), dan informasi tambahan tentang lulusan (prestasi, sertifikasi keahlian, keikutsertaan dlm organisasi, pengalaman magang/OJT,dll).
  • SKPI diterbitkan sekali dlm bhs Indonesia dan bhs Inggris, dicetak di atas kertas khusus (barcode/hologram), tidak dapat dilegalisir, dan tidak mencantumkan akreditasi krn akreditasi sifatnya dinamik/bisa berubah (update-nya bisa dilihat di website resminya BAN-PT).
  • SKPI dapat membantu lulusan lebih mudah memperoleh pekerjaan, krn pihak perekrut dpt melihat informasi lebih detil ttg 'kompetensi' lulusan dan memahami nomenklatur prodi serta tidak terpengaruh embel-embel hasil akreditasi prodi (yg notabene bukan merupakan 'dosa' mahasiswa / lulusan).
  • RPL = Rekognisi Pembelajaran Lampau = Recognition of Prior Learning, adalah proses pengakuan atas capaian pembelajaran seseorang yang dilakukan secara otodidak dari pengalaman atau lainnya. Misal RPL untuk tenaga kesehatan lingkungan, pelayar, atau untuk merekognisi tenaga ahli yang langka di bidang medis atau lainnya. 
  • RPL membantu membuka kesempatan lintas jalur untuk melanjutkan ke pendidikan formal atau kualifikasi yang memiliki penghargaan di DUDI (dunia usaha dan dunia industri). 
  • RPL membuat capaian pembelajaran pendidikan non formal dan informal dapat terlihat, sehingga dapat dilegitimasi dan diakui pada kualifikasi yang sesuai (KKNI)
  • Sesuai kutipan dari sebuah artikel yg dimuat di http://poltekkesmanado.ac.id/, secara umum strategi Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) bertujuan untuk mendukung program pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning), dan secara spesifik bertujuan untuk meningkatkan jumlah angkatan kerja terdidik dan memberikan kesempatan belajar yang lebih luas bagi anggota masyarakat yang berpengalaman untuk memasuki perguruan tinggi (tanpa pembatasan umur peserta didik) melalui akselerasi dan efisiensi proses pendidikan serta peningkatan fleksibilitas prosedur penerimaan mahasiswa (multi entry multi exit). 
  • Penting : PT yang akan menerbitkan RPL harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari lembaga terkait (Diknas/Dikbud/DIKTI) !
Selain paparan di atas, ada hal menarik lainnya berupa guyonan pemateri yg cukup menggelitik, yaitu ttg fenomena konsultan di negara kita yg kurang dihargai shg diplesetkan menjadi 'koncone wong kesulitan', guyonan bu Megawati Santoso bahwa dirinya bukanlah ketua PDI-P tetapi ketua 'partai dosen Indonesia penuh perjuangan', dan pesan beliau agar para dosen dapat meraih gelar Doktor yg 'beneran' shg gelar Ph.D nya tidak diplesetkan menjadi 'poor hungry n dirty' .... he he.. ada-ada saja bu Mega :)